Aku harus belajar menciptakan ruang dari mama.
Sejak kemarin sore, rasanya emosiku ibarat jungkat - jungkit yang dimainkan oleh langit. Akarnya karna hal - hal biasa. Bapak yang tidak mau mendengarkan segala pantangan makan. Lalu kejadian di warung mama yang mudah dikira - kira tapi tetap saja gagal masuk ke dalam perhitungan sehari - hari. Semuanya kembali mengerucut kepada diriku sendiri, sebenarnya apa yang aku ingini dari hidup ini. Mengapa semuanya tidak sesuai dengan keinginanku yang padahal tidak banyak standard dalam setiap pinta.
Semua pikiran itu berlomba - lomba minta perhatian dalam kepalaku. Rasanya penuh dan aku hampir yakin kalau sewaktu - waktu segala pikiran ini akan sampai puncaknya, menjadi ledakan dengan hasil yang tidak mengenakkan. Oleh karnanya, seperti yang biasa aku lakukan, akhirnya aku diam. Menutup diriku dengan hal - hal yang dapat mengalihkan pikiran. Menjawab pertanyaan - pertanyaan khas rumah sekenanya. Tidak hadir di ruang makan ketika makan malam. Serupa usaha - usaha diam yang agaknya kemudian tampak seperti pengacuhan.
Akhirnya api mereda. Kepalaku tidak lagi dipenuhi dengan kemarahan yang mengaburkan. Saat itu aku baru menyadari, mama begitu mengerti bagaimana anaknya. Mama tidak bertanya apa yang terjadi. Ia hanya membiarkanku sendirian. Memberi ruang untukku berdamai dengan keadaan. Tanpa perlu banyak tanya, ia sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Meski dengan begitu ia harus menyabarkan pikirannya untuk beberapa jam, hari, atau bahkan bulan.
Kemudian aku menyadari, setiap kemarahan, kecewa, maupun rasa menyedihkan lainnya sering kali hanya membutuhkan solusi sederhana. Bukan tulisan panjang soal bagaimana konflik seharusnya diselesaikan. Bukan juga perhatian maupun pertanyaan yang belum ada jawaban. Sebaliknya, ternyata kita hanya membutuhkan ruang untuk dapat berbicara dengan diri sendiri untuk mengurai semua kekusutan maupun kealfaan.
Agar akhirnya diluaskan pikiran untuk berpikir sedikit lebih jernih, sehingga tau apa yang harus benar - benar dilakukan.
Agar akhirnya diluaskan pikiran untuk berpikir sedikit lebih jernih, sehingga tau apa yang harus benar - benar dilakukan.
0 comments