Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


Iya, namamu Tita. Tidak, aku tidak mengganti namamu yang sederhana, kamu masih Tita kecil yang sama. Apa kabar? Lama tak jumpa, lama tak bersua, lama tak mengagumimu berlama-lama. Masihkah kini kau jadi Tita yang sama indahnya?. Masihkah kau dijaga dan dirawat dengan sabarnya? Masihkah kau jadi Tita yang dikhawatirkan oleh empu barunya?.

Pagi ini, selepas renang yang sendiri, aku mulai berpikir sesuatu. Pikiran yang membuatku cemas dengan hati yang tidak tentu. Tita, aku baru sadar, pikiranku mulai perlahan mengambil langkah melupakanmu. Menjauh darimu. Mengaburkan segala gambar tentangmu. Menguburkan bayang-bayang ketika kau akhirnya besar. Menjadi Tita yang semakin berwarna dan kelihatan bahagia berbinar. Aku tau, ini bukan mauku, untuk itu, kini aku berusaha menuliskanmu. Mengabadikanmu. 

Hai Tita. Kala itu, umurmu hanya beberapa hari dibawah asuhanku. Sempat ragu kau akan bertahan dengan segala perpindahan. Sempat takut bungamu akan berguguran. Sempat tak mau memindahkanmu ke berbeda tangan. Tapi Tita, kamu adalah bagian dari janji yang harus dituntaskan. Maka jadilah kini kamu berada dibawah atap yang lain dengan segala keikhlasan. Aku tak tau keadaanmu kini, tapi semoga kamu bertahan dengan segala keadaan. 

Hai Tita, aku ingin mengenang beberapa hal sebelum mengikhlaskan otakku untuk lupa. Tapi sama seperti cerita yang lain, aku tak punya cukup memori untuk mengenangmu dengan indahnya. Aku tak pernah ada ketika kau sedang berguguran sebelum berbunga. Pun bukan kekhawatiranku yang mengiringi penantianmu menuju kesana. Tapi Tita, mungkin ada beberapa pesan sebelum kita sampai pada kata 'akhirnya'.

Sempat ada sesal tak mengurusmu lebih lama. Tapi semoga kini kau baik-baik saja. Semoga kau akan selalu jadi indah dengan sederhana. Semoga kau tak menyerah dengan segala cuaca. Semoga kau selalu jadi Tita kecil yang bahagia. Untuk Tita, ketika memang sampai akhirnya maka tak apa, gugurlah ke tanah. Leburlah jadi sesuatu yang merupakan dahulumu. Gugurlah untuk baik yang lebih besar. Gugurlah walau sakit, walau tak lagi ada indah setelah ini. Gugurlah kalau memang tubuhmu tak lagi dapat bertahan dan menanti. Gugurlah jika memang waktunya. Karna aku mengerti, semua cerita punya masa gugurnya, dan tak pernah ada yang selamanya. 

Hai Tita, sampai saat itu berusahalah untuk tetap jadi indah. Jadilah ia yang bertahan dengan keikhlasan, bukan keterpaksaan. Hiduplah dengan indah lalu gugurlah dengan ikhlas yang mengiringi pasrah.



Dan biarkan Allah yang simpan segala doa, segala mimpi, segala harapan-harapan tentang masa depan. Biarkan hanya Allah yang simpan segala tangis, segala rindu, segala patah yang kemudian menyusahkan. Biarkan Allah yang simpan karna Ia adalah sebaik-baiknya penyimpan keluh dan kesah. Sebaik-baiknya yang tau akan segala sesuatu. Sebaik-baiknya perencana yang tak pernah keliru. Sebaik-baiknya penjaga hati manusia, sehingga tidak ada jatuh yang terlalu, tidak ada bahagia yang diwarnai ragu. Sabar saja, jalani saja, ini masih bukan apa-apa. Karna Allah yang simpan dan Ia adalah sebaik-baiknya pengabul doa dan penyembuh luka. Karna Ia adalah sebaik-baiknya yang kamu punya.

You're Gonna Leave Forever in Me - John Mayer
A great big bang and dinosaurs
Fiery raining meteors
It all ends unfortunately

But you're gonna live forever in me
I'll guarantee, just wait and see

Parts of meA great big bang and dinosaurs
Fiery raining meteors
It all ends unfortunately

But you're gonna live forever in me
I'll guarantee, just wait and see

Parts of me were made by you
And planets keep their distance too
The moon's got a grip on the sea

And you're gonna live forever in me
I guarantee, it's your destiny

Life is full of sweet mistakes
And love's an honest one to make
Time leaves no fruit on the tree

But you're gonna live forever in me
I guarantee, it's just meant to be

And when the pastor asks the pews
For reasons he can't marry you
I'll keep my word and my seat

But you're gonna live forever in me
I'll guarantee, just wait and see
 were made by you
And planets keep their distance too
The moon's got a grip on the sea

And you're gonna live forever in me
I guarantee, it's your destiny

Life is full of sweet mistakes
And love's an honest one to make
Time leaves no fruit on the tree

But you're gonna live forever in me
I guarantee, it's just meant to be

And when the pastor asks the pews
For reasons he can't marry you
I'll keep my word and my seat

But you're gonna live forever in me
I'll guarantee, just wait and see


I think I will always adore how you treat another people, how you respect the elders, how you help everyone without ever demand for mutual feedbacks, how you take responsibility as serious business even theres no money in it, because it is simply trust they gave to you even you never want it, and how you love your mother and older sister endlessly. I think I wont ever find a man that pictures my dad so much like you, even to his favorite kinda song that makes me aching for home that night you sang it on our way back, to the way he gives lame joke everytime to everyone without even thinking whom he talked to. I think, I won't ever forget it, even to your flaws you always complaint that doesnt seem matter under humble personality you've got. But thats all. Whats done is done. And thats what makes you become one chapter of my life. Chapter that can not be forever loved, but sure will always be adored. 

And I think, this is the end of that chapter. Thank you for the lessons :).

"Ini badai biasa, di suatu siang yang terlewat biasa. dan seperti hal-hal yang terjadi biasanya, ini juga akan berlalu begitu saja" (Bendungan Pangsar Jenderal Soedirman, 16 Januari 2017).
Sudah lama aku tak mengeja bahagia. Ketika itu tak ada yang kusadari selain nyata dikala itu. Semua lantunan musik. Segala lampu temaram pinggir jalan. Setiap cerita, tawa, sampai hening yang berada di kala kita mengambil jeda. Sudah lama aku tak memperhatikan manusia lain sampai sebegitunya. Segala kebiasaan kecilmu. Caramu tertawa. Caramu berjalan. Caramu mengucap namaku dengan hati-hati dan aman. Caramu berdoa yang penuh harap agar tersampaikan. Cara kita akhirnya bisa sampai di titik pertengahan perjalanan. 

Aku bisa saja mengubah cerita ini dengan berkata bahwa kau tiba-tiba pergi, tapi tidak, malam ini, aku ingin menyesap bahagia lebih banyak daripada laki-laki terhadap kopinya ditengah pertemuan. 

Kamu akhirnya tinggal. Akhirnya tangan kita bertautan dan genaplah semua tanya. Kamu tak banyak berkata. Hanya satu dua tatap setelah beberapa pertemuan makan malam di kafe temaram pinggir jalan. Kita sadar, malam itu, akhirnya kita saling menemukan. 

Dan habislah sudah segala rencana pencarian yang kelelahan.
If only I can turn back time, I would be stubborn enough to become professional dancer, and diligent, also not to mention, wise enough in saving money so I can become a violinist at the same time. Just if. At least, for now, I will always keep this in mind. I'll be thoughtful towards my future children, let them follow their dreams, what they wanted, and promise to not sell them to this materialistic reality. I'll let them happy with doing something that they like, not something society told them to.
Aku ingin bicara soal suatu hari yang mungkin ada. Tapi ketika sepatah ini, rasanya tak berani berkata, tak berani bermimpi, tak berani punya harap. Rasanya aku masih tak pantas untuk itu. Rasanya aku akan terus saja jadi sesuatu yang kalah apapun posisinya.

Aku ingin bicara soal tak apa ketika hati tak bahagia. Tapi akhirnya aku tetap jadi kata yang tanpa arti dan tak bernada. Aku akan selalu jadi seperti itu.

Yang penting aku tetap jadi manusia. Tetap berjalan. Tetap berusaha untuk jadi membanggakan. 
Mari kita mulai lagi.

Kamu pernah menjadi rumah untuk segala kepulangan. Menjadi lengan untuk segala keresahan. Menjadi pundak untuk segala kelelahan, pun kaki yang memantapkan pijakan. Kamu pernah sepenting itu dan tidak terlepaskan. 

Lalu kau berubah. Menjadi belati yang menusuk tajam. Menjadi luka yang tidak dapat disembunyikan. Menjadi serupa malam yang kedinginan. Menjadi bait yang rancu dan patah-patah. Kita pernah serusak itu. 

Lalu kini, kita tetap bergerak di jalan yang berbeda. Menghirup udara berbeda. Bercengkrama dengan orang yang berbeda. Menjadi seseorang yang sama sekali berbeda dengan dulu, ketika kali terakhir tangan kita bertautan dan mata kita bertatapan. 

Kini, kau serupa luka parut yang membekas. Yang tak mulus ketika berada dibawah telapak tangan. Tak terlalu indah dan menyenangkan tapi tetap tak terpisahkan. Luka yang ketika gugup kadang kucari lagi, hanya untuk merasakan, bahwa kamu masih disana. Tepat ketika akhirnya aku sadar, kamu akan selalu ada. Dan aku pasrah dengan akhirnya kita. Karna aku tau, sejauh ini hanya kamu yang memeluk segala kekuranganku dengan sabar. Dengan suka cita, asalkan, aku ada. 

Aku ingin mengerti bahwa beberapa hal pasti terjadi begitu saja, seperti rintik hujan yang selalu merindu bumi. Walaupun terkadang harus bercumbu dengan atap berkarat, dengan helai daun, atau dengan telapak tangan seorang gadis kecil yang jadi pencinta hujan. Rintik akan terus turun tanpa ampun. Ia tak pernah mundur sekali dijatuhkan dari langit berawan.

Aku ingin mengerti perihal semua yang pasti terjadi, dengan tanpa tanda tanya. Seperti rintik hujan yang menerima segala kejatuhannya. Aku iri dengan dia. Walaupun tau akan jatuh dan lebur, tapi tetap tanpa takut, tanpa ragu. Aku ingin pengertiannya yang tau, bahwa walaupun hilang, kehilangan dirinya adalah untuk kebaikan yang lebih besar. Aku ingin semengerti dia, aku ingin seikhlas dia.

Aku ingin mengerti dan ikhlas saja terus berjalan sekali lagi dengan membawa beberapa luka yang akhirnya lupa. Aku ingin seperti rintik hujan yang menyambut riang pertemuannya dengan bumi walau harus lebur lagi.
Teruntuk hal-hal yang pernah aku suka.

Aku selalu berjalan dengan menyukai beberapa hal. Awalnya aku bertemu dengan mereka tanpa disengaja. Beberapa suka bisa jatuh pada kali pertama. Beberapa lainnya butuh waktu dan pembiasaan yang dijalani dengan sabar. Beberapa bahkan berawal dari benci yang tak dapat diatur kadarnya lalu tiba-tiba aku sadar bahwa aku ingin memiliki mereka sekali lagi dan lagi. Berbagai macam suka kemudian aku temukan semakin diri beranjak tua. Beberapa suka kemudian terganti, jadi kesukaan pada hal lain yang sama, ataupun berbeda. Beberapa mungkin diakhiri dengan bosan atau bahkan benci karena hal-hal yang tidak dikira-kira sebelumnya. Beberapa hal itu kemudian menjadi sesuatu yang pernah aku suka, yang kemudian terganti atau sederhana hilang saja entah kemana.

Teruntuk hal-hal yang pernah aku suka. Izinkan aku mengingatmu ketika aku sedang suka-sukanya.

Aku pernah senang setiap kali bertemu atau memilikimu. Bahagia selalu ada ketika akhirnya tak ada lagi jarak, dan kesukaanku padamu semakin menggebu. Ingin sekali menyimpanmu dalam buku-buku jari ketika tanganku terkatup hati-hati. Ingin rasanya jadi satu-satunya orang yang tau kau ada di muka bumi ini. Tapi ingin juga memamerkanmu kepada mereka bahwa aku punya kamu sebagai sesuatu yang kusebut milikku. Milikku yang aku suka.

Teruntuk hal-hal yang pernah aku suka. Kalimat itu mungkin serupa kata yang telah berlalu. Kini mungkin aku tak lagi suka kamu. Entah karena alasan yang mana dari ketiga alasan yang telah aku jelaskan sebelumnya, atau sederhana karena Tuhan membalikkan hatiku sampai kesukaanku akhirnya menghilang begitu saja. Apapun alasannya, menyukaimu pernah begitu menghiasi segala langit-langit impian, segala asa, segala rencana di masa depan. Menyukaimu pernah membuat aku merasa sebahagia itu. Suka pada hal-hal seperti kamu yang kemudian membuat aku tau, terkadang karena terlalu dalamnya luka, aku lupa bahwa menyukai sesuatu ternyata menyenangkan. Bahkan yang terpenting bukan lagi apa yang aku suka, tapi yang penting ya aku suka. Karena sebagian orang, hatinya begitu rusaknya sampai bahkan untuk akhirnya dapat merasakan kesukaan terhadap sesuatu, ia butuh berjalan dengan jarak yang teramat jauh hanya untuk lupa. Lupa, bahwa suka berarti hilang sudah segala keikhlasan kehilangan. Hilang sudah segala ambisi untuk mengejar hal-hal lain selain seperti kalian. Seperti hal-hal yang pernah aku suka.

Teruntuk hal-hal yang mungkin sekarang tak lagi aku suka, berbahagialah. Karena aku selalu suka dengan segala ketulusan yang aku punya, tanpa ada keluh, tanpa perlu jawaban, tanpa perlu balasan. Aku selalu suka tanpa kata main-main, tanpa mundur, dan tanpa ragu. Tak peduli akhirnya, aku hanya suka, dan itu cukup tanpa harus ada tanya. Dan kalian pernah memiliki itu, walaupun hanya sekejap mata, walaupun akhirnya kalian terlambat menyadari seberapa bahagianya disukai seperti itu. Tepat saat kalian kehilangan aku, sebagai salah seorang peyukamu.
Hope is something about dreams which make you have energy to do what you have to do for make it come true. You just have to believe the glory of your dream, it might be bigger than you, but that's what makes dream a dream. You are the one who make yourself worthy for your dream, not people judgments, even not your mind telling you so. 

Kalau kata orang Indonesia, merdekalah selagi dalam pikiran, jangan dibatasi karna hanya ada orang yang berkata padamu "it is not something for the like of us". Everyone deserve what they fight for. Everyone.
Pernahkah kamu memainkan suatu game, lalu terjebak di satu level sampai berhari-hari, berminggu-minggu?. Tanpa tau bagaimana cara menyelesaikannya, sehingga bisa melanjutkan ke level selanjutnya dengan raja baru yang lebih kuat?. Kira-kira, seperti itulah kondisi saya saat ini.

Sejak Oktober lalu, penelitian saya akhirnya "diistirahatkan" sejenak. Alasannya adalah karena apa yang selama ini kami lakukan belum berhasil, tanpa tau apa penyebab sebenarnya dari kegagalan yang terjadi. Belum lagi, ditambah dengan kondisi sarana dan prasarana laboratorium kecil di salah satu universitas yang jauh dari pusat kota. Tidak usah kita bahas bagaimana tantangannya. Kajiannya pun terbilang pertama. Ini komoditas baru yang diambil oleh pembimbing saya, dengan saya sebagai mahasiswa satu-satunya. Jelas butuh banyak penyesuaian yang lagi-lagi membutuhkan waktu. Kemungkinan penyebab kegagalan pun menjadi melebar, yang benar-benar membuat kami pusing karena belum tau faktor apa yang membuat ini tidak berhasil. 

Kondisi itu membuat saya harus banyak bersabar sampai berpikiran, ya sudah jalani saja. Jalani saja perlahan, walaupun takut, walaupun ragu memenuhi kepala. Katanya, asalkan kita sabar dalam titian, maka perlahan akan sampai pada tujuan. Kata-kata yang kemudian saya tau, tidak begitu tepat.

Sore ini saya teringat, yang penting ternyata bukan hanya berjalan, tapi juga apakah jalan kita benar, apakah kita masih punya energi untuk itu. Intinya ya, cuma pusing aja, tapi nggak tau harus bagaimana, akhirnya malah melakukan hal-hal lain yang menghabiskan uang atau waktu. Benar-benar tidak berguna. Seolah-olah berjalan padahal nggak, saya lupa bahwa saya tak lagi punya energi untuk berjalan. Akhirnya ya saya memaksakan saja apa yang harus saya lakukan, wlaupun terseok-seok, sampai pusing, seolah berusaha tapi sebenarnya sia-sia.

Jika memang ingin sabar di titian dan berjalan, kita juga harus mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil di dalamnya. Karena ada pikiran yang membebankan, saya jadi lupa bahwa kebahagiaan kita yang cari, bukan yang orang lain beri. Lalu, kesempatan untuk bahagia itu ternyata sesederhana nonton film sendirian, baca buku, ataupun ngobrol dengan orang lain termasuk yang bisa memotivasi. Sayangnya kemarin saya lupa, akhirnya yang penting jalan walaupun berat, lelah, dan tidak bahagia. Saya lupa untuk merefill segala bahagia saya lewat hal-hal kecil yang sebenarnya tersedia. Energi tersebut akan membuat kamu kemudian bisa berpikir, apa yang harus saya lakukan setelah ini dengan konsentrasi dan fokus yang penuh, hal-hal yang juga tak kalah penting ketika ingin sampai tujuan.

Seperti jogging di pagi hari. Mungkin, ada kalanya kamu harus mengambil jeda beberapa langkah untuk mengatur nafas, untuk mengistirahatkan otot-otot yang sudah lama tidak disuruh bekerja lebih dari biasanya. Mungkin saat ini, saya harus pintar-pintar mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil ketika sedang jenuh-jenuhnya, bukan hanya diingatkan untuk bahagia ataupun menunggu untuk dibahagiakan :)) 
Tulisan ini tentangmu, tapi bukan untukmu. Tak perlu juga untuk kau mengerti, bahkan tau, itu pun tak perlu. Karna ini juga tentangku dengan segala hal yang tak kau pahami. Tentang matamu, tentang semua tawa yang kau pikir biasa. Tentang segala kurang yang kau pikir begitu pentingnya. Tentang senja dan deras hujan. Tentang segala hal yang telah kita bicarakan. Segala asa yang kini tak lagi terasa menyenangkan dan penuh harap. 

Ini tentang aku yang menyimpanmu dibalik segala kata. Satu-satunya cara yang aku bisa. Karena aku akan selamanya jadi daun yang digugurkan oleh angin tanpa keluh karna dipisahkan dengan ranting. Seseorang yang kamu pikir tak ada tapi selalu berdoa. Seseorang yang segala sajaknya penuh dengan tanya kepada semesta, mengapa ia tak pernah menjadi cukup untuk seseorang yang ia tunggu dalam diam, dan jaga dengan sabar. Mengapa ia menjadi tokoh yang selalu saja tak apa jika dikesampingkan. 

Ini tentang kecewa yang kembali datang lagi setelah kupikir sudah terlewati. Setelah akhirnya kita biasa, setelah kau pikir kita baik-baik saja. 

Ya ini masih tentangmu, tapi bukan untukmu. Dan selamanya tak perlu kau mengerti tentang itu. Karna mengerti tak lagi penting, aku sudah terlatih merawat luka dengan tangan sendiri. Aku tak butuh kamu yang seperti itu. Aku gadis yang selamanya akan baik-baik saja dan tertawa walau hati sedang perih-perihnya. Aku akan selalu tak apa. Selalu. Semoga.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ▼  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ▼  Januari (13)
      • Untuk Tita
      • 07.26
      • My Dear Mayer
      • Badai di Bendungan
      • Mimpi Lain
      • I'll Be.
      • 19.22
      • Mulai lagi
      • Rintik Hujan
      • Teruntuk segala suka
      • Hope
      • Jalani Saja
      • Tentang Kamu
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates