Terkadang, khawatirmu tak perlu sejelas itu. Beberapa rasa hanya dapat berdoa, tanpa perlu jadi kata, tanpa perlu jadi nyata. Kadang rindu pun tak perlu setajam itu. Beberapa peluk hanya dapat diraba dalam sapa, dengan hangatnya yang lewat tatapan mata. Seringkali jatuh cinta pun tak sebahagia itu, karena beberapa hal tak dapat dipaksa keberadaannya, dan kita tak boleh seegois itu kepada semesta. Pada akhirnya, kita hanyalah manusia yang tak mengerti apa apa soal dunia atau manusia lainnya, dengan segala rencana yang terbaik menurutNya. Jadi ya, nikmati saja karna semua bahagia ada gilirannya. Setidaknya, itu yang aku percaya. Hehe.
Mungkin suatu hari, akan tiba masanya kau dapat bertukar doa. Dengan seseorang yang sama khawatirnya ketika kau tak ada. Seseorang yang tidurnya tak lelap ketika amanmu masih berupa tanya. Seseorang yang terus saja berdoa, bahkan ketika kau tak tahu bahwa kau dicintai sampai sebegitunya. Bahwa ia ikhlas saja tak diketahui, karena dalam doa tak ada yang bernama. Dan tetap saja ia menggantungkan harapan-harapannya akan keselamatanmu di langit-langit paling tinggi milik semesta. Walaupun dengan begitu berarti ia telah siap jika suatu hari harus kecewa, karena perasaannya tak bersuara.
Seperti aku, kepada seseorang yang tak akan pernah seperti itu.
Seperti aku, kepada seseorang yang tak akan pernah seperti itu.
Mungkin memang sepanjang hidupnya, manusia dikodratkan untuk selalu mengejar.
Itu yang saya dapat selama perjalanan pulang saya dari salah satu acara komunitas. Iya, baru beberapa minggu terakhir ini saya join komunitas baru. Komunitas yang berisikan sekelompok orang dengan passion yang sama, belajar keluar negeri! entah student exchange atau bahkan beasiswa. Nggak usah cerita gimana ceritanya sampai saya ikut, yang jelas tadinya saya nggak mau ikut acara sore ini, tapi salah satu kalimat bijak tiba-tiba menggedor otak saya "If you want something good happen unexpectedly to you, start doing something positive you think you would never do", berasa ditantang, akhirnya berangkatlah saya sendirian ke sekumpulan orang yang saya belum familiar. gapapa. But hey! it turns out soooooo good. Intinya saya termotivasi lagi sesorean ini, dan menemukan sesuatu yang penting. Lebih penting daripada informasi yang ada di acara sore itu, yaitu kesadaran.
Iya, akhirnya saya sadar, selama ini saya hanya menghabiskan waktu dalam pengejaran sia-sia. Kenapa sia-sia? bahkan awalnya, kalimat tersebut terasa tidak pas karena sebenarnya saya nggak ngejar apa-apa. Saya nggak suka buat PKM ala-ala mahasiswa, saya juga nggak punya interest untuk jadi pejabat di kancah perpolitikan kampus, apalagi jadi mahasiswa berprestasi tahun ini. It's just not so me. Saya bukan orang yang cari-cari hal prestige semacam itu karena selalu berpikir bahwa sebaiknya kita hidup harus selalu rendah hati, dengan segala pencapaian yang akhirnya datang sendiri, which is a complete bullshit. Iya, saya memang cuma punya satu interest, bikin orang tua saya bangga sama gadis kecilnya. Dan karena orang tua saya amat sederhana dan tak terkira baiknya, maka saya dapet IP lumayan aja udah bahagia. Saya nggak pernah terpikir bahwa sebenarnya itu adalah level terendah dan paling gampang yang bisa kita berikan. Jadi ya dengan segitu aja menurut saya udah cukup, dan akhirnya saya nggak ngejar apa-apa lagi. Berhenti lalu saya mencari kesenangan sendiri. Ikut kegiatan ini, itu, lomba ini itu, yang nggak ada hubungannya sama masa depan saya nanti. Pendek banget pikirannya emang.
Kembali dengan kalimat paling awal, mungkin karena memang kita sebagai manusia dikutuk untuk sepanjang hidup mengejar, dan satu interest saya sudah habis masa pengejarannya, maka saya secara tidak sadar mencari pengejaran-pengejaran lain. Pengejaran akan hal-hal yang kurang penting, dikejar sampai pusing. Please mention, cinta, eksistensi, bahagia-bahagia semu, dan lain sebagainya. Hal-hal yang hanya berdampak untuk hidup kita saat ini, bukan nanti. Bukan masa di depan sana yang kata orang lebih kejam, keras, dan nggak pilih-pilih. Bodohnya, saya nggak menyiapkan bekal apa-apa dan terlena dengan kepentingan-kepentingan yang sebenernya nggak penting.. Saya lupa bahwa saya seorang anak pertama dan terakhir, yang nantinya hidup ini bukan hanya soal bagaimana saya. Lebih dari itu.
Bagusnya sore ini, saya dapat sesuatu. Saya tau hal penting apa yang harus saya kejar kini. Mungkin ini sedikit terlambat, masa semester tujuh saya akan segera berakhir dalam hitungan minggu, tapi semoga tetap tepat waktu. Saya hanya harus fokus selagi ada energi untuk mengejar. Dan rasanya kembali dapat sesuatu untuk mengejar itu lebih dari menyenangkan. Setidaknya, pusing saya kali ini tidak akan sia-sia hahaha. Mungkin banyak di luar sana yang seperti itu, dipusingkan dengan hal-hal sepele karena simply nggak tau di masa depan akan jadi apa, mau mencapai apa. Untuk catatan terhadap diri sendiri, GET UP! WAKE UP! selagi masih ada waktu, ada masa depan yang harus kamu bangun potensi sedari kini. Karena kalau kata quotes, investasi terbesar kita ya sama diri sendiri. Which is, kalau rugi kita akan jadi satu-satunya orang yang paling rugi, tapi kalau untung, kita akan jadi orang yang paling bahagia, yang bukannya nggak mungkin akan jadi bahagia keluarga, sahabat, orang sekitar, bahkan bangsa sendiri.
Satu hal yang kemudian saya mengerti, jika kamu masih disedihkan oleh hal-hal sepele, mungkin 'ruang belajar'mu masih seluas kotak korek api, dengan jendela yang kecil nan mungil. Tanpa tau, ada banyak hal yang harus dipikirkan, banyak pencapaian yang bisa kamu capai dengan segala potensi kini. Kamu hanya harus, see wider, think deeper, run harder :))
Kutukanku sesederhana itu.
Semoga segala hal di kota kecil ini membawamu kepada masa-masa perih mengingatku. Candaan di warung makan pagimu, yang membuat kau tak lagi dapat tertawa renyah jika bukan denganku.
Bau parfumku yang dahulu terasa tidak familiar namun menyenangkan, satu jenis yang tak kau temukan pada gadis lainnya. Hanya padaku yang sekarang jauh-jauh darimu. Tapi tenang saja, aku akan datang lagi menggunakan parfum yang sama, mungkin dengan riasan yang berbeda. Karena aku hanya ingin menunjukkan, bukankah apa-apa yang dahulu menyenangkan bisa begitu menyesakkan?.
Dan jalanmu menuju rumah bersamaan dengan rintiknya hujan diatas motor yang menderu. Aku tau, dalam perjalanan itu ada sesuatu. Katamu memang aku yang gila, delusional, mengada-ada. Tapi sayang, akuilah bahwa itu bukan cuma aku. Bagaimana rasanya melewati jalan yang sama dengan jok belakang yang kedinginan, sunyi pun sepi. Bagaimana rasanya perjalananmu menuju rumah yang tak lagi terasa ringan seperti masa-masa sebelum aku? Jelaskan saja sedikit, walaupun aku tau, bebanmu sebenarnya datang dari sesuatu yang kau sangkal, aku bukan gadis biasamu, dan cerita tentang perjalanan itu bukan hanya angin lalu.
Bau parfumku yang dahulu terasa tidak familiar namun menyenangkan, satu jenis yang tak kau temukan pada gadis lainnya. Hanya padaku yang sekarang jauh-jauh darimu. Tapi tenang saja, aku akan datang lagi menggunakan parfum yang sama, mungkin dengan riasan yang berbeda. Karena aku hanya ingin menunjukkan, bukankah apa-apa yang dahulu menyenangkan bisa begitu menyesakkan?.
Dan jalanmu menuju rumah bersamaan dengan rintiknya hujan diatas motor yang menderu. Aku tau, dalam perjalanan itu ada sesuatu. Katamu memang aku yang gila, delusional, mengada-ada. Tapi sayang, akuilah bahwa itu bukan cuma aku. Bagaimana rasanya melewati jalan yang sama dengan jok belakang yang kedinginan, sunyi pun sepi. Bagaimana rasanya perjalananmu menuju rumah yang tak lagi terasa ringan seperti masa-masa sebelum aku? Jelaskan saja sedikit, walaupun aku tau, bebanmu sebenarnya datang dari sesuatu yang kau sangkal, aku bukan gadis biasamu, dan cerita tentang perjalanan itu bukan hanya angin lalu.
Dan satu lagi, sebenarnya aku akan datang lebih sering, berlalu lalang disekitarmu karena memang ingin. Bukan karena rindu atau berlari mengejarmu. Tapi sayang, kutukanku sesederhana itu. Aku hanya ingin membuatmu melihat jelas bahwa tersenyum adalah hal yang mudah, bahkan untuk gadis yang pernah dipermainkan. Bahwa segala kebaikan berakar dari ketulusan yang masih ada walaupun dahulu disakiti. Dan segala sinar yang ada kini ternyata tak berkurang walaupun dahulu kau coba redupkan dengan pengacuhan.
Sekarang, ingin aku tanyakan, bagaimana rasanya mengetahui bahwa seorang gadis ternyata semakin bahagia dan bersinar setelah kau tinggalkan? Bagaimana rasanya kini, setelah kau sadar telah menyakiti seseorang dengan ketulusan pada senyuman, dan kehangatan pada rangkulan? Bahwa kebaikan-kebaikan ternyata tak dapat berhenti walau kau pernah menyakiti?.
Sudahkah ada rasa menusuk yang tiba-tiba hatimu buat sendiri?
Kalau memang Dia bukan lagi gagasan maka pasti itulah waktunya. Ketika akhirnya ada seseorang yang memperjuangkanmu sampai sebegitunya, tak peduli setinggi apa dinding yang kau buat. Dia yang akan terus kembali ketika berkali-kali dijauhi karena ragu yang tak bisa disudahi. Dia yang akhirnya tanpa main-main berkata bahwa kamu adalah takdirnya di depan ayahmu yang katanya banyak ditakuti. Dia yang tidak hanya ada tapi juga setia. Dia yang bukan hanya fisiknya tapi juga jiwanya. Bukan hanya hatinya tapi juga masa depannya, segala rambut putihnya, setiap detik di masa senja ketika tubuh mulai renta. Dia yang rela berbagi cangkir kopi di senja hari depan beranda. Dia yang tau dengan sepenuh perasaan dan kesadaran logika bahwa kamu memang gadisnya, untuknya, tulang rusuknya yang akan ia jaga bahkan ketika kalian sama sama lupa dimana menaruh kacamata.
Dia yang tak akan pernah menganggapmu sebagai permainan, bahan percobaan, ataupun langkah setengah-setengah karena pelarian. Melihatmu serupa barang pecah belah yang harus dijaga ketika semua orang termakan sandiwara, citra sebagai wanita kuat dan baik-baik saja. Menatapmu hangat dan sadar bahwa warna matamu bukan hitam, tapi coklat gelap dengan semburat terang. Dia yang tau bahwa kau tak pernah sesederhana kelihatannya, tak pernah seringan candaannya, tak pernah serenyah tawanya. Dia yang menghormati dan menyayangimu seperti Dia kepada ibunya.
Jika Dia bukan lagi hanya gagasan, pasti saat itu adalah dimana Allah menjawab segala doa, mengobati segala luka, membalas segala kecewa. Karena hanya Ia yang tau apa yang terjadi dibumiNya, warna-warna manusia dengan segala ceritanya. Hanya Ia yang Maha tau apa yang terbaik untuk makhluk yang selalu dikasihi tanpa kenal henti.
Jika kau kecewa sekarang ya tak apa. Karena tak semua kondisi dapat dimengerti saat ini, beberapa butuh waktu untuk menjelaskan perihal kata tanya mengapa harus begini. Tapi satu yang kutau sampai kini, tak akan ada kesedihan yang sia-sia, mungkin memang yang lebih baik sedang bergerak dan mencari jalan agar semakin mendekatkan diri :)
Jika kau kecewa sekarang ya tak apa. Karena tak semua kondisi dapat dimengerti saat ini, beberapa butuh waktu untuk menjelaskan perihal kata tanya mengapa harus begini. Tapi satu yang kutau sampai kini, tak akan ada kesedihan yang sia-sia, mungkin memang yang lebih baik sedang bergerak dan mencari jalan agar semakin mendekatkan diri :)
Sekembalinya saya, inilah yang terjadi, kita selesai tanpa apa-apa. Segundahnya saya, inilah yang saya tahu. Segala kesedihan akan itu bukan mengakar pada kamu. Bukan soal cerita yang tak jadi nyata, sekali lagi. Bukan soal kamu yang ternyata gagal menjadi seseorang yang saya tulis pada setiap gagasan soal indah. Sejak awal kecewa ini berasal dari saya yang ternyata gagal melindungi diri sendiri dari awal pertama.
Saya tak apa kalau harus kecewa kali ini Tapi soal memaafkan diri sendiri, mungkin saya harus banyak berlatih lagi.
Soal lain hal, saya tak tau ini akan jadi catatan terakhir soal kamu atau tidak. Tapi satu yang saya yakin, kita akan tetap biasa walau sudah dirusak. Kita akan tetap teman walaupun canggung. Dan mulai tahun ini, kamu adalah makhluk abadi dijagat ini. Selamat!. Kamu boleh berbahagia akan hal itu, karena suatu hari, mungkin saya akan membaca catatan ini dengan tawa yang ringan bahwa hidup pernah selucu itu.
Bukankah kita bisa sabar dari Purnama?
Puluhan hari ia menunggu untuk hari-hari singkat terlihat sempurna. Sinarnya pun tak selalu sampai di pantulan kaca-kaca. Terkadang temaram, bias, bahkan pada beberapa waktu hilang begitu saja bersembunyi dibalik pekatnya awan malam hari. Bahkan pada hari-hari sempurna, indahnya masih tak cukup bagi semua manusia. Beberapa melirik sekejap, beberapa bahkan tak peduli karena kerlap-kerlip dunia masih lebih indah dipandang mata. Walaupun begitu, ia tetap datang sesuai ketentuan. Pada hari yang sama, waktu yang sama. Tak pernah terlambat walaupun sekejap. Tak peduli walau hanya sedikit orang yang melihatnya dengan penuh kagum, penuh hikmat, penuh sesap. Ia tetap datang lagi, lagi , dan lagi, tak peduli seberapa banyak pengacuhan yang tiap kali ia dapat. Ia hanya sabar, sekali lagi, untuk sekali lagi. Tak lupa dengan kesempurnaan yang sama, setiap kali.
ABOUT ME
Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.
POPULAR POSTS
Categories
Formulir Kontak
Diberdayakan oleh Blogger.