"karinaaaaa!! tungguin gue"
itu pasti suara risa, masih pagi udah ribut aja, nggak tau orang lagi kebelet laper kali ya, terpaksa kuhentikan langkah dan menoleh ke belakang
"ape?"
"lu mau kemana?" katanya antusias
"menurut L? cari sarapan, biasa, gue nggak bisa mikir kalo belum nyarap"
"ooh gitu" ada sesuatu yang janggal dalam raut wajahnya kali ini, seperti menyimpan hal yang penting
"kenapa lu? pagi pagi udah teriak teriak aja, berisik"
"hehe maaf yaa, sebenernya gue pengen ngomong"
"yaudah di bewok aja ya, sekalian temenin gue nyarap"
"nyooook" dan kami pun menuju kantin dengan tangan berangkulan ala teletubbies kelaperan, memang pagi yang indah
"wok, bubur satu ya! biasa, nggak pake daun sama kacang" pesanku kepada si bewok
"ini neng" dan bewok pun datang dengan semangkok bubur ayam, nyam.
"makasih wook"
"heh, apaan ris?"
"iya iya, kapan lu nggak kepo. tapi lu jangan ngedown ya"
"duh lu masih meragukan ketangguhan gadis kuat seperti gue? pelase ris" sembari memasukkan sesendok bubur ayam paling lezat seantero sekolah.
"iya jadi ceritanya kemaren gue ke bakso jono sama dika, terus gue liat itu....." gerak gerik tangan di handphonenya mulai acak, tanda kegelisahan.
"itu apa? setan? yaelah nggak goyang ris, gue udah kebal sama lu, huahaha" kusenggol bahunya, melumerkan segala ketegangan yang ada. sebenarnya ada suatu perasaan tak enak yang perlahan merambati tubuhku, kutau kalimat selanjutnya bukan hal yang menyenangkan untuk menemani pagiku dengan semangkok bubur.
"itu, arga sama sinta"
oh oke, itu jelas bukan berita yang ingin kudengar untuk mengawali hari. hari yang panjang di bulan oktober. dan dari semua perasaan yang berkecamuk di hati, aku hanya menggumamkan "oh".
dengan refleks risa melingkarkan lengannya di atas punggungku "yaah kar, maaf maaf banget, sumpah ah, katanya lu nggak mau ngedown"
"ah lebay lu, kan udah gue bilang, nggak ada yang bisa menyangsikan ketangguhan gue, hehe"
"ah bohoong, beneran?" itu jelas suara yang dibuat selembut lembutnya dari seorang risa yang notabene bersuara agak cempreng, cenderung berisik.
"nggak kok, ciiyus sayang" kupaksakan menyuap satu sendok bubur itu lagi, lebih ke dorongan untuk-terlihat-normal bukan karna permintaan perut seperti beberapa menit lalu, sebelum risa membawa berita itu ke sarapan pagiku, harus kuakui, selera makanku seketika lenyap.
"iya, gue tau lu kuat, hehe, iya jadi ceritanya si dika yang ngeliat duluan, terus dia ngecengin mereka gitu, duh langsung gue jitak pake kekuatan kuli tau nggak. sumpah kar sumpah gue ngeliatnya aja gondok, kok lu bisa bisanya woles sih, gila ..... (dan selanjutnya yang kudengar hanya bla bla bla)"
"oh" bukan oh yang sederhana, ada banyak hal yang tersimpan disana. dipendam dalam diam, kubiarkan membusuk sampai terlupa.
"ayolah kita chaw" sambil menyerahkan selembar uang 5000an kepada bewok.
"kar, belom abis, kok udah ditinggal sih"
"iya, gue baru inget belum ngerjain pr fisika, hehe" sambil melempar senyum kepada bewok dan segera pergi meninggalkan kantin.
"kar tungguin" dengan setengah berlari ia berusaha menyamakan langkahnya dengan kakiku.
dan perjalanan yang tidak jauh dari kantin ke kelas itu kami habiskan dalam kesunyian, dengan perasaan yang campur aduk di dada, sekuat tenaga kutahan air mata yang ingin keluar. ini hanya terlalu cepat. kucabut kata kataku bahwa ini pagi yang indah.
ketika melewati kelas tetangga, aku tak bisa menghindari keingin tahuanku terhadap berita dari risa barusan. risa hanya memandangku heran di belakang, aku tau apa yang dia pikirkan, bingung dan perasaan bersalah. sebenarnya ini bukan kesalahan siapapun aku menjadi kecewa terlalu cepat di awal pagi, hanya saja aku tersadar bahwa ternyata hatiku belum siap. belum siap untuk menerima kenyataan bahwa hatinya telah berubah. dan ya, kulihat mereka sedang bercengkrama, seakan seluruh galaksi bima sakti ini hanya milik mereka, uh oke, itu positif, aku harus mundur.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
itu pasti suara risa, masih pagi udah ribut aja, nggak tau orang lagi kebelet laper kali ya, terpaksa kuhentikan langkah dan menoleh ke belakang
"ape?"
"lu mau kemana?" katanya antusias
"menurut L? cari sarapan, biasa, gue nggak bisa mikir kalo belum nyarap"
"ooh gitu" ada sesuatu yang janggal dalam raut wajahnya kali ini, seperti menyimpan hal yang penting
"kenapa lu? pagi pagi udah teriak teriak aja, berisik"
"hehe maaf yaa, sebenernya gue pengen ngomong"
"yaudah di bewok aja ya, sekalian temenin gue nyarap"
"nyooook" dan kami pun menuju kantin dengan tangan berangkulan ala teletubbies kelaperan, memang pagi yang indah
"wok, bubur satu ya! biasa, nggak pake daun sama kacang" pesanku kepada si bewok
"sip neng!" balas bewok tak kalah cerianya. ia tukang bubur disekolah kami, usianya memang tak muda lagi, tapi semangatnya itu yang tak kalah dengan siswa disini, membuat kami terkadang lupa akan sopan santun bahwa faktanya usianya berada jauh diatas kami. penghuni sekolahku memang unik unik, yah mungkin ini yang nantinya akan membuatku rindu. ini tahun terakhirku disini, sebentar lagi jika Tuhan mengijinkan, aku akan lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. meninggalkan sekolah ini dengan segala kenangannya. rasanya waktu berlalu begitu cepat, sepertinya baru kemarin aku menjadi si anak baru, dengan dua kuncir di kepala dan teriakan para kakak kelas khas MOS yang kutau bahwa sejujurnya semua teriakan marah marah itu hanya akting, tapi tetap saja membuatku gemetar. membuat ku hampir muntah setiap pagi karna dipaksa menelan biskuat secara bar bar, ditambah dengan pisang satu buah, rasanya mereka bercampur diperutku dan mengadakan perang dunia disana.
"lu nggak ris?" tanyaku kepada risa yang sedang asik berkutat dengan handphonenya
"nggak ah, gue diet" disertai cengiran khas Risa dengan kedua gigi gingsulnya
"gaya lu, ceking gitu, kalo makin kurus gue yang repot kalo goncengin lu, nanti kalo terbang gimana"
"gue rela kok diiket, diiket dihati kamu, beneran deh nggak bakal terbang kemana mana" sambil mencolekkan telunjuknya dibawah dagu ku, menggelikan.
ku jauhkan kepalaku dari jangkauannya "iyuh ris"
"eh lu tadi mau ngomong apa sebenernya?"
"hah? oh itu" raut wajahnya berubah seketika, oke itu jelas ketegangan.
"apaan sih? jangan bikin gue kepo gini dong""lu nggak ris?" tanyaku kepada risa yang sedang asik berkutat dengan handphonenya
"nggak ah, gue diet" disertai cengiran khas Risa dengan kedua gigi gingsulnya
"gaya lu, ceking gitu, kalo makin kurus gue yang repot kalo goncengin lu, nanti kalo terbang gimana"
"gue rela kok diiket, diiket dihati kamu, beneran deh nggak bakal terbang kemana mana" sambil mencolekkan telunjuknya dibawah dagu ku, menggelikan.
ku jauhkan kepalaku dari jangkauannya "iyuh ris"
"eh lu tadi mau ngomong apa sebenernya?"
"hah? oh itu" raut wajahnya berubah seketika, oke itu jelas ketegangan.
"ini neng" dan bewok pun datang dengan semangkok bubur ayam, nyam.
"makasih wook"
"heh, apaan ris?"
"iya iya, kapan lu nggak kepo. tapi lu jangan ngedown ya"
"duh lu masih meragukan ketangguhan gadis kuat seperti gue? pelase ris" sembari memasukkan sesendok bubur ayam paling lezat seantero sekolah.
"iya jadi ceritanya kemaren gue ke bakso jono sama dika, terus gue liat itu....." gerak gerik tangan di handphonenya mulai acak, tanda kegelisahan.
"itu apa? setan? yaelah nggak goyang ris, gue udah kebal sama lu, huahaha" kusenggol bahunya, melumerkan segala ketegangan yang ada. sebenarnya ada suatu perasaan tak enak yang perlahan merambati tubuhku, kutau kalimat selanjutnya bukan hal yang menyenangkan untuk menemani pagiku dengan semangkok bubur.
"itu, arga sama sinta"
oh oke, itu jelas bukan berita yang ingin kudengar untuk mengawali hari. hari yang panjang di bulan oktober. dan dari semua perasaan yang berkecamuk di hati, aku hanya menggumamkan "oh".
dengan refleks risa melingkarkan lengannya di atas punggungku "yaah kar, maaf maaf banget, sumpah ah, katanya lu nggak mau ngedown"
"ah lebay lu, kan udah gue bilang, nggak ada yang bisa menyangsikan ketangguhan gue, hehe"
"ah bohoong, beneran?" itu jelas suara yang dibuat selembut lembutnya dari seorang risa yang notabene bersuara agak cempreng, cenderung berisik.
"nggak kok, ciiyus sayang" kupaksakan menyuap satu sendok bubur itu lagi, lebih ke dorongan untuk-terlihat-normal bukan karna permintaan perut seperti beberapa menit lalu, sebelum risa membawa berita itu ke sarapan pagiku, harus kuakui, selera makanku seketika lenyap.
"iya, gue tau lu kuat, hehe, iya jadi ceritanya si dika yang ngeliat duluan, terus dia ngecengin mereka gitu, duh langsung gue jitak pake kekuatan kuli tau nggak. sumpah kar sumpah gue ngeliatnya aja gondok, kok lu bisa bisanya woles sih, gila ..... (dan selanjutnya yang kudengar hanya bla bla bla)"
"oh" bukan oh yang sederhana, ada banyak hal yang tersimpan disana. dipendam dalam diam, kubiarkan membusuk sampai terlupa.
"ayolah kita chaw" sambil menyerahkan selembar uang 5000an kepada bewok.
"kar, belom abis, kok udah ditinggal sih"
"iya, gue baru inget belum ngerjain pr fisika, hehe" sambil melempar senyum kepada bewok dan segera pergi meninggalkan kantin.
"kar tungguin" dengan setengah berlari ia berusaha menyamakan langkahnya dengan kakiku.
dan perjalanan yang tidak jauh dari kantin ke kelas itu kami habiskan dalam kesunyian, dengan perasaan yang campur aduk di dada, sekuat tenaga kutahan air mata yang ingin keluar. ini hanya terlalu cepat. kucabut kata kataku bahwa ini pagi yang indah.
ketika melewati kelas tetangga, aku tak bisa menghindari keingin tahuanku terhadap berita dari risa barusan. risa hanya memandangku heran di belakang, aku tau apa yang dia pikirkan, bingung dan perasaan bersalah. sebenarnya ini bukan kesalahan siapapun aku menjadi kecewa terlalu cepat di awal pagi, hanya saja aku tersadar bahwa ternyata hatiku belum siap. belum siap untuk menerima kenyataan bahwa hatinya telah berubah. dan ya, kulihat mereka sedang bercengkrama, seakan seluruh galaksi bima sakti ini hanya milik mereka, uh oke, itu positif, aku harus mundur.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
assalamualaikuuuum semuaaaa!!! sebenernya ini cerita yang udah lama ada di draft. gue simpen simpen aja karna sejujurnya gue takut banget ketika udah terlanjur memulai, tiba tiba gue kehilangan mood ditengah jalan. kayak nasib nasib cerpen gue yang sebelum sebelumnya, mereka berakhir mengenaskan, si tokoh belum mencapai kebahagiaan ever after, sudah gue hentikan. hanya karna satu, gue unmood dan kehilangan konsep. susah sih emang, kadang gue suka tuh ditengah jalan nemu konsep yang pas, ini ciiyus loh, ditengah jalan,pas lagi naik motor. bagusnya sih langsung gue catet, tappi ya kali gue minggir dulu di emperan terus nulis di binder, maklum, belum punya komputer lipet, gue masih setia sama PC yang walaupun udah pernah lemot setengah mampus, udah pernah gue tempeleng, tetep aja tangguh menghadapi cobaan dari sang majikan yang tiba tiba jadi brutal kalo nungguin ngehang. masalah cerita, nggak bisa dipungkiri, sebagai amatiran gue masih terinspirasi dari cerita cerita sekitar, okeee fine, dalam kasus ini terinspirasi cerita gue sendiri. tapi jelas nggak pyur semua gue tulis disini, ada perubahan dimana mana, karna akan jelas terlalu panjang, terlalu lebay, dan terlalu menguras emosi, dan dalam beberapa titik terlalu privacy, lagian bisa jadi nggak bakal selesai selesai. nanti gue yang jadi nggak enak sama produser cinta fitri, babaknya sampe season seasonan. yaudah deh, dari pada banyak cincong, semoga kalian suka ya *ngomong sama tembok tetangga* *suara jangkrik berbunyi saking sepinya blog ini* . byeeee!!!!!!