Pada kedua matamu aku berpulang. Aku kira sudah tidak ada lagi rumah dalam sayupnya. Ternyata pada kedalamannya justru aku temukan sebagian diriku yang sudah lama dikira hilang. Siapa sangka, gadis remaja itu ternyata masih bersembunyi dibalik teduhnya. Ia nyaman bersandar pada setiap rasa dilindungi dan kata - kata penuh cinta. Cukup lama di palung Mariana, kembali pada tatapanmu di suatu siang yang tiba - tiba, membuatku ingin bersandar dan menaruh jangkar selama yang aku bisa. Sayangnya, hidup masih kerap menjadi banyak sekali ketidakmungkinan, dan kamu bukan pengecualian.
Pada hangatnya ruang - ruang pikiranmu aku berpulang. Aku bebas menghamburkan banyak keresahan di setiap sudutnya. Tidak pernah ada khawatir akan berubah menjadi pisau yang menusuk tajam. Begitu lapangnya, dan aku bebas menjadi apapun yang aku suka. Bisa jadi pahlawan yang kesiangan, atau penjahat atas mimpi - mimpinya sendiri. Berbagai macam aku yang sedikit baiknya, tapi tidak pernah khawatir akan kehilangan tempatnya di setiap sisi. Setiap dindingnya masih menjadi kanvasku paling warna - warni. Membuatku ingin menyimpannya selamanya, abadi. Sayangnya, hidup masih kerap menjadi banyak sekali ketidakmungkinan, dan kamu bukan pengecualian.
Begitu keras aku berdoa dan masih bukan jadi pengecualian. Aku pikir, ini jawabannya. Gak apa, setidaknya aku pernah merasakan nyaman, yang pada kehidupan amat sederhana, juga adalah suatu keajaiban.
0 comments