Kalau Bertemu Lagi

Aku sudah tau apa yang aku inginkan ketika kami bertemu lagi. Tidak banyak, ataupun penuh dengan tanya. Percakapan kami sungguh akan jadi begitu sederhana. Hanya soal sedalam apa yang pernah kami miliki, ia maknai. Aku mengerti kalau pada akhirnya ia diam saja. Aku sudah bersiap jika akhirnya jawabannya ternyata membuatku kembali menemukan bahwa selama ini aku sendiri. Sungguh tidak apa, dan aku akan tetap menjelaskan dengan penuh kesabaran, pun kelapangan. Bahwa jika menurutnya yang kami miliki tidak lebih dari rasa yang begitu dangkal pun semu, maka aku akan tetap bercerita, bagaimana aku pernah begitu tenggelam di dalam kedangkalannya, dengan amat bahagia. Bahkan jika aku lupa caranya berenang, maka tidak segan - segan aku berdiam, tidak lagi akan muncul ke permukaan. Meski sendiri, aku akan dengan bangga mengakui bahwa aku pernah berpikir ini akhir dari setiap perjalanan yang melelahkan. Aku akan terus saja bercerita sampai ke bagian penyadaran bahwa ternyata ini bukanlah akhir, tapi justru satu lagi pelajaran. Setidaknya, satu lagi jatah kegagalan sudah aku tuntaskan. Artinya, bisa jadi aku sudah semakin dekat dengan kedewasaan. 

Aku juga akan bertanya, sejauh apa mimpi - mimpi kami pernah ia bawa pergi. Sampaikah mereka di langit tertinggi. Sampaikah mereka ke hatinya, sehingga ia terus saja mempercayai. Aku mengerti jika ia sudah melupakannya. Aku sudah bersiap jika nyatanya mimpi tidak lebih dari kata, yang suatu hari disusun dengan begitu bahagia, lalu kehilangan arti setelahnya. Sungguh tidak apa, dan aku akan tetap menjelaskan dengan penuh kesabaran, pun kelapangan. Bahwa aku pernah bergantung kepada mimpi - mimpi itu serupa seorang yang putus asa kepada seutas tali. Menjagaku dari jatuh lagi. Membuatku tetap berani dalam menghadapi hari - hari. Aku pernah percaya, bahkan jika suatu hari hal - hal buruk menarikku ke dalam jurang, mimpi - mimpi kami akan menarikku ke atas lagi. Tidak akan ada keputus asaan yang berarti. Lalu kini, ketika setiap mimpi - mimpi berhenti, setidaknya aku menyadari, bahwa ternyata aku masih mampu untuk bermimpi yang amat tinggi. Meski nyatanya sudah jatuh berkali - kali. 

Setelah dipikir - pikir, aku juga mungkin akan bertanya. Seberapa penting diriku di hatinya. Apakah sepenuhnya mengisi ruang - ruang jiwa. Pernahkah aku jadi satu - satunya. Aku mengerti kalau ia kehabisan kata untuk menjawab tanya. Aku sudah bersiap jika ia akan berlari setelahnya. Ada tidaknya ia di depanku, sungguh tidak apa, dan aku akan tetap menjelaskan dengan penuh kesabaran, pun kelapangan. Bagaimana ia untukku masih amat berarti. Bahkan kehilangannya tidak lantas membuatku berhenti mencari setiap bagiannya yang tersebar di muka bumi. Tidak lebih dari sekedar memastikan, bahwa dari sekian banyak doa dengan namanya, Tuhanku yang baik hati dan penyayang masih mengijabah yang paling penting dari semua. Ia masih baik - baik saja dan bahagia. Begitunya aku karena sungguh tidak pernah ada sesal karena pada satu maghrib yang lelah aku pernah memutuskan untuk menemukannya. Bahkan kini aku semakin percaya, beberapa hal mungkin tidak akan pernah aku sadari jika tidak ada dia. Sebagian penyadaran yang juga lahir pada beberapa malam sedih karena kehilangan. Dengan ini, rasanya benar kalau aku semakin percaya, bahwa sama seperti pertemuan, perpisahan juga pasti terjadi untuk suatu alasan - alasan. Mungkin saja salah satunya agar aku cukup mencintai diriku sendiri di masa depan. 

Padahal sebenarnya sih, jika memang suatu hari bertemu lagi, kemungkinan besar aku hanya akan berkata "kabarmu gimana? Aman semuanya?". Sungguh biasa.
Hehe.

0 comments