"kamu percaya mimpi?"
ujar dosen pembimbing satu ku siang itu.
Disela sesi bimbingan skripsiku dulu, kami memang kerap kali bertukar pikiran soal apapun. Mulai dari isu pendidikan yang sedang ramai di sekitar kampus, sampai salah satu boy band KPOP. Bukan, boyband itu bukan idolaku, mereka idola beliau. Dalam waktu berjam - jam, beliau dapat membahas sekumpulan laki - laki belia yang menurutnya lebih dari sekedar artis dalam gemerlap industri musik Korea. Bahwa mereka juga seorang yang pintar, dan pekerja keras. Nilai - nilai yang beliau percaya harusnya ada pada setiap manusia yang berusaha. Diskusi yang akhirnya berujung kepada serangkaian kalimat yang menyemangatiku, ketika hidup sedang penuh kegagalan.
"percaya Miss"
Jawabku tanpa perlu berpikir dua kali. Tidak pernah berpikir bahwa kata percaya terlalu naif untuk didengungkan. Meski ditengah segala ketidak mungkinan.
Sesudahnya aku merasa perlu mengatakan hal yang sudah lama tertanam dalam kepala
"saya nggak akan nyerah, kecuali kalau Miss sudah menyerah dengan saya"
Dosen pembimbingku menjawab dengan jawaban yang akhirnya membuatkku bersyukur akan pilihanku hampir dua semester lalu.
"saya juga nggak akan nyerah Dit, kecuali kamu menyerah dengan penelitian ini"
Menarik garis waktu, kurang lebih 2 tahun setelah kejadian itu. Rasanya meski sudah dihancurkan berkali - kali, aku masih ingin menjadi mahasiswi bimbingannya yang sepenuhnya percaya dengan mimpi. Saat itu, untuk pertama kalinya aku tidak bermimpi sendiri.
Bahwa sesungguhnya dibawah langitNya, tidak ada yang tidak mungkin.
Sungguh, tidak ada yang tidak mungkin.
ujar dosen pembimbing satu ku siang itu.
Disela sesi bimbingan skripsiku dulu, kami memang kerap kali bertukar pikiran soal apapun. Mulai dari isu pendidikan yang sedang ramai di sekitar kampus, sampai salah satu boy band KPOP. Bukan, boyband itu bukan idolaku, mereka idola beliau. Dalam waktu berjam - jam, beliau dapat membahas sekumpulan laki - laki belia yang menurutnya lebih dari sekedar artis dalam gemerlap industri musik Korea. Bahwa mereka juga seorang yang pintar, dan pekerja keras. Nilai - nilai yang beliau percaya harusnya ada pada setiap manusia yang berusaha. Diskusi yang akhirnya berujung kepada serangkaian kalimat yang menyemangatiku, ketika hidup sedang penuh kegagalan.
"percaya Miss"
Jawabku tanpa perlu berpikir dua kali. Tidak pernah berpikir bahwa kata percaya terlalu naif untuk didengungkan. Meski ditengah segala ketidak mungkinan.
Sesudahnya aku merasa perlu mengatakan hal yang sudah lama tertanam dalam kepala
"saya nggak akan nyerah, kecuali kalau Miss sudah menyerah dengan saya"
Dosen pembimbingku menjawab dengan jawaban yang akhirnya membuatkku bersyukur akan pilihanku hampir dua semester lalu.
"saya juga nggak akan nyerah Dit, kecuali kamu menyerah dengan penelitian ini"
Menarik garis waktu, kurang lebih 2 tahun setelah kejadian itu. Rasanya meski sudah dihancurkan berkali - kali, aku masih ingin menjadi mahasiswi bimbingannya yang sepenuhnya percaya dengan mimpi. Saat itu, untuk pertama kalinya aku tidak bermimpi sendiri.
Bahwa sesungguhnya dibawah langitNya, tidak ada yang tidak mungkin.
Sungguh, tidak ada yang tidak mungkin.
0 comments