Tolong ajari aku sangat perlahan, mengeja rasa ketika kembali ada yang memperhatikan. Karna aku sudah terlalu lama dalam nyaman menjadi sesuatu yang dilupakan atau dikesampingkan.
Ada riuh yang baru. Tentang tanya yang satu-satu berdesakan dalam otakku. Sesederhana ide tentang akan jadi apa aku ketika kamu akhirnya datang tepat waktu. Apakah akan ku terima dengan senangnya sampai melayang kelangit kesekian?. Apakah ragu karna akhirnya hatiku bisa berjalan dengan mengeja rasa serupa "terlengkapi sempurna" setelah berkali-kali dihancurkan jadi serpihan?. Ataukah akan bersedih saat kusadari hidupku bukan sepenuhnya digenggaman jemari sendiri?.
Mungkin kita tergesa jika langsung menuju ke sesuatu yang serupa itu. Tapi kalau memang begitu, bolehkah aku menitipkan beberapa pesan?. Tolong ajari aku untuk menjadikan kehadiranmu sebagai candu. Pun bagaimana rasanya meringkuk dengan nyaman dan aman diantara kedua lenganmu. Lalu yang paling penting, Caranya kembali mencintaimu dengan sempurna mengerti, bahwa kamu, selamanya tak akan jadi milikku, walaupun wajahmu adalah yang pertama kulihat setiap pagi. Sederhananya, ajari aku untuk tidak tenggelam dalam perasaan ini. Menjadi diriku yang tetap aku, hanya saja kini tak lagi berjalan sendiri.
Diriku yang tetap mencintai hidupnya. Diriku yang tetap bersyukur tanpa henti atas segala yang ada di sisi. Semua yang datang dan akhirnya akan pergi.
One thing I'll never regret is choosing friends over lovers. Karna saya selalu percaya, yang terbaik akan tetap bersama tanpa harus mengorbankan siapa-siapa, walaupun entah kapan akhirnya. Sampai saat itu terjadi, teman adalah salah satu berkah yang tak pernah saya sudahi rasa syukurnya kepada semesta.
Ini teruntuk siapapun yang merasa pernah saya bagi segala hal tentang jokes receh saya.
Terimakasih karna telah bersedia mendengarkan segala cerita saya walaupun terkadang membosankan, berbelit, dan tak tentu arah. Terimakasih karna selalu ada ketika sedang sulit, ketika sakit, ketika saya mulai mengunci diri ketika kondisi semakin rumit. Terimakasih karna telah ikut tertawa pada setiap hal-hal sederhana. Terimakasih karna telah bersedia jadi teman yang membahagiakan.
Karna saya selalu percaya, tak ada yang namanya mantan teman. Yang ada hanyalah kita yang saling menjauh karna sesuatu, tapi hati tetap tau, bahwa sampai kapanpun, kalian akan selalu jadi temanku. Hehe hehe.
Kalian semua sederhana membahagiakan, dan saya tak pernah menyesal akan tawa dari setiap kebodohan. Babaay hehe.
Now you came to a point that talk your problem wont solve anything. Attention that given by anyone most of times are temporary. Cone exactly when you ask some, while you know, something given by asking sometimes doesn't come from true affection.
Now you came to a point, it is vain to share your insecurities, because in the end, they don't care. They were pretending.
Now you came to a point, the only thing that you want is something God gives, either affection, bravery. The only thing that matter is God answers all of your prayers and questions. And everything beside that become unworthy.
Now you came to a point, it is vain to share your insecurities, because in the end, they don't care. They were pretending.
Now you came to a point, the only thing that you want is something God gives, either affection, bravery. The only thing that matter is God answers all of your prayers and questions. And everything beside that become unworthy.
Malam ini, tepat jam 12.30 dini hari. Ketika baru pulang dari perjalanan seharian, ketika baru sampai di depan gerbang kosan, tiba-tiba cucu laki2 bapak kosku dan seorang sepupunya sedang berjalan dengan muka yang cemas. Aku bertanya saja, apa tujuan mereka sudah semalam ini masih diluar dengan membawa kunci. Dan jawaban mereka ternyata sesederhana "mau beli es teh". Iya, aku tau, sebenarnya mereka todak sebegitu hausnya. Mereka hanya dimakan rasa adrenalin yang baru mereka kenal karna berbuat sesuatu yang diluar aturan. Nagih ya dek? Hehe. Lalu kutemani saja mereka berdua, dan kemudian mereka dengan santainya berkata "tadinya mau keluar lewat jendela mba". Buset dah, kriminal. Tapi tetap, aku temani kenakalan mereka. Aku fasilitasi karna kamu tau bagaimana bahayanya.
Dan kenapa aku seperhatian itu?.
Pertama, realistis, bahaya untuk mereka kalau sendirian ditengah malam, kemana mana hanya untuk "beli" es teh. Kedua, ya mana tega ya ngebiarin sendirian, walaupun aku hafal betul bagaimana nakalnua mereka setiap hari, dengan segala teriakan, tangisan, dan hal2 caper lainnya. Ketiga, aku teringat, aku masih punya adik kecil laki2 yang belum sempat aku timang dan jaga, sehingga, menjaga mereka setdaknya dapat membuatku dekat dengannya. Seperti memeluk tapi dengan perantara berbeda. Biasanya dengan doa, saat ini, dengan kebaikan2 yang sama. Dek, semoga kamu disana dijaga dengan benar, dan selalu ada yang menemani dengan sabar.
Aku akan senang membersamai kenakalanmu yang belum sempat terjadi. Aku akan jadi kakak paling besar dan pengertian, walaupun sering kali melarang. Aku rindu, jangan bosan ya mendengar kata-kata itu :).
Mungkin ini mengapa kata-kata "sesudah kesulitan pasti ada kemudahan" diulang dua kali dalam kitab suci. Karna ketika sedang sulit, rasanya untuk percaya akan ada kemudahan setelahnya adalah sesuatu yang mendekati kemustahilan. Maka diulanglah dua kali, agar yakin dan percaya.
Aku saat ini, tak ingin apa-apa. Aku hanya ingin percaya hal-hal yang memang langit sudah tegaskan sampai sebegitunya. Aku, hanya ingin percaya. Sangat ingin percaya
Jika rindu, aku akan sederhana mencarimu pada hal-hal yang biru.
Jika dia bertanya, jelaskanlah tentang malam itu. Ketika yang ada hanya aku, kamu, dan segala keheningan tentang garis mundur waktu.
Jika kamu yang rindu?. Barangkali, itu hanya angin lalu.
Harapanku, yang kemudian jadi lelucon karna dinyatakan oleh semesta. Tepat ketika aku sudah tak lagi ada disana, mencari hal-hal yang berwarna sama dengan rindumu, kini. Rinduku, Dahulu.
Aku mencarimu di sela-sela jariku. Kalau saja suatu hari akan terlengkapi, dengan milikmu.
Aku mencarimu di senja yang biru. Kalau saja kau datang lagi dengan segenap hati.
Aku mencarimu di gerimis hari kamis. Kalau saja kau ingat, bahwa ada hangat yang dulu selalu lekat.
Aku mencarimu di garis lini waktu. Kalau saja ada hal-hal yang kini kau sesalkan karna tak sempat kau katakan dulu.
Semoga kamu baik-baik saja. Semoga kali ini kau akhirnya berhenti mencari
Aku tau.
Rindu ini menggebu.
Lalu kubiarkan dia jadi abu,
daripada jadi milikmu.
Karena kamu adalah sesuatu yang bukan kepunyaanku.
Rindu ini menggebu.
Lalu kubiarkan dia jadi abu,
daripada jadi milikmu.
Karena kamu adalah sesuatu yang bukan kepunyaanku.
Sebelum pundakmu terlalu jauh digapai lengan. Sebelum telingamu tak dapat lagi kubisikkan. Sebelum kita akhirnya berpisahan.
Hai kamu. Ini adalah surat perpisahan. Jika kau tau, ini adalah kesekian kalinya aku menyadur rindu. Berpelukan dengan lengan sendiri berharap itu adalah hangatmu yang sampai ke sisi. Tapi semuanya tak apa, ini adalah pilihan paling dewasa yang pernah dibuat oleh seorang gadis yang masih belajar bagaimana menyikapi rasa. Sejauh ini, walaupun tidak membahagiakan, tapi menyimpanmu hanya sebatas tulisan adalah hal yang tak pernah aku sesalkan.
Hai kamu. Aku tak tau, bagian mana yang akan aku abadikan kali ini. Aku takut kamu membaca dan menyadari. Aku takut kau akhirnya beranjak pergi. Aku takut kau akan merasa dikhianati. Tapi mari, aku beri tahu hal-hal yang kemudian aku ingat soal kamu. Agar suatu hari bisa aku baca lagi, ditengah malam yang kesepian, menciptakanmu walaupun dalam bentuk angan.
Yang pertama adalah, perjalanan. Satu yang paling kuingat soal perjalanan adalah bagaimana kau tertawa. Bagaimana semua kebodohan menjadi hal yang sangat lucu sampai sejadi-jadinya. Bagaimana tawamu kemudian jadi hal-hal yang hanya milik kita saat itu. Bagaimana aku merasa memilikimu walaupun hanya sekejap waktu. Walaupun hanya perjalanan, tapi kita kala itu adalah apa yang selalu aku semogakan agar tak jadi berkesudahan.
Lalu ada soal berbicara. Sejauh ini, kau selalu jadi yang paling mengerti tanpa harus banyak kata. Menjadi seseorang yang selalu menghargai walaupun tanpa diminta. Menjadi sesuatu yang aku tahan berdiskusi lama-lama. Satu yang paling aku suka, adalah bagaimana kau menjadi tempat untuk segala pikiran omong kosong, tanpa perlu takut dianggap bodoh. Tanpa takut dianggap tak penting, dianggap remeh karna berbicara tentang bintang dan banyak ide lainnya soal dunia. Tak ada ragu bahwa kau akan menganggap omonganku adalah angin lalu. Bagaimana aku menemukan laki-laki yang seperti itu?.
Dan satu lagi, soal menjadi dewasa. Yang terakhir adalah bukan milikmu. Ini adalah bagaimana aku menjadi aku karena kamu. Satu lagi yang aku suka dan ingin kuingat ketika membawamu kembali di lini waktu berbeda. Menyayangi kamu sampai sebegininya tapi tetap harus jadi dewasa. Bertemu kamu mengajarkanku sesuatu, menjadi lebih bijak dalam mengeja rasa. Aku kini adalah bukan gadis yang sering kali tergesa-gesa. Aku banyak diamnya. Aku banyak berdoanya. Aku banyak memendam rasa karna tau ini tak akan jadi nyata. Aku berhenti berharap bahwa kamu akan berbalik dan terbuka segala rahasia. Karna aku pasrah saja ketika tersakiti. Lagi-lagi, ini pilihanku untuk selalu menemanimu, dalam bentuk apapun itu.
Karna kita hanya tinggal menghitung waktu. Lalu kita akan mulai lagi dengan biasa seperti dulu.
Lalu ada soal berbicara. Sejauh ini, kau selalu jadi yang paling mengerti tanpa harus banyak kata. Menjadi seseorang yang selalu menghargai walaupun tanpa diminta. Menjadi sesuatu yang aku tahan berdiskusi lama-lama. Satu yang paling aku suka, adalah bagaimana kau menjadi tempat untuk segala pikiran omong kosong, tanpa perlu takut dianggap bodoh. Tanpa takut dianggap tak penting, dianggap remeh karna berbicara tentang bintang dan banyak ide lainnya soal dunia. Tak ada ragu bahwa kau akan menganggap omonganku adalah angin lalu. Bagaimana aku menemukan laki-laki yang seperti itu?.
Dan satu lagi, soal menjadi dewasa. Yang terakhir adalah bukan milikmu. Ini adalah bagaimana aku menjadi aku karena kamu. Satu lagi yang aku suka dan ingin kuingat ketika membawamu kembali di lini waktu berbeda. Menyayangi kamu sampai sebegininya tapi tetap harus jadi dewasa. Bertemu kamu mengajarkanku sesuatu, menjadi lebih bijak dalam mengeja rasa. Aku kini adalah bukan gadis yang sering kali tergesa-gesa. Aku banyak diamnya. Aku banyak berdoanya. Aku banyak memendam rasa karna tau ini tak akan jadi nyata. Aku berhenti berharap bahwa kamu akan berbalik dan terbuka segala rahasia. Karna aku pasrah saja ketika tersakiti. Lagi-lagi, ini pilihanku untuk selalu menemanimu, dalam bentuk apapun itu.
Karna kita hanya tinggal menghitung waktu. Lalu kita akan mulai lagi dengan biasa seperti dulu.
Ada perhatian yang ditahan agar kita tak jadi kepingan. Ada rasa yang disembunyikan agar tak ada perpisahan. Ada aku yang harus membohongi diri sendiri karna tau bahwa kita amat mengerti bagaimana masing-masing diri. Ketika aku percaya bahwa aku tak ada rasa, maka kau pun akan sama. Tapi ternyata, tak bisa. Namun aku, akan selalu cukup dengan ini. Doaku, selalu milikmu. Tepat ketika aku tau, bahwa pelukku tak akan pernah sampai tepat waktu. Karna hanya lewat doa, rasaku bisa bebas berbicara, tanpa perlu kamu tau, tanpa perlu aku melihatmu pergi menjauhi.
Semoga malam ini, kau diberikan kelegaan atas segala beban yang memenuhi pikiran. Aku akan selalu ada, seperti biasanya.
Bagaimana rasanya pikiranmu dipenuhi aku?. Kau menulis seperti aku. Membaca seperti aku. Bercerita seperti aku.
Bagaimana rasanya aku hidup lagi di pikiranmu?. Melalui foto yang ada di hpmu. Melalui gambar-gambar tentang masa lalu. Tentang kita yang kini jauh dari nyata.
Bagaimana rasanya akhirnya dihantui lagi? Untuk yang kesekian kali. Setelah beberapa tawa yang ada karna dia, yang akhirnya menjadi sesuatu yang jadi ganti. Setelah kamu sadar bahwa aku ada dalam setiap kau mengambil jeda. Dalam setiap helaan nafas diakhir kata. Dalam setiap pilihan-pilihan jalanmu pulang ke rumah. Karna aku ternyata begitu lekat. Begitu dekat sampai rasanya sesak.
Saranku? Nikmatilah seluruhnya kejatuhan yang kau pilih sendiri dengan bodohnya. Aku jadi hantumu yang kau simpan dalam diam, dekap dengan erat karna tak rela jika hilang walau sekejap. Saranku untuknya? Berbahagialah setelah banyak hal yang kini telah jadi reruntuhan di kakimu. Selamat kesepian, tepat di saat kamu punya sesuatu yang akhirnya bisa kau sebut "milikmu". Saat-saat ketika kau tau, banyak hal yang dikorbankan, hanya untuk suatu langkah yang tergesa-gesa dan diluar nalar. Selamat menerima segala kekalahan yang kalian ciptakan sejak kali pertama. Selamat jadi korban syair lagu kesukaan ibuku, "karna cinta tak kenal dengan logika".
Tusuk saja dalam-dalam. Aku akan tetap berjalan, berlalu, sembari tertawa. Tak perlu jua kau mengais tanah, menenggak rasa bersalah, merasa menjadi laki-laki paling brengsek sejagat raya, hanya karna hal remeh bernama, cinta. Semuanya tak perlu, karna matiku, bukan di depanmu. Pun tak ada hati yang harus kau kubur, karna mencintaimu sepenuhnya urusanku.
Gadis itu tau sesuatu selama singgahnya ia di kereta. Itu perjalanan biasa, hanya ia yang sendiri, dengan luasnya langit di jendela. Perjalanan yang ia sudah hafal dan membosankan, tapi kali ini kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran. Sekembalinya ia, ada hubungan yang harus ia sudahi. Ia berpikir benar tentang apa yang mereka miliki selama ini. Malam-malam panjang di rumah sakit ketika gastritis akutnya kambuh. Pagi hari dengan sarapan yang penuh tawa. Siang dengan pertemuan tiada henti. Ah, lalu ia sampai pada senja dan gerimis yang kemudian menghanpiri, menghantui, memberatkan hati. Tapi tidak, ini sudah bulat, apapun yang terjadi selama setengah tahun ini, tetap harus disudahi.
Lalu sampailah ia di stasiun kota kecil. Stasiun tua itu sudah tak lagi sama seperti dulu. Catnya kini tak lagi kusam dan penuh noda. Gerbangnya makin kokoh, dengan dinding yang kini sudah dipelitur indah. Ruang tunggunya dipenuhi oleh kursi-kursi berwarna cerah dengan televisi layar datar. Loket pelayanan telah diperbanyak dengan beberapa mesin otomatis yang masih terlihat asing. Stasiun kecil ini sudah tak lagi mungil. Mungkin pemerintah akhirnya berhenti mengacuhkan hal-hal dipinggiran. Mungkin mereka tau, seberapa kecilnya sesuatu, keberadaannya tetap penting untuk beberapa denyut, dan akhirnya menjaganya, memperbaikinya. Tidak seperti aku, pikirnya, yang akan berhenti menjaga dan memperbaiki, sesuatu yang ada di hati, ini hal kecil pikirnya. Ia punya hal-hal besar lain yang harus dipikirkan, karirnya, mimpinya, orang tuanya. Walaupun ia mengerti, ini adalah sesuatu yang telah menopang setengah dari denyut nadinya selama ini. Adi.
Adi mungkin hanya lelaki biasa. Tingginya melebihi Dia, gadis yang duduk di kereta. Matanya teguh dengan tatapan yang tajam. Kau tak bisa bernegosiasi dengan kemantapan seperti itu. Salah satu alasan Dia kemudian menaruh sedikit perhatian kepada makhluk Tuhan yang selama ini ia hindari, laki-laki. Dia bisa mengurus semuanya, Dia tau apa yang ia butuhkan, apa yang ia inginkan, dan laki-laki dengan segala permasalahannya tidak berada di dua kategori manapun. Tapi kali pertama Adi menyapanya, ia tau, cerita ini tak akan jadi biasa.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini fiktif. For the first time in forever akhirnya gue buat cerita fiktif, cerpen for short. Masih ragu-ragu sih sebenernya mau diterusin apa nggak hahaha. But just pray for the best. Lets see the rest. And bye! semoga tidak berakhir seperti cerpen cerpen gue yang lain yang tidak selesai hahaha
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini fiktif. For the first time in forever akhirnya gue buat cerita fiktif, cerpen for short. Masih ragu-ragu sih sebenernya mau diterusin apa nggak hahaha. But just pray for the best. Lets see the rest. And bye! semoga tidak berakhir seperti cerpen cerpen gue yang lain yang tidak selesai hahaha
Cerita ini tentang komedi putar di senja hari yang sendu. Ia menjulang di tengah pasar malam yang sedang ribut-ribut disiapkan. Beberapa lampu kelap-kelip sedang perlahan berpendar. Sinarnya pecah ditengah kabut senja hari yang mulai turun menyelimuti. Kalau kamu berjalan sedikit melewati, akan terlihat beberapa laki-laki menjelang dewasa, berjalan terburu-buru entah mengangkat besi atau kayu. Sesekali mereka bercanda, tertawa, dengan handuk lusuh disampirkan di pundak. Sore itu komedi putar belum berputar, bahkan anak-anak belum berlari mengelilingi seperti pada pasar-pasar malam yang lainnya, tapi kebahagiaan sudah tampak pada beberapa tawa.
Dan saat itu dari jauh kita mengamati dan berhenti. Di tengah pencarian kita mengambil jeda untuk menikmati komedi putar di senja hari pasca hujan. Indahnya ingin kuabadikan yang lalu kau bilang jangan. Kita sama-sana tau alasan klasik yang kau punya dan tak perlu lagi penjelasan. Kita sadar, kita sudah sama-sama mengerti.
Komedi putar itu belum berputar tapi ternyata kebahagiaan sudah ada dimana-mana. Disana. Dan dihati kita kala senja. Begitu definisi bahagia masih sangat sederhana.
ABOUT ME
Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.
POPULAR POSTS
Categories
Formulir Kontak
Diberdayakan oleh Blogger.
Blog Archive
-
▼
2017
(62)
-
▼
Februari
(15)
- Perlahan.
- Kesekian kalinya, untukmu.
- Best of the best.
- Scribble
- Adik laki-laki.
- Mungkin ini mengapa kata-kata "sesudah kesulitan ...
- Rindu yang Biru
- Mencari
- Kepunyaanku
- Sebelum itu
- Dua buah vitamin C
- Kalah dengan hantu
- Tusuk saja dalam-dalam. Aku akan tetap berjalan...
- Adi
- Komedi putar, senja, dan sendu.
-
▼
Februari
(15)