Mulai lagi
Mari kita mulai lagi.
Kamu pernah menjadi rumah untuk segala kepulangan. Menjadi lengan untuk segala keresahan. Menjadi pundak untuk segala kelelahan, pun kaki yang memantapkan pijakan. Kamu pernah sepenting itu dan tidak terlepaskan.
Lalu kau berubah. Menjadi belati yang menusuk tajam. Menjadi luka yang tidak dapat disembunyikan. Menjadi serupa malam yang kedinginan. Menjadi bait yang rancu dan patah-patah. Kita pernah serusak itu.
Lalu kini, kita tetap bergerak di jalan yang berbeda. Menghirup udara berbeda. Bercengkrama dengan orang yang berbeda. Menjadi seseorang yang sama sekali berbeda dengan dulu, ketika kali terakhir tangan kita bertautan dan mata kita bertatapan.
Kini, kau serupa luka parut yang membekas. Yang tak mulus ketika berada dibawah telapak tangan. Tak terlalu indah dan menyenangkan tapi tetap tak terpisahkan. Luka yang ketika gugup kadang kucari lagi, hanya untuk merasakan, bahwa kamu masih disana. Tepat ketika akhirnya aku sadar, kamu akan selalu ada. Dan aku pasrah dengan akhirnya kita. Karna aku tau, sejauh ini hanya kamu yang memeluk segala kekuranganku dengan sabar. Dengan suka cita, asalkan, aku ada.
0 comments