Note to my self

Assalamualaikum semuaaaa!!! huah oke, perasaan lagi kacau balau, entah kenapa. Seperti yang udah gue bilang sebelumnya, entah kenapa kehidupan di kuliah terasa lebih berat dan membuat gue seketika pengen banget balik ke SMA lagi, entah kenapa. Gue fikir kehidupan kuliah akan enak enak dan gampang aja, kayak FTV di salah satu stasiun TV itu yang menggambarkan seolah olah kehidupan abg menjelang dewasa masih seputar cinta, which is wrong. 

Akhir - akhir ini banyak sekali yang terjadi dan gue bingung yang mana yang harus diceritakan terlebih dahulu. But for this, i wont tell you the details :p. Gue hanya akan cerita apa yang gue rasakan, karena itu kan manfaat dari gue menulis di blog, such an egoistic logic -___-". I will start my story by give you all a simple question yet intriguing, have you ever been falling from the highest place? no no, not literally as you imagine, its just the status, position, condition or whatever that relate to that noun. Have you ever been that way? Now, i do feel it. Dan ini membuat gue sadar bahwa memang, ada beberapa saat dimana kita harus menghadapi musuh terbesar dalam hidup, apa? kita sendiri. 

Gue dihadapkan bahwa ternyata gue punya kekurangan yang selama ini bahkan nggak gue sadar. Iya, i know, how arrogant i am. Tuhan pasti ketawa ngeliatnya, look at that creature, act like all so high yet, she is just a little shit piece of My Masterpiece. Gue merasa diri gue sudah cukup baik, gue nggak menyepelekan studi, pertemanan oke oke aja, kehidupan gue keseluruhan lancar, walaupun sesekali gue jatuh tapi itu bukan sesuatu yang membuat bagian penting dari diri gue rusak. Kenyataannya, gue salah.

Bukan juga gue nggak pernah melakukan introspeksi, sesekali gue bertanya pada beberapa teman, "sebenernya apa sih kekurangan gue?" dan jawaban mereka selalu sama aja "nggak ada, lu kayaknya biasa aja deh" dan itu nggak menjawab pertanyaan apapun. Nyesel sih, tapi karena itu juga gue jadi males untuk introspeksi diri sendiri karena merasa nggak ada yang salah sama diri ini, which is a big fault of me. Gue rasa selama ini cuma dua orang yang berani berkata bahwa gue punya kekurangan, bukannya sedih tapi timbal baliknya adalah gue berterimakasih sama mereka karena telah menunjukkan sesuatu yang selama ini nggak gue lihat. The first is my Lovely Mother, how i love her so much, she tells me what my habit, good bad and another things yet she is still love me as the way i am, whether i fail or success, my parents will always be at my side and standing proud (ah how i miss them so much). Dan yang kedua adalah temen gue, dia berani berkata bahwa gue nggak punya prinsip, pertamanya sakit tapi setelah dipikir - pikir dia ada benarnya, dan gue nggak jadi sakit hati karena ternyata itu jawaban yang selama ini gue cari hahaha -__-".

Itu dulu. Sekarang karena keadaan akhirnya gue dihadapkan bahwa gue punya musuh lain yang harus dikalahkan #halah. Beneran deh, bukannya apa - apa, untuk nerima bahwa kita punya suatu kekurangan, bahkan dari diri kita sendiri, itu bukan sesuatu yang mudah a.k.a culidh, oke maksud gue sulit (abaikan gadis alay barusan). Gimana sih rasanya lu nggak suka sama "sesuatu" tapi ternyata "sesuatu" itu ada dalam diri lu. Seandainya kekurangan itu kayak tempelan kulkas sih gampang, gue nggak suka, tinggal gue copot, masalahnya ini nggak sesederhana tempelan kulkas buah - buahan :". 

Gimana mau "solved" kalo buat "deal" aja susah. setuju? gue setuju banget.

Gimana mau toleran sama orang lain kalau diri ini aja nggak dimaafin. Setuju? gue setuju banget banget dah ah pokoknya mah.

Kelebihan itu nggak bisa dibanggain kalau kekurangan selamanya cuma ditutupin. Coward? yes it is.

Tapi sekali lagiii, buat deal itu nggak gampang. Tapi bukan berarti nggak bisa diatasin. Iya kan?. Masalahnya gimana caranya? itu kan pertanyaan besar dari segala uraian diatas. GIMANA CARANYA? ? ? ?

Menurut gue itu tergantung dari setiap orang menghadapi apa yang dipermasalahin. It depends on how you forgive yourself, i cant suggest any ways to be your choice but what i know the most is, you cant run. Run looks tempting every time the storm comes. Literally, it is a good idea if it was a real storm (i dont wnat you to become the flying cow though XD), tapi ini lebih bahaya dari itu, storm yang orang lain nggak bisa liat dan cuma kita yang bisa ngerasain, lebih bahaya mungkin, karena ngerusaknya dari dalem sini, iya, disini *ini apa -__-"*. Gue nggak bisa suggest apapun karena memang gue sendiri pun belum bisa memaafkan diri ini secara sempurna, gue juga bukan psikolog atau mario tegar yang bisa ngebantu orang lain untuk bangkit dari keterpurukan dan membuat diri lo tiba tiba shine bright like a diamond. Nggak gitu.

Apa yang mau gue sampaikan adalah gue jadi teringat ketika ngobrol dengan seorang teman, masih bahasan yang sama tapi beda masalah. And i comes up with the fact that, kesalahan ada untuk mengingatkan bahwa kita manusia, dan kekurangan ada untuk mengingatkan bahwa kita nggak setinggi itu untuk menyombongkan diri di depan orang lain terlebih semesta. Masih akan ada yang lebih tinggi dari kita, dan bahkan lebih banyak dari apa yang kita pikirkan. Ini seperti semacam sistem dari Tuhan untuk mencegah kita dari kesombongan. Nah! gue baru inget, waktu itu gue pernah berdoa untuk dijauhkan dari segala perasaan sombong karena pernah berada diatas. Gue takut. And after that i have this all terrific circumstances. Kondisi dimana gue merasa sudah berbuat lebih untuk memperbaiki tapi nggak ada hasilnya. Mungkin ini jawabannya. And the last is finally i take that in positive ways, that My Lord hear me (He always do, right? :")), ini sistematika Dia untuk menjauhkan diri gue dari perasaan sombong. Bahwa mungkin selama ini gue terlalu arogan sebagai manusia kecil yang nggak tau apa - apa tapi berasa punya segalanya. And someone have to slap me in the face, and He eventually do. He loves me, how grateful I am.

Mungkin kita harus selalu merendahkan hati atau Allah yang akan merendahkannya dengan caraNya tersendiri. Tapi kayaknya sebagai manusia yang ada khilafnya, gue rasa untuk selalu ingat kondisi tersebut apalagi kalo lagi "Glory Glorynya" its nearly impossible, tapi ya apa salahnya belajar untuk selalu ingat bahwa kita ini hanya manusia kecil, mungkin suatu hari, impossible itu bisa jadi possible. Gue juga nggak bisa jamin bahwa nanti ketika kita sudah rendah hati kita akan terhindar dari kegagalan atau semacamnya, tapi gue yakin, Allah akan selalu punya alasan yang tepat dari apa yang terjadi. Agree? I definitely agree. 

0 comments