Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


selamat datang di pertarungan sesungguhnya, pertarunganmu paling besar, kamu dan dunia. yang jadi taruhan adalah mimpi setinggi langit, versus realita di dalam genggaman dunia. siapa yang paling kuat, mimpimu atau dunia? kau bisa lihat letak mimpimu ketika sampai akhir, masih menggantung ringan di langit langit atau sudah telak jatuh ditarik gravitasi?. hasilnya? tergantung kamu, si anak kecil yang dulu memakai jubah seadanya, berteriak pahlawan ke seantero sekolah, masih sanggupkah ia memegang mimpi, meyakininya sepenuh hati. 


well, catatan ini sebagai pengingat untuk gue, kalian, dan mantan superhero kecil lain yang sekarang menuju untuk jadi superhero sesungguhnya. gue masih ingin percaya pada mimpi mimpi yang digantung di langit tertinggi. gak peduli seberapa kejam gravitasi, tali yang gue pakai kali ini lebih kuat dari gaya tarik semu itu sendiri. semoga kita bisa, bismillah
aku menulis kembali untukmu. kamu butuh aku dalam setiap lamun yang datang lagi pada akhir hari. ketika bayangannya menyita waktu dan sepenuh hatimu kembali meretih lesu. ia lelah katanya, berkutat pada hal yang sama, cerita yang tak kunjung berbeda warna, biru. 

tepat ketika air matamu jatuh, untuk kesekian kali, ya, kau masih butuh aku. pangeran mimpi. aku datang lagi. aku kembali menunggumu di padang rumput hijau biasa. pintu masuknya adalah menutupnya kelopak matamu. pelukanmu yang mengerat di boneka itu, dengan air mata yang terus mengalir seiring larutnya malam, hatimu tak kunjung tenang, detaknya memburu waktu, memburu rindu. saat itu kau berteriak dengan suara yang hanya didengar oleh aku, si pangeran mimpi. hatimu berteriak cukup kencang malam ini, aku lelah!. dan itulah panggilan atas kemunculanku. 

dibawah pohon rindang berkanopi lebar. diselimuti angin yang berhembus sejuk. padang familiar itu memang milik kita, tempat aku menunggumu di keheningan. dan ketika itu, bersama senyap aku ada, hembusan nafasku selalu tenang, aku tak punya emosi lain selain sayang. sayang untukmu, yang menjadi makhluk pecandu rindu, sakit, dan perih. 

disana, di kejauhan, tanganmu sibuk mengusap air yang masih saja turun. gaun tidur putih di tubuhmu menjuntai, terbang seiring angin, seolah berteriak senang dengan kehadirannya di padang hijau ini, tapi kau, tetap tak bergeming. kedua tangan itu masih terlalu kecil untuk menghapus air mata yang menetes tak kunjung usai, ia ikut bersedih karna seharusnya ada tangan lain yang ia genggam, penyatu hati ketika ia luka seperti ini. kau melihatku di tengah selapis air di pelupuk itu. mungkin bayangku buram, mungkin tak bersinar, tapi aku masih sesuatu yang kau anggap familiar. selalu ada walaupun dunia berguncang dan sisinya berubah terbalik, bawah jadi atas, dan sebaliknya, kau tau, aku masih milikmu di alam sadar paling bawah. 

ketika itu senyummu menyambutku. senyum yang terpaksa ada ditengah kerumitan cerita, perasaan yang entah dimana. senyummu kali ini terasa terlalu getir untuk dianggap senyum sapaan. dan bukannya aku sedih melihat itu, tapi memang karna getir ceritamu itu aku ada, akupun bukan manis yang bisa jadi penawar, tapi dadaku masih seluas itu untuk menahan segala tekanan dari cerita yang akan kau bawa di setiap pertemuan. aku adalah divider perihmu setiap kali kau butuh, hal yang kau dan aku sama sama tau, mengerti. 

ketika kau duduk di sampingku, seperti biasa tangan ini langsung merangkulmu, mengelilingi punggung yang terasa semakin ringkih seiring dengan tangismu ketika bercerita. membuatmu senyaman yang kau mau, aku sedia segala rasa yang kau butuhkan, dan aku tau pasti apa yang paling kau inginkan, aman. dna aku mengeratkan pelukan di tubuhmu, agar konsentrasi hangatnya terasa sampai hati. agar kau tau, apapun yang terjadi, disini akan selalu aman, disini ada aku. melindungimu dari segala realita yang belum siap kau hadapi, melindungi dari segala cercaan manusia lain yang berani menjuri pilihan yang kau pilih. melindungimu dari beberapa manusia yang menyakiti, paling tidak untuk malam ini, sampai besok, ketika kau akhirnya terbangun dengan mata sembab dan wajah lesu. 

ditengah peluk kau bercerita apa yang terjadi, sesekali terbata, dipotong sengguk tangis dan pilek yang seirng muncul jika saat seperti ini, di lain waktu cerita itu sampai di titik krisis, sampai badan kurus itu bergetar tertahan dibawah rangkulan lenganku, yang langsung sigap kueratkan, menjagamu dari tekanan yang terlalu. terkadangpun, ketika kau tak butuh tidur lelap, ceritamu berhenti diujung jalan, sedih semakin berkurang dalam alur yang kau bawa, kau mulai bercerita banyak hal tentang hidup, kau lupa kesusahan yang ada, alasan kau datang kemari dan keberadaanku awalnya. lalu kita bercerita sampai larut kala itu (walaupun padang ini tak pernah kenal malam), sampai kau tertidur dengan wajah menyimpan senyum. walau aku hanya makhluk khayal yang eksistensinya semu, tapi aku suka melihatmu seperti ini. kau terlihat cantik, hal yang kadang kau keluhkan ketika bercerita tentang lelaki lelaki arogan yang mengagunkan fisik. kau sungguh secantik itu. 

itu jika pada akhirnya kau bisa mengatasi beban itu sendiri, jika tidak, badai malam itu butuh waktu lebih lama di tidurmu. tangismu tak berakhir, beberapa waktu semakin kencang, aku menghembus nafas panjang, tanganku masih memelukmu selagi kau bercerita di tengah nafas yang patah2 karna sedihmu kelewat berat. aku berkata segala hal yang kau butuhkan. pelukku mengerat, membugkusmu seluruhnya ketika tangis itu semakin kencang, lisan ini diam, mendengarkan segala kata yang kau ucapkan dibawah sana, sampai kau meraih ketenangan, aku tau kau hanya butuh didengarkan, butuh seseorang yang sepenuhnya tau bahwa kau tidak sekuat itu, melindungimu disaat saat seperti ini. dan ketenangan itu datang, badanmu mulai jatuh dibawah lenganku, kau tertidur setelah lelah bercerita. akhirnya, kataku. kecupan terakhirku singgahkan di keningmu ketika kau tertidur, diantara alis yang sesekali mengerut karna mimpi buruk, agar kau kembali tenang, agar kau tau bahwa aku masih disampingmu. menjagamu, sampai esok pagi kau bangun dengan perasaan penuh, senyum menghias, pikiran jernih, dan hati yang sudah sanggup menghadapi realita. ketika itu tugasku usai. dan dibawah pohon itu, tepat di dalam genggaman tanganmu kuselipkan secarik kertas yang isinya sama.

Aku akan selalu ada, cinta.
wind blows, send some hope
a hug is sent through years
burst a lot of kilometer that already matter
another curiosity of a happening
another anger, madness, missing
to the dearest that come so far
unreachable yet still loveable
i welcoming the past, feels you
familiar scent still lingering
freely flying in the air
then, it can be fixed
me definitely miss you

for my dangerous status that you may considered it as "gagal move on", i with no anxiety, lie, say that it is definitely not one of my story. well, maybe i used the moment, not the feelings. especially on the "scent" part. because of someone, i found that when you are in love, hurts, and another powerful feelings, you become the most sensitive creature in the earth, maybe not the most of people, but yep, it definitely happens on me, muahhaha. some scent become something that important to ruin my day. makes me remember of someone that makes me.so damnly missing him. and now, how time is the best medicine for certain scar, i come to forget that scent. for the person? it is the big lie if i say i forget that certain person, but yep, i may not forget him nor the things that he done after all this time. but maybe, i make it become one of the life time moment. an explanation for every single scar that left and become some proof that i am grown up, or actually, i have to grown up, a proof that i actually just a human that can go wrong, a girl that can become crazy over one person like the other girl, i thought it is the nature of an immature girl who still searching their own path to reach the tip of our maturity time, to become young, tough yey still fun, Woman.
"apalah aku ini dibanding kau yang terlalu melangit . . . terlalu tinggi"
Good sweet morning dear peopleeeee!!!!!!!
huaaaah, theres so many things that i got to tell you. so many things happen, unpredictable, yet, a little bi saddening, a little bit, happy. but well, it is life, right?

so, i've told you before that lately i try to push my self to the limit. get out from my comfort zone, try something new, i have to fight against a lot of afraid, anxious, shame, and the other burden feelings. and the result is i enter the debate championship in my faculty which named ADC "Agriculture Debate Championship". its just like a gambling for me to take a part in this championship. i havent join the same championship before, like all this debate contest. i am not that addict to some debating session with another people, hellow, i am the peace keeper dear ladies and gentleman, muahahahha. its a little narcissistic from me, but yep, i am not that kind of person. i thought that every one have their own arguments about seeing a thing, and that is not your business to persuade it and make them stand in the same page as you. i just don't used to do that, and take a part in this debate championship, with zero experience and all this grammar nazi, its like i try to reach my own death -____-"

firstly its a little bit strange, but it is changing my perception in debate. debate is not such hellish game like i thought before. it is done by some rule, and we just dont fight against each others. but yea, we are exchanging our arguments above the big heading, one to another which called motion. put every single rebuttal to the things that we dont agree. and like i said, it is hard enough to agree in some motion when actually our heart definitely say no, huaaaaa :"""", i am not that "munafik" person. but everything have their other side, it is depends on our point of view, whether it is black or white. you ruled the motion, not the vice versa. and after all the process, after all the debate session every night in the secre, got locked by the head of my dorm, got wet because of the rain that comes so unpredictable, finally . . . my team, surprisingly got the RUNNER UP!! yeaaaaay, hahahaha. 

my first medal, though it is just runner up, but it burns me everytime i see it :""

and now, i started to like it. it is the art of persuading people, with your thought, manor, and a little fact. and this time, i get a lot of knowledge, knowing new person, that changing my mind. like actually, the world we live in is not that narrow as "daun kelor". there are sooo many amazing person that already has a lot of experience, achievement, especially in debate. and its just "what the hell i am doing in the past 17 years". i just feel soo ordinary. and then i promise my self, to do that trial again. try try try myself beyond my own limitation, crisis, people, relationship and etc.

and now, after all that debate session, medal, crisis, and etc. having my night without that debate session just feel so strange to be through. it is that i lost something. maybe someday, if there is a chance to do that debate again, then i am in. if it is no, well, maybe my dear God has another thing that i should try :").i never knew that trying something new is this exciting.  

but ya, i still wonder what i lost the most, the euphoria, or the person. 
maybe for the last, it is just my bittersweet admiration, agree? :)

assalamualaikuuuum semuaaaaa!!!!
kayaknya udah lama banget gak nulis disini, menceritakan segala keabsurdan hidup yang akhir akhir ini makin absurd. gue hampir lupa kaau gue punya blog tersayang yang harus diberi tatih tayang, dan blog ini merupakan salah satu sarana gue untuk bercermin, karna menurut gue terkadang, ketika gue buntu maka gue menulis. ya nggak langsung ada bisikan ghaib juga sih yang bakal memberikan solusi atas segala masalah, tapi kadang, diri gue yang lain menemukan penawar masalahnya dari aliran kata yang gue susun dengan sabar. 

well, lately i nearly push my self to the limit which i make yesterday. belakangan gue mencoba hal hal baru, yang sebelumnya gue takuti, karena itu berada di luar zona nyaman yang selama ini terlalu nyaman. gue, yang tadinya mager untuk mengikuti segala ekskul dan kehidupan hectic sekolah mulai berubah. perlahan gue mencoba ikut beberapa ukm yang sebenernya sih belum sibuk sibuk amat, tapi tetep aja, terkadang gue malas untuk sekedar ikut kegiatan. ya karena itu, nature gue sebelumnya memang bukan tipe murid yang suka sibuk di sekolah. dan ini terbawa sampai gue sebesar ini, merantau jauh dari orang tua. dan setelah gue fikir fikir, di kota kecil ini, gue menemukan beberapa orang yang jadi perbandingan. antara manusia organisasi dan manusia rumahan seperti gue. dan seketika itu membuat gue menyesal karna ya, ternyata seperti kata temen gue dulu yang bilang "sesibuk - sibuknya ikut organisasi, sedih, seneng, dimarahin, adu bacot sama wakasek, dan lain lain, sampai kapanpun gue nggak bakal nyesel ikut ini. organisasi mengajarkan hal yang nggak akan pernah diajarin disekolah, dan itu penting". ya, itu yang gue dapatkan. setelah sebesar ini, gue agak menyesal kenapa dulu gue hanya memilih sebagai siswa yang ordinary, hidupnya hanya pr dan sekolah, takut untuk berorganisasi dengan dalih akan mengganggu pendidikan. anggapan itu nggak sepenuhnya salah memang, tapi terlalu berlebihan karna toh contohnya banyak manusia yang sukses di keduanya. dan mereka sampai sekarang masih hidup dengan sempurna.

mudah mudahan ini awal yang baik. mudah mudahan semangat perubahan diri akan terus berkobar sampai akhir. mencapai kriteria ideal terhadap diri sendiri itu sulit, yaa karena memang lawan terbesar adalah diri sendiri, right?. dan kadang gue masih suka salah dalam menentukan, sebenarnya, untuk siapa sih gue melakukan semua ini. sebagai anak muda pernah nggak sih kalian bertanya seperti itu?. dan gue yang masih labil ini pun kadang mendapat jawaban yang benar dan mantap tetapi dengan praktek yang melenceng. menurut gue jawaban ini sih sebenarnya ada pada diri masing masing, karna tujuan manusia hidup pun berbeda, right?. untuk gue, ya gue akan dengan tegas menjawab GUE. semua anfal di diri ini diperbaiki ya untuk mencapai kepuasan pribadi, untuk menaikkan harga dari hidup sendiri, jadi sewaktu waktu gue bisa mencapai segala mimpi. tapi kadang dalam prakteknya sering kita menemukan pemelencengan. kadang orientasinya jadi berubah, dari kepuasan pribadi menjadi hanya untuk jaga image atau pencitraan ke orang lain. dan setau gue, nggak ada hal yang benar dari hal itu. masalahnya kadang kita melakukan hal itu secara nggak sadar, iya nggak sih?. seketika gue pengen langsung mundur dari arena pertarungan karena merasa malu sama diri sendiri. tapi masa semudah itu menyerah?. gue pun masih agak setengah setengah soal ini, masih dalam pencarian solusi. mungkin memang pemaafan atas diri sendiri itu penting dan perlu. lalu evaluasi.

:p

Liana menunggu di jalan yang sama. Dibawah tanda laju dan berhenti. Sendirian. Bebannya ringan, toh ia hanya membawa seluruh badan dengan kaus sederhana yang melekat, seharusnya langkah itu bebas dan kini entah kenapa kelihatannya tak sebebas itu. Terlebih ia hanya diam, tanpa sesenti pun bergerak dari tempat singgah semula. Kadang duduk, merunduk, menatap langit luas, mengehmbuskan nafas panjang, dan termenung. Satu pikiran yang berputar di kepalanya saat ini, benang kusut yang tak kunjung menjadi lurus. Itu. Pijakan kaki yang ia masih belum tau tepatnya dimana. Pijakan disekitar yang tersedia masih terasa belum mantap. Hatinya belum penuh. Pikirannya masih berada pada tempat yang tak ia punya. Langkahnya memang belum ringan, tapi setengah hatinya, di sana. Di tempat yang dulu, sangat dulu. Ketika semuanya terasa……. Nyaman. Stay. Safe.  


Ditengah hecticnya laporan dan segala jurnal, gue masih . . . masih memikirkan masa lalu. bukan soal satu orang, satu subjek, satu memori. tapi semuanya keseluruhan, mereka, dan semua orang yang ada disana. Setumpuk memori, kenangan, dan tawa. Gue hanya kelewat rindu kalian, mau main lagi? :")
kamu dengar bisik ditengah senyap barusan?
"its just not this one, not this time"
dan beberapa cerita berguguran, derap jantung perlahan melambat, kehilangan sensasinya, kehilangan rasa.
menulis kertas polos memang lebih mudah daripada mulai pada satu yang sudah bercerita, tapi sesulit inikah memulai lagi?
happy halloween dear eighteenth, waaaks gue merasa bertambah tua, yaiyalah -___-". rasanya meninggalkan 17 tahun yang wow itu berat sekali, ya tapi, semua orang pasti maju kedepan, tumbuh, dan berkembang, mature perhaps? walaupun nggak semua orang juga sih yang kepribadiannya sesuai dengan pertambahan umur. kalian mungkin lebih tau kalau pada sebagian orang, umur tidak mencerminkan sikap, oke kali ini gue nggak mau ghibah sih sebenernya, hahha. tapi entah kenapa selama ngekos gue jadi sering panen ghibah dan panen lemak, subhanAllah, oke kita skip aja. 

jadi gue ultah ke 18, rasanya sedikit berbeda. entah kenapa tapi semakin tua rasanya hari ultah semakin hambar. gue nggak ngerasain rasanya excited ketika hari itu kejadian, rasanya biasa aja. mungkin efek bertambah umur gitu ya, membuat kita jadi nggak terllau excited sama segala sesuatu yang emang dasarnya nggak terlalu penting -___-" duh gue tambah berasa tua ngomong kayak gini ya Tuhaaan. walaupun gitu gue masih sih ngerasain senengnya, seneng karena masih ada orang yang ngebela belain ngucapin tengah malem buat sekedar ngucapin "Happy Birthday!!" yang padahal, gue sendiri nggak begitu care sama hal kayak gitu. bukan masalah ucapannya, tapi perhatiannya itu yang bikin, eh!. gue jadi merasa mungkin setelah ini gue harus lebih peka ke mereka untuk hal hal yang mungkin gue anggap gak penting. iya juga sih, gue nggak bisa memaksakan semua orang untuk cuek seperti ini, pada beberapa orang, hari ulang tahun itu masih sepenting itu. 

btw cerita cerita selanjutnya menyusul, karena besok gue UTS bro, dan ini jam 3.19 a.m yang seharusnya gue istirahat. but well, i really love you, like i love coffee in every night, as warm as momo, as lovely as a bar of chocolate, dear guys :")

"i just want to say to my Highest Lord, dear Allah, thanks for every moment, every person, every thing that comes and go, that blooms and fall, that smile and tears, makes me grow up and knows that your love is definitely real. Thanks.... "
Selamat senja Mas. pertemuan kita singkat dan menyenangkan. kau membuatku lupa, sesaat, bahwa ada masa lalu yang akhir akhir ini terus berputar lagi. sampai bertemu lagi ya, dengan seragam coklatmu, di kereta yang sama, di suatu waktu yang entah kapan. :)
"Cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irrasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidka butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan akan kembali menganga. kau denngan mudah membenarkan apapupn yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut. tidak lebih, tidak kurang. kenangan indah bersamamu akan kembali memenuhi hari - hariku entah hingga kapan, itu benar. tapi aku tidak akan membiarkan hidupku kembali dipenuhi harapan hidup bersamamu. sudah cukup. biarlah sakit hati ini menemani hari - hariku. biarlah aku menelannya bulat - bulat sambil sempurna menumbuhkan hati yang baru, memperbaiki banyak hal, memperbaiki diri sendiri. apa pepatah bilang? ah iya, patah hati tapi tetap sombong, patah hati tapi tetap keren."

-Tere Liye-
Jalan ini membawaku pulang. Tasku penuh dengan cerita si gadis penyendiri. Gadis yang kini tau bahwa dunia tak semudah angin menjatuhkan daun kering. Ia kini tau bahwa tak ada lagi pintu menujumu. Ia tau bahwa cerita ini hampir sia - sia kalau kamu tak ada, dan ternyata, kamu memang tak akan ada. Aku lupa bahwa rumahku kini tanpa kamu. Bukannya aku gentar dengan itu, lalu berbalik arah dan kembali berpetualang, aku hanya belum siap bahwa tas yang dijejali memori akan terus tertutup rapi. Tadinya aku hampir kehilangan bahagia dengan mengingatnya. Dan ketika pintu itu membuka, ya memang, tak ada kamu, tolonglah, bayangan senyumanmu itu sepenuhnya hanya mimpi di terik siang. tapi ternyata Tuhan selalu jadi yang paling tau apa yang kubutuhkan, manusia manusia kesayanganNya ada di ujung daun pintu, menyambutku dengan rentangan tangan terbuka. Lalu aku menghambur bahagia. Rumahku ternyata masih sama hangatnya walau tanpa kamu.

@travel. perjalanan pwt - sala3


Aku senang dengan ini, aku cinta duniaku. Lalu kamu datang lagi dengan sejuta cerita yang mungkin aku tunggu. Aku telah menjelajahi luasnya dunia, ketika kau baru tau bahwa dunia tak sesempit angkutan umum tempat kita bercengkrama dulu. “Apakah kau sudah bertemu dengan lelakimu? Sosok yang kau tulis dalam setiap goresan tinta, sosok yang bukan aku”, itu katamu seiring dengan sesapan teh manis di cangkir, permukaannya bergetar sedikit, memantulkan cahaya kafe yang mulai temaram karna selimut waktu. Senyummu sore itu terkesan terpaksa untuk ada, bukan tipe senyum yang menghias tulus. Dan aku, tak kalah terpaksa yang menimpali dengan kata “sepertinya begitu”. Satu kata yang lalu menggantung di udara. “baguslah” Kau kembali tersenyum, senyum yang getirnya terlalu pahit. 

Ada selapis air yang mulai menggenang di pelupuk matamu. Tepat ketika di depan pintu kafe (dejavu ekstrim, seperti bertahun tahun sebelum ini, ketika kau mengatakan bahwa aku tak lagi dibutuhkan) aku serahkan undangan untuk acara 3 hari lagi. Acara pernikahanku.
Lalu kau memelukku erat, terlalu erat. Pelipisku seketika basah, tetesan air mengalir di pipi, kali ini bukan airmataku seperti yang sering terjadi dahulu, kali ini bagianmu. “maaf” suaramu bergetar hebat. Setidaknya aku tau, kali ini kata kata itu berasal dari dalam hati. “sudah” dan setelah itu hanya ada pelukan hangat pertemanan, satu satunya hal yang tersisa dari cerita yang kau akhirkan terlalu awal.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Aku senang dengan ini, aku cinta duniaku. Lalu kamu datang lagi dengan sejuta cerita yang mungkin aku tunggu. Aku telah hinggap dari satu cerita ke cerita yang lain. Aku hampir lupa denganmu, laki laki yang akhirnya secara tiba tiba datang lagi. 

Aku terkejut ketika kemarin ada amplop cokelat kusam dengan putik edelweiss diatasnya, terikat cantik, tapi sialnya hatiku berdetak sakit. Aku buka tali anyamannya dari ranting ranting kering. Didalamnya hanya ada secarik kertas “besok tak ada acara kan? Ayo bertemu! Kalau ada acara tetap bertemu, batalkan saja acaramu, besok, tempat biasa, cokelat panas menunggu kita”. Aku merutuk dalam hati, aku kenal tulisan kurus dan sedikit miring ini, kau masih sama sesuka hatinya seperti dulu, memangnya hidupku milikmu?!. Tapi tetap saja, hari ini kakiku melangkah bodoh, ketempat yang sama, secangkir cokelat panas yang sama.

 Jalanmu tegap dengan setas penuh foto. Foto foto itu punya persamaan dalam setiap gambarnya, bendera yang berkibar bebas diatas gunung, dan, senyummu yang selalu selebar itu. “pamer” bahagia. Aku tertawa kecil, formalitas. Kau bercerita tentang panjatan gunung yang satu dan berlanjut ke gunung yang lain. Menelusuri hutan belantara dan banyak bertemu keajaiban dunia, kearifan alam, yang kau agungkan setengah mati. Bercerita tentang kupu kupu yang selalu kau temui dimanapun kau berpetualang. Tentang keindahannya yang kau puji sampai ke spectrum terkecil. Tentang kebebasannya yang tanpa batas, tentang sayapnya yang ringkih tapi tetap terbang walaupun hidupnya sebentar. Kau mencintainya, dan oleh karna itu aku benci dia. Terutama, kebebasannya.


Lalu akhirnya kami ada diluar kafe cokelat panas, tatapanmu sama ringkihnya dengan sayap kupu kupu. Aku berbalik, bersiap ke arah jalan menuju rumah, mengusap air mata yang terbit perlahan. Lalu tanganmu terentang, membungkus punggungku lemah. Nafasmu masih aroma cokelat, hangat dan berhembus ketika berbicara tepat dibelakang telinga “tetaplah jadi jendela tempat kupu kupu itu datang dan hinggap walau sebentar”. Dan setelahnya pelukanmu mengerat, aku tak ingin beranjak. "jendelaku akan selalu terbuka walau aku masih tak suka dengan kebebasanmu", kau diam, tapi aku tau, senyumanmu ada dan terukir pasti di wajah itu.




dua cerita diatas terinspirasi dari lagu "Clarity" by Zedd ft Foxes. agak melencneg dari lagu sih sebenarnya mengingat lagu aslinya lebih galau dan sedih dari cerita gue yang ecek ecek, hahaha. tapi intinya sih dua cerita itu menggambarkan gimana rasanya ketika masa lalu kalian datang lagi, tapi bukannya membawa kabar gembira, malah sebaliknya. sakit gak sih?. kali ini benar benar bukan cerita atau curhatan gue, ini 100% fiksi, yaiyalah, yakali gue udah mau nikah. atau ya kali gue punya pacar anak mapala. too risky, gue nggak kuat kalau harus pacaran sama anak gunung, apa gak jomplang, dia yang tangguh, panjat sana panjat sini, lah gue yang olahraga pas ada pelajaran olahraga aja -__-". yah tapi mencoba memposisikan ketika berada di posisi itu, ketika kalian udah hampir,99,999 % move on, tapi manusia itu balik lagi. rasanya dibutuhkan tekad yang kuat agar 99,999% itu gak percuma, agar kita gak ikut balik lagi ketika dia ingin balik lagi. tapi itu tergantung persepsi masing masing ya, kalau menurut kalian ornag itu layak dibukakan pintu lagi ya kenapa gak? perpisahan kan gak selamanya soal ketidakcocokan sifat, kadang ada yang dipaksa pisah karna kondisi dan situasi yang nggak tepat. kalau sekarang segala terasa tepat, kenapa ngga?. tapi kalau memang sekiranya kesempatan yang sudah diberikan adalah kesempatan yang sudah sekian kali, itu sih namanya bunuh diri, hahahahha. 
 


"aku akan jadi dokter, usaha apapun akan kubayar, kujalani ikhlas, mengeluh tak pernah, dan segala hal yang diperlukan sampai kesana. aku akan jadi dokter"
celetukmu kala itu, di sela sela motivator berbicara, menatapnya dengan api semangat, tau bahwa segalanya adalah mungkin. seakan dapat menggenggam langit, menyimpannya dan kau taruh di atap atap kamar. kau pandangi setiap malam, setiap nafas berkata bahwa "aku akan ada disana, terbang bersama elang, menikmati dunia, menjalani mimpiku dengan bahagia".

kau berusaha sampai larut. tak kenal waktu, ketika mereka tertawa kau hanya diam dengan buku ditangan. semuanya tak berguna sebelum hari penentuan. belajar belajar belajar. "membangun mimpi" katamu kala itu dengan senyuman ikhlas dan bahagia. setidaknya aku senang, kau tak merasa menderita. aku, kami semua yakin bahwa kau akan sampai disana. puncak yang sdah kau tandai benar benar dengan tinta merah dan emas. tampat yang seharusnya kau berada. sekali lagi kau tersenyum membayangkannya. mimpimu berada di ujung hidung. tinggal kau hirup dalam dalam dan mengalir di arteri, memenuhi seluruh pembuluh dan menebarkan energi semangat untuk berlari lagi.

hari penentuan itu datang. parasmu seserius itu sampai kami tak sanggup mengganggu. kepalamu ditundukkan dan tercipta doa yang diujarkan lamat lamat di awal hari. kami mengaminkan dalam diam "kau pasti bisa". dan pagi itu adalah pagi suci yang terasa berjalan terlalu lambat. adrenalin meledak, tapi tetap kau merasa tak siap. "ini kurang, itu kurang, mungkin aku harus membaca lagi, menulis angka angka" dan segalanya kau lakukan untuk menenangkan hati. lalu bel berbunyi. itulah pertanda perangmu. perang yang pertama dan terakhir. tak akan ada lagi seperti ini, di perbudak soal dan menggantungkan takdir pada setiap bulatan yang dihitamkan. setelah ini jas kuning akan jadi pengantar identitas dan sumpah dokter akan jadi salah stau bagian hidup terpenting  beberapa tahun lagi. tapi semuanya, terlihat terlalu dekat untuk diraih. terlalu bersinar sampai menyakitkan mata. apakah ini baik?

hari itu datang, jantung mu seperti meledak keluar. detakannya terlalu cepat katamu, berkali kali kau menyentuh dada seperti menenangkan bahwa semua akan baik baik saja. apakah iya semuanya akan baik baik saja?. dengan takut takut kau buka, tangan itu terasa tidak yakin memegang kursor, terasa janggal ketika digerakkan, tombol tombol keyboard terasa terlalu acak dimatamu. dan dengan hembusan bismillah............

lemah. tanganmu kala itu kehilangan tenaga seketika. kau dijatuhkan ketika padahal kursimu masih dalam posisi sempurna berdiri, hanya saja beban tanggungannya kali ini terasa lebih berat. beban kekecewaan. ada tangis kala itu, seperti seharusnya yang terjadi. tangis sedih, percuma, segala usahamu terlihat sia sia. berkata menantang kepada Tuhan "aku sudah memberikan semuanya Tuhan" tapi langit tetap sunyi seperti senja senja kemarin. hening. dan sejak itu kau tak lagi menganggap usaha itu penting. mimpimu jatuh dan patah. gagal jadi realita.

kami datang, memelukmu erat, menghangatkan jiwa yang terasa dingin kecewa. berbisik suatu cerita.
"dahulu, sewaktu kau kecil, dengan rambut acak, senyuman yang sama ikhlasnya dengan kau beberapa minggu lalu, kau berkata "aku ingin jadi superman, terbang di angkasa, menolong kakek yang ragu di pinggir jalan, membantu ibu agar tak lelah berjalan ke pasar, membantu kalian semua teman untuk mengambil balon kita yang tersangkut di atas pohon". kata kata sederhana ditambah tangan yang terkepal diarahkan ke atas, berdiri diatas batu besar dengan jubah dari kain bekas yang berkibar bebas. kau siap lepas landas. loncatan besar saat itu kau rasa cukup. mimpimu berada di ujung hidung, kau hirup baik baik dan semangatnya masih sama membakar adrenalin.

dan buk!
kau jatuh tertelungkup, diam diatas tanah. kami panik sampai mati. langsung berlari dengan paras kalut, apakah kau masih baik baik saja?. dan kau perlahan bangun, menegakkan diri, pelipismu meneteskan darah segar, dan dengan ringannya tersenyum ikhlas. masih ikhlas yang sama dengan saat pertama. dan kau dengan mantap berkata "Calon superman memang boleh terjatuh kan? hehe".

dan kami berkata yang tak kalah mantap. "Ya, calon superman memang boleh terjatuh karena balon tak pernah tersangkut di pohon yang rendah."

(terinspirasi dari slide motivator motivator yang dulu datang ke sekolah gue. dengan mata ngantuk waktu itu ternyata gue masih bisa menyerap sesuatu. dan juga terinspirasi dari pengalaman teman teman seperjuangan, salam hormat buat kalian yang saat ini masih berusaha mencapai mimpi masing masing!)
Assalamualaikuuuuum! kalian dapat salam dari kota kecil yang beranjak perlahan beralih ke metro, purwokerto. tepat kemrin gue baru selesai ospek fakultas pertanian unsoed. yep! akhirnya gue duduk disana, mungkin sampai 3,5 tahun kedepan. sebelum ke inti, gue ingin bercerita sedikit tentang segala kepindahan hidup, keluarga, tempat bermain, dan teman. benar benar memulai segalanya dari nol. disini nggak ada yang gue kenal, nggak ada tempat yang terasa familiar, dan nggak ada makanan yang terasa meyakinkan untuk dimakan. dan satu satunya yang membuat gue mantap adalah kata kata 

hijrahlah, maka kamu akan mendapat ganti teman, keluarga, rumah, dan segala kebutuhan yang kau butuhkan.

jadi walaupun pijakan ini masih terasa belum mantap, gue tetap akan berusaha untuk hidup dan belajar sebaik baiknya disini. tanpa peduli kata orang lain, tanpa peduli bahwa sebenarnya ini jauh dari segala impian dan rencana hidup kemarin. 

jadi gue memulai kehidupan baru gue sendirian. kehidupan yang berbeda 180 derajat. yang dituntut harus mandiri dan hal hal lainnya. yang biasanya nyuci masih nebeng sama mama, sekarang harus nyuci, nyetrika, nyapu, ngepel, dan pekerjaan lainnya sendirian. yang biasanya makanan tinggal tring, sekarang kalau gue nggak keluar ya bakal kelaperan. nggak bakal juga ada yang neriakin nyuruh nyuruh makan, karna disini semua orang fokus dengan kehidupan dan urusannya masing masing. semua makhluk dewasa ini nggak ada hubungannya sama keluhan maba yang masih dalam orientasinyamelewati homesick dan keterkejutan akan segala tanggung jawab yang sekarang semuanya benar benarberada di tangan gue.

gue mulai dengan ngekos dirumah cat biru dipinggir jalan. letaknya strategis, dan oleh karna itu tarifnya mahal dan minim fasilitas -___-". pertama tinggal disini banyak ketakutan yang menghantui uuuuuuu. dan salah satunya, musuh bebuyutan gue, adaptasi. gue gak bisa jadii diri sendiri ketika masa masa adaptasi. tapi alhamdulillahnya, ternyata ketakutan itu berujung nothing. adaptasi gue sukses, teman teman kos disini menciptakan suasana baru yang bisa buat gue lupa kalau gue telah berkilo kilo jauhnya dari orang orang tersayang. mungkin, mungkin, mungkin gue telah menemukan keluarga baru, paling tidak untuk saat ini. tapi sebahagia bahagianya juga, tetep aja, udah 2 minggu ini setiap jum'at malam pasti gue chaw ke rumah mama. masakan mama, masih jadi candu yang susah dihilangkan. dulu kalau ada tawaran makan diluar atau dirumah, mungkin gue akan menjawab makan diluar. tapi sekarang, setelah tau kalau makan masakan mama yang ngangenin itu adalah suatu nikmat yang patut disyukuri, maka i surely choose my mom's food.

tbc......


Lama kelamaan, dimulai dari ritual kata kata pembuka “gue memilih bahagia hari ini” di awal pagi, maka kejaiban move on akan menyapa. Keliatannya ecek ecek banget karena conoh kasusnya berasal dari permasalahan khas anak remaja, tapi dasarnya bisa membantu dalam kehidupan sehari hari.

Nggak selamanya hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan,nggak sesuai ekspektasi diri atau orang sekitar, dan itu semua dapat dipastikan bikin kecewa. Seberapa besarnya rasa kecewa ya bergantung pada berapa banyaknya harapan yang ditaruh dalam setiap ekspektasi. Dan kita terlalu berlarut larut disana, kita memilih untuk terus kecewa. Perspektif yang diliat Cuma negatifnya aja, jadi nggak kepikiran bahwa apapun yang terjadi, kita selalu, selalu punya pilihan untuk bahagia. Hak yang dikasih tuhan langsung tanpa perantara dan kita buang gitu aja. Wasted. Mungkin susah untuk merubah perspektif kita ke sisi positif, di awal. Tapi kenapa kita nggak berusaha lebih untuk lompatan awal, awal memang selalu jadi yang tersulit kan.

Sebutlah gue disini sok pinter dengan omongan yang sok bener. Tapi ini semua gue tulis berdasarkan pengalaman. Gue sering kecewa, terlebih akhir akhir ini. Tapi karena gue teringat peristiwa di atas, bahwa gue pernah sukses dalam pilihan untuk bahagia apapun yang terjadi, maka kali ini pun gue ingin memilih lagi, untuk bahagia tentunya. Mulai belajar menerima keadaan lagi dari awal. Menjaga dan mengembangkan apa yang gue punya sekarang dan tutup mata pada apa yg nggak gue punya, nggak gue berhasil dapatkan. Toh selama ini Tuhan nggak pernah salah, Dia selalu tau mana yang paling gue butuhkan.

Berakhir dengan kata kata terkenal “hidup itu adalah pilihan”. Pilihan antara terus kecewa atau bangkit dan bahagia, mana pilihan lu tergantung hati dan sudut pandang. Bukan kondisi atau situasi. Jadi sekarang mana yang lo pilih? :)  
assalamualaikuuuuum semuaaaa! hah, akhirnya gue pindah juga dari kota yang hampir 18 tahun ini menjadi rumah setiap gue pulang kampong. Sekarang gue nggak kehilangan rumah, tapi kehilangan tempat untuk “mudik” karna akhirnya gue tinggal di kampong -___-“

oke, itu nggak terlalu penting. Kemarin gue nggak sengaja nyangkut di acara motivasinya Mario Tegar menghadapisegalacobaandanpatahhati , dan kali ini dia membahas tentang “memilih kebahagiaan” dan gue tertarik untuk membahasnya.

Banyak orang yang bilang kalau kita terikat dengan takdir. Saking terikatnya kalau sunatullahnya kita harus jatuh, ya kita akan jatuh. Tapi karena akhir akhir ini gue cukup banyak ‘jatuh” maka otak gue yang mulai menumpul pun diajak untuk memikirkan hal yang tergolong penting, karna biasanya otak gue terlalu tenggelam dalam keasikan memikirkan hal hal yang menurut orang lain nggak penting, seperti gue pernah berfikir keras, kenapa temen temen gue manggil gue alay, padahal gue nggak alay, juga kenapa mereka menambahkan jones sebagai nama tengah gue, padahal gue hanya jomblo dan nggak ngenes sama sekali! Camkan itu!, suatu hari gue akan mengumpulkan para jomblo untuk menyatukan kekuatan dan membuat dunia percintaan kalian luluh lantah huahahaahaha *tawa jahat*.

Nggak nyambung kan? Oke back to topic.

Saat pertama, mungkin bukan salah satu cobaan terberat karena ini cuma masalah percintaan remaja yang ecek ecek abis, cenderung alay dan tidak elegan -____- *gue pun masih heran kenapa gue bisa sampe segitunya, khilaf kali ini kelewat berat, bahkan sulit untuk gue memaafkan diri sendiri, huaaaa :””*. Jadi cowok yang pernah dekat sama gue, akhirnya dekat dengan cewe lain, dan kita, ya kita, gue, dia dan dia, sekelas. Kebayang kan gimana situasinya? Gue yakin pasti kebayang dan memahami, mengingat kalian sudah sangat teredukasi lewat ftv ftv kalo masalah kayak ginian, ya Cuma beda pemain, dan kali ini real :””. Mereka berduaan dan gue mojok sendirian di sudut kelas, sederhananya? Suram. Aura gue hitam butek dan hampir setiap hari diterpa badai angin puting beliung.

Nah keadaan itu otomatis membuat hari hari gue dikelas tambah “berwarna”. Hampir setiap hari ada kejutan kejutan yang dihadirkan. Tenang aja, ini benar benar kejutan kok, dan nggak semuanya nyakitin seperti yang kalian pikirkan. Situasinya pada saat itu, dia bimbang dan gue pun bimbang. Jadi ya maju mundur. Kadang kadang dia balik lagi yang bisa membuat gue melayang diatas awan dan besoknya bisa aja langsung jatuh ke cisadane dan hanyut kebawa banjir kiriman. Atau kadang kadang teman teman gue datang dan meramaikan hidup gue, dan lagi lagi gue dilambungkan ke atas awan. lupa deh sama cowok kayak gitu. Gampangnya, patah hati mudah dilupakan oleh kehangatan pertemanan. Dan dari berbagai macam mood yang absurd kala itu, rasanya hidup gue ada di roller coaster. terlalu cepat untuk ada di atas dan belum bersiap ketika tiba tiba dijatuhkan. Pada suatu titik gue takut untuk terlalu bahagia hari ini.

Gue hampir berkesimpulan, kalau gue terlalu bahagia hari ini, maka dapat dipastikan esok hari gue akan tenggelam dalam lautan kesedihan. Dan jangan meremehkan kekuatan pikiran, when you think blue is red, then, it is. Semua yang gue pikirkan jadi kenyataan, dan sialnya kenapa yang jadi kenyataan Cuma yang jelek jelek aja -___-“. Gue takut untuk terlalu bahagia. Menyedihkan ya? Betapa pengecutnya gue kala itu.

Lama kelamaan kesabaran gue habis, gue nggak kuat untuk selalu ada di “never ending roller coaster”. dan di atas motor, gue sampai pada suatu kesimpulan “ini hidup yang hak pinjamnya seluruhnya ada di gue, dan hanya gue yang berhak memilih untuk bahagia atau tidak, bukan cowok absurd atau kondisi yang super rese”. Dan sejak saat itu gue berniat untuk mengamalkan ilham itu pada setiap keseharian.

Gue nggak bilang kalau setelah mendapatkan ilham yang cemerlang lalu kita dengan gampang dapat merealisasikannya di kehidupan, karna faktanya itu susah. Esoknya, komitmen super gue pun diuji. Begitu sampai kelas, Cuma ada 2 orang yang berkumpul, dan seperti yang kalian duga, itu mereka. Dan gue masih tetap sendirian -___-“, harusnya ada pangeran berkuda yang datang membawa gue pergi dari sana dan bikin envy warga sekitar, tapi kenyataan tetap kenyataan, gue tetap sendirian, saat itu.

Pada hari hari sebelum “pencerahan”, melihat hal itu akan membuat gue menaruh tas dan langsung chaw dengan kecepatan cahaya keluar kelas, pengennya sih langsung menembus langit ketujuh, ngadu sama tuhan biar gue langsung dikutuk jadi cantik kayak taylor swift biar dia nyesel setengah idup, tapi sayangnya sekolah gue Cuma 2 lantai -___-“. Eeeit jangan sedih, karna gue sudah berjanji bahwa hari ini akan berbeda “gue memilih untuk bahagia hari ini, bukan cowo yang lagi flirting sama cewe lain dengan asiknya di dalam kelas” (sfx: tengtedengtedeeeeeeeeeng, suara gendering penuh kepercaya dirian bertabuh kencang di telinga). Dengan dagu ditegakkan, dada dibusungkan *agak ambigu ya*, dan langkah gue semakin mantap walau tas yang isinya udah kayak toko buku terasa berat *bukan melebih lebihkan, ini benar benar berat, suwer kewer kewer, karna ini kapan kapan kalau gue punya waktu senggang, maklum sibuk abich, gue mau ngajak ngopi ngopi santai menteri pendidikan buat ngobrolin penderitaan anak sma jaman sekarang yang tasnya udah berasa isi baja ringan semua -___-“*, gue pun masuk kedalam kelas, nggak lupa tampang super cool walau di dalam hati ada bara api yang bersuhu 1237 kelvin, menaruh tas dengan woles dan elegan. Lalu gue duduk, oh pasti cari tempat duduk didepan mereka dong, biar sinetron tambah seru. Dan saat itu gue bingung mau ngapain lagi setelah duduk -___-“

Gue putuskan untuk belajar (re: pasang headset, bolak balik lks, browsing lirik lagu). Pokoknya apapun gue lakukan, dan terimakasih Tuhan, karena nggak lama setelah kegiatan “belajar” gue berlangsung teman gue pun datang, dan dunia gue penuh canda tawa. Tawa gue kala itu terasa lebih kencang dari sebelumnya, dia berbunyi “MAMAM! GUE MASIH BISA NGAKAK WALAUPUN LU JUNGKIR BALIK, SENAM ATLETIK, JOGET ASEREHE SAMA CEWEK LAIN, NGGAK PEDULI! MUAHAHAAHA”. Itu baru balas dendam, dan gue bahagia :”). dan hari hari selanjutnya, karna gue telah memilih untuk bahagia hari ini, setiap hari ketika gue baru bangun tidur, maka itulah yang terjadi.

Pada beberapa hari, kata kata itu kadang diuji. Terasa berat untuk diamalkan, sampai sampai gue hampir menyerah “apa memang pilihan kebahagiaan bukan hak gue”. Lalu ketika hampir jatuh gue tinggal mengencangkan tekad dan meneriakkan kata kata ajaib di dalam kepala, magicnya, gue dapat kekuatan untuk bisa memilih lagi.

Sebenarnya, kalau gue boleh jujur adalah, bukan keadaan yang mengikuti pilihan hati, tapi pilihan hati gue yang mengikuti keadaan. Sederhananya, gue hanya mengganti “kaca mata”. Mengganti sudut pandang gue dalam melihat segala sesuatu di depan. Membiasakan diri dengan sikon yang sedang berlangsung dan fight back. Mungkin dulu, ngeliat mereka berduaan bisa menjatuhkan gue jadi kepingan kepingan kecil, tapi sekarang, pemandangan mereka yang sedang dekat yang berubah menjadi kepingan kepingan kecil. Gue mengabaikan dan melangkah, gue tau ngeliat kayak gitu Cuma bikin sakit, sedangkan memikirkan dan menjaganya terus ada dalam pikiran bisa bikin luka tambah berdarah darah, sampe tumpeh tumpeh *halah*, intinya kegiatan diatas nggak ada nilai positifnya, karena itu gue memilih untuk nggak melakukannya lagi. Gue berhenti menjadi pecandu perih. Gue menyalurkannya ke hal hal yang lebih penting, kalau duduk bikin sakit, maka gue berdiri. Kalau berdiri tambah sakit, maka gue berjalan. Kalau sampai berjalan sakitnya belum ilang, maka gue berlari. Lari terus sampai sakit itu nggak kerasa dan ketiup angin.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ▼  2013 (52)
    • ▼  Desember (6)
      • idealism
      • Sacred Prince
      • certain scent
      • "apalah aku ini dibanding kau yang terlalu melangi...
      • rookie reckless debater
      • continuing life.
    • ►  November (2)
      • between paper and new circumstances
      • kamu dengar bisik ditengah senyap barusan? "its j...
    • ►  Oktober (7)
      • haloween?
      • iem.
      • the reminder
      • Rumah tanpa kamu
      • Nostalgic
      • Mimpi Mimpi yang Patah
      • AKB : Anak Kost Baru 1
    • ►  Agustus (2)
      • Ur Choice II
      • Ur Choice I
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates