Unknwn

Beberapa orang selalu berbicara soal ketidak adilan, keseimbangan, dan lain sebagainya. Tapi tak pernah ada yang meceritakan apa yang terjadi setelah impas, dan aku, akan bercerita soal itu. Kenyataan yang pahit tapi getirnya tak lagi membunuh nadi. 

Kita sudah melewati waktu ketika kamu berbicara "Kamu kemana aja dulu saat aku lagi butuh butuhnya?", dan sunyi adalah segala yang aku punya. Beberapa derai air yang turun tak mengubah kesalahan yang akhirnya kutelan bulat bulat. Iya, aku memang tak pernah ada.

Kita pun telah melewati waktu ketika aku bicara "Kamu kemana aja ketika aku masih ada disana, menunggu sesuatu yang akhirnya . . kamu tau" dan sunyi yang familiar adalah salah satu yang membunuhmu secara perlahan. Tak ada derai kala itu, aku bahkan tak dapat melihat raut wajahmu karena suramnya kau bungkus dengan kedua telapak tangan, mengamati daratan, seolah daratan akan mengubah apa yang telah kau lakukan. Iya, kamu memang tak pernah kembali secara nyata.

Kita berdua telah melewati apa yang manusia itu sebut impas. Maka cerita ini harusnya kuakhirkan saja, karena itu yang biasa terjadi di soap opera bukan? cerita kita akan terdengar menarik, orang orang akan tertarik bahkan hanya untuk sekedar mencuri dengar, dan mereka tak perlu repot repot merasakan sakitnya. Tapi hei! ternyata ini masih berlanjut. Tak lagi seperti roman picisan atau novel cinta remaja. 

Kau yakin benar ingin tau apa yang terjadi setelah impas?

Kondisi dimana yang ada hanyalah kita dengan masing masing hati yang kosong. Aku tak ingin pusing memikirkan siapa pengisi masing masing hati itu, aku tak perduli, dan aku tak mau tau. Bukan aku tak mau tau karena ketakutan soal patah hati, tapi karena memang tak ada hati yang harus kembali dipatahkan. Karena ya, aku memang tak lagi menaruh peduli. Kufikir, kau pun tak ubah bedanya. Aku tau kau seperti aku mengenal gurat gurat pada telapak tanganku sendiri. Aku tau, bahwa kau pun, tak lagi menaruh peduli.

Nah, itu bukan hal yang penting.

Yang ada saat ini hanyalah kita dengan kekosongan hati masing masing. Kita ada ketika jenuh mulai masuk dan merusak. Kita ada ketika sepi akhirnya membuka segala memori. Bahwa kita masih punya masing - masing. Bukan sebagai teman, teman dekat, atau teman sangat sangat dekat. Uncharted? mungkin. Yang penting kau tau, kita bebas memanfaatkan masing masing ketika akhirnya kita tak lagi punya tempat untuk bercerita soal beberapa hari lusuh mahasiswa. Kau tau, aku tau, kita baik baik saja, bahkan ketika kau sudah menemukan buku baru untuk dibaca, atau aku yang terlalu asik menulis suatu awal cerita.

0 comments