Ini Mei ketiga. Tidak pernah ada dalam pikiranku bahwa proses ini akan jadi begitu lama. Proses yang tiga perempat bagiannya diisi oleh aku yang bermonolog di dalam kepala. Narasi - narasi yang di dasari oleh satu hal yang aku yakini, bahwa kamu adalah akhirnya. Jangan tanya berawal darimana, karna bagiku alasannya adalah sempurna suatu rahasia. Satu yang mungkin tidak akan pernah dapat aku logika. Terutama ketika kita berbicara soal biasanya. Biasanya aku jadi seseorang yang mudah saja pergi. Biasanya pikiranku akan menghalangimu dengan trauma ketika cerita semacam ini kembali. Biasanya aku akan jadi yang paling pelupa, tapi sepertinya semuanya tidak terjadi kali ini.
Lalu sampailah kita di Mei ketiga. Setiap kamu pergi, doaku selalu sama. Semoga Allah melindungi, dan jika hatiku salah langkah, semoga Allah mengaburkan setiap rasa dan menajamkan logika. Sejauh ini Allah selalu menjawab doaku yang pertama, tapi sepertinya masih setia menangguhkan yang kedua. Bahkan setelah semua yang terjadi, setelah aku benar - benar berusaha. Kamu masih terasa senyata itu, bahkan pada masa - masa penting kejatuhanku. Terasa nyata bahkan ketika kamu benar - benar tidak ada. Bukankah kini aku sudah punya cukup alasan untuk meniadakan setiap keberadaan yang maya?. Tapi nyatanya tidak.
Hey, tapi aku masih tidak menyerah untuk menerbangkan doa - doa yang sama ke langitNya. Semoga kali ini kita sama - sama menerima. Meskipun diantara setiap langkah perjalanannya, ada pesan - pesan yang selamanya tidak akan pernah terbaca.
P.s: Semoga suatu hari kamu menyadari, bahwa pada setiap kejatuhanmu aku tidak pernah berusaha pergi. Kecuali memang dalam tiga kali Mei, ternyata masih tidak ada tempat untukku disampingmu agar dapat membersamai.
Salatiga, 8 Mei 2020.
Dari aku yang menitipkan ucapan selamat ulang tahun di tanggal 17 nanti. Doa - doa baik pasti mengiringi.
0 comments