Covid-19 dan keinginan remeh Dita

Allah mendengar, bahkan pada keinginan - keinginan hati paling dalam. Sebelumnya, aku berencana untuk ikut dalam prekrutan volunteer Covid-19 yang diadakan LIPI beberapa waktu lalu. Sederhana karna aku sangat ingin menjadi salah satu pion, yang mesti kecil, tapi dapat bermanfaat ditengah kekacauan pandemi ini. Rasanya sesuai dengan panggilan hati, karena toh teknis kegiatannya memiliki dasar yang sama dengan penelitianku dulu. Tapi berbicara realita, aku mengerti benar, hal itu tidak akan terjadi. Tidak mungkin orang tuaku mengijinkan anak gadis satu - satunya berhadapan dengan pandemi yang tengah menjadi kekhawatiran banyak orang. Sehingga, meski ingin, akhirnya kata - kata mama adalah batasan anak gadis yang lebih sering nekat daripada berpikirnya kalau sudah soal keinginan hati.

"Jangan, kamu dirumah aja, jagain keluarga" begitu katanya. Jawaban yang sudah aku duga sebelumnya, sehingga tidak terlalu kecewa. 

Tidak lama setelahnya, datanglah puluhan ribu order APD hazmat. Supervisorku menyerahkan order tersebut kepadaku dan salah satu senior. Order ini seperti mengingatkanku akan keinginan yang tidak jadi nyata. Doa yang tidak seberapa kuatnya, dijawab meski dengan cara yang berbeda dan sepenuhnya nggak aku sangka. Kini, jadi seperti diingatkan akan hal yang sudah aku percaya sejak lama. Bahwa Allah memang benar - benar mendengarkan doa dan keinginan hambaNya. Bahkan suara hati yang paling dalam dan tanpa suara.

Oleh karna itu, aku mengucap syukur hari ini. Bahwa, meski banyak sekali dosa memenuhi catatan kiriku, ternyata Allah tidak hentinya membersamai dan mendengarkan aku. 

Dengan ini juga aku berdoa, semoga Allah berkenan untuk memberikan nikmat sehat kepada aku, keluargaku, dan teman - temanku. Termasuk kamu, dimanapun kamu berada. Sesungguhnya, jika keinginan yang menurutku kecil dan remeh (dibandingkan segala urusan semestaNya yang jauh lebih besar) saja dikabulkan, maka aku juga ingin percaya bahwa doa ini pun akan sama dijadikan nyata olehNya.

0 comments