hati manusia
Aku benci hati manusia, dan bagaimana ia begitu amat mudah berubahnya. Suatu ketika ia ingin berlari menuju yang paling hati ingini, dan suatu ketika ia dapat pergi begitu saja lalu menyendiri.
Aku benci hati manusia, dan bagaimana hal itu membuatku kehilangan percaya. Pernah bergantung padanya sepenuh jiwa, membuatku merasa dikhianati karena setiap langkah mengikutinya berakhir percuma.
Aku benci hati manusia, dan bagaimana ia bisa jadi sangat penuh kendali terhadap isi kepala. Aku pernah berkata bahwa aku hanya akan dipenuhi logika, dengan segala hitungannya yang sempurna. Lalu tiba - tiba aku tersesat dalam rasa yang serupa rimba, karena hatiku berkata bahwa inilah satu - satunya cara bahagia. Segala hitunganku tidak lagi dilihatnya, abai saja terhadap setiap tanda bahaya.
Aku amat benci hati manusia, sampai suatu ketika kebencianku terasa begitu membutakan mata. Sehingga aku lupa, ditengah gelapnya ada cahayaNya yang selalu menuntunku kepada rencana paling baik daripada rencana manusia. Sehingga aku lupa, kemampuannya untuk berubah menjadi tajamnya pecahan kaca, juga bekerja dengan cara yang sama menuju tujuan berbeda. Mengarah kepada kemampuan menyembuhkan diri sendiri dari luka. Kembali sempurna merasa setelah banyak hal menyakiti. Mampu tertawa lagi ketika melihat setiap yang terjadi, benar - benar telah terlewati.
Tanpa kusadari, hatiku tidak lagi sakit setiap namamu muncul serupa jendela yang berderit. Aku juga sudah melupakan kenapa satu gelang pernah terasa begitu istimewa, bahkan aku lupa waktu itu kubeli dimana. Bahkan kini aku dapat melewati Banaran dengan hati yang ringan. Serta kenangan akan jam tangan hijau tosca pun sudah aku kuburkan dengan tenang, seperti mimpi - mimpiku lainnya. Kalian berguguran, dan yang kembali kupercaya namun sempat kulupa adalah, meski tidak jadi nyata, tapi tidak akan ada asa yang sia - sia. Dan aku meralat segala frasaku, bahwa memang benar banyak usaha sia - sia, tapi pelajaran ini akan kubawa selamanya.
Jadi dari setiap hal - hal tidak membahagiakan, ternyata ya enggak sia - sia amat sebenarnya. Iya gak? Hehe.
0 comments