sabtu bersama bapak

Empat bulan aku menahan untuk menuliskannya. Menghindari hal - hal yang tidak dapat aku abadikan dengan sempurna. Karena kemarin mengingat bapak adalah soal luka, dan bagaimana aku mendaraskan sesuatu ketika mataku menjelma menjadi musim hujan tanpa tanda akan berhentinya. Tapi kamu penting, dan aku ingin kamu mengenal bapak. Bapak yang bahagia. Aku yang mengingatnya dengan bahagia. 

Hal pertama yang harus kamu tau adalah, bapak selalu pergi ke mesjid setelah adzan maghrib, adzan subuh, dan ketiga adzan lainnya jika ia sempat. Pada beberapa waktu yang ia kira adalah waktunya, satu - satunya pesan adalah jangan pernah meninggalkan solat. Meski sulit. Meski waktu terasa menghimpit. Meski pikiranmu tidak lagi mampu untuk mengingat banyak surat. Jangan pernah tinggalkan tiang agama, bahkan ketika rasanya hatimu patah karena semesta. Ia tidak perlu menjelaskan kenapa, tapi setelah kepergiannya, aku jadi mengerti bagaimana hanya dengan solat, hatimu dapat kembali terisi setelah kekosongan yang teramat sangat. Ingatlah, jika suatu hari akhirnya kamu sampai di ruang tamu rumah ibuku dan terdengar adzan Dzuhur, percayalah bapak pasti akan beranjak ke masjid di ujung gang, dan mengajakmu turut serta. Jika ia masih ada.

Hal kedua adalah, ia seorang laki - laki yang lucu dan penuh tawa. Sampai akhir hayat, aku adalah gadis kecilnya yang tidak pernah habis digoda. Soal bagaimana ia memesankan mi goreng pedas dengan sengaja, padahal aku tak suka. Pesanan yang kemudian ia ralat ketika sudah selesai bercanda. Soal banyak hal - hal sederhana yang hanya akan jadi lucu jika kuceritakan secara langsung ketika akhirnya kita diijinkan semesta untuk bertegur sapa. Ia adalah detak pada banyak obrolan yang menempatkan dirinya sebagai pusat setiap tawa. Ia yang karena itu jadi amat dicintai kawannya dan banyak orang di sekitarnya. Tukang gorengan pinggir jalan, tetangga yang berbeda gang, bapak - bapak tukang cukur di bawah pohon beringin. Sampai keluarga kecil yang sempat menempati ruangan di sebelah kamarnya, ketika ia terbaring karena serangan stroke yang tanpa aba - aba. Ia yang mengajarkanku bahwa tawa adalah hulu dari setiap rasa bahagia, termasuk cinta. Tawa yang diam - diam ikut pergi bersama nafas terakhirnya.

Hal ketiga adalah, ia seorang bapak yang tanpa alfa. Ia hadir seutuhnya, tanpa pernah setengah jiwa. Tidak pernah ada tanda tanya kenapa jika soal inginku dan mama. Cintanya selalu nyata meski tidak pernah berbentuk kata. Ia yang memacu motor tua pada kecepatan paling kencang, karena aku yang salah seragam pada hari dimulainya sekolah menengah pertama. Ia yang tidak pernah alfa dari menjadi pegawai pertama mama, dari berbagai macam usaha yang akhirnya mereka lakukan berdua. Ia yang tanpa ragu kembali ke kampung halaman demi orang tua. Meninggalkan pekerjaan yang terhadapnya, ia amat bangga. Meninggalkan setiap kebiasaan yang sudah menjadi satu di nadinya. Kehadiran cintanya dimana - mana menjadi hal yang tidak dapat kholas aku pasrahkan. 

Sabtu bersama bapak dan banyak kuntum bunga. Banyak penyesalan tumbuh subur seperti setiap jumput rumput di atas pusaranya. Rinduku bukan lagi hujan, tapi badai yang menjebak dengan guntur yang memekakkan indraku. Menghambarkan kemampuan merasa, merubah setiap warna serupa abu - abu. Sampai suatu hari, satu - satunya warna warni mengambil rupa bunga yang dirangkai mama dengan hati - hati. Tanpa jeda, pada setiap sabtu pagi. Membuat aku teringat, meski raganya tidak lagi hangat, kini bapak sudah tidak sakit lagi. Tidak direpotkan dengan dunia yang semakin kacau saja. Tidak perlu hidup dengan tanya, kenapa bapak tidak dapat kembali merasa muda. Aku ingin percaya kata - kata seorang temanku yang amat sederhana, bahwa kebahagiaan tertinggi umat yang beriman adalah pertemuan dengan Rabb-Nya. Oleh karena itu aku sudah memutuskan, setiap penyesalan dan rindu yang kini jadi satu, akan kubayar dengan setiap doa agar pertemuannya dengan Rabb-Nya jadi yang paling membahagiakan sejagat raya, karena kini, bapak disisiNya.

2 comments

  1. Sedih dan terharu bacanya, turut berduka ya kak. By the way kamu cocok banget lo kak jd penulis, kenapa ga buat novel saja?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Many thankss!. Thank you for stopping by and the compliments. Just let's hope for the best :")

      Hapus