Ur Choice II
Lama kelamaan, dimulai dari ritual kata kata pembuka “gue
memilih bahagia hari ini” di awal pagi, maka kejaiban move on akan menyapa. Keliatannya
ecek ecek banget karena conoh kasusnya berasal dari permasalahan khas anak
remaja, tapi dasarnya bisa membantu dalam kehidupan sehari hari.
Nggak selamanya hidup sesuai dengan apa yang kita
inginkan,nggak sesuai ekspektasi diri atau orang sekitar, dan itu semua dapat dipastikan
bikin kecewa. Seberapa besarnya rasa kecewa ya bergantung pada berapa banyaknya
harapan yang ditaruh dalam setiap ekspektasi. Dan kita terlalu berlarut larut
disana, kita memilih untuk terus kecewa. Perspektif yang diliat Cuma negatifnya
aja, jadi nggak kepikiran bahwa apapun yang terjadi, kita selalu, selalu punya
pilihan untuk bahagia. Hak yang dikasih tuhan langsung tanpa perantara dan kita
buang gitu aja. Wasted. Mungkin susah untuk merubah perspektif kita ke sisi
positif, di awal. Tapi kenapa kita nggak berusaha lebih untuk lompatan awal,
awal memang selalu jadi yang tersulit kan.
Sebutlah gue disini sok pinter dengan omongan yang sok
bener. Tapi ini semua gue tulis berdasarkan pengalaman. Gue sering kecewa,
terlebih akhir akhir ini. Tapi karena gue teringat peristiwa di atas, bahwa gue
pernah sukses dalam pilihan untuk bahagia apapun yang terjadi, maka kali ini
pun gue ingin memilih lagi, untuk bahagia tentunya. Mulai belajar menerima
keadaan lagi dari awal. Menjaga dan mengembangkan apa yang gue punya sekarang
dan tutup mata pada apa yg nggak gue punya, nggak gue berhasil dapatkan. Toh selama
ini Tuhan nggak pernah salah, Dia selalu tau mana yang paling gue butuhkan.
Berakhir dengan kata kata terkenal “hidup itu adalah pilihan”.
Pilihan antara terus kecewa atau bangkit dan bahagia, mana pilihan lu
tergantung hati dan sudut pandang. Bukan kondisi atau situasi. Jadi sekarang mana
yang lo pilih? :)
0 comments