Sirius
Puluhan kilo jauhnya dari kamu, bintang di atas sana masih sama terangnya seperti di kota itu. Tentu saja langit itu sejernih embun pagi yang memantulkan sinar mentari, tentu saja tak ada rintik hujan yang datang satu satu membunuh dan meretas kenang, tapi apakah kau bisa jelaskan, kenapa malam ini, rindu ku masih saja minta untuk disiangi dan diperhatikan walau tak ada hujan. Sungguh, aku sebingung pengembara yang kehilangan peta, aku tau, derap langkah akan mantap dengan bisikan hati, tapi ketika hati saja tak tahu arah untuk menetap, bagaimana aku bergerak?.
Aku pasti melihatmu lagi, suatu hari, entah kapan, entah dengan siapa di sisi lengan siapa. Karenanya dibawah almamater itu aku menunggu, dibawah kata takdir aku menaruh mimpi. Menyimpannya rapat dalam hati, karena kamu, sungguh kamu, Sirius, terlalu terang jika kupegang dengan jari jari polos ini, tapi hangatnya terlalu nyaman sampai aku tergoda untuk menetap, atau setidaknya, cukuplah aku menyimpanmu dalam dekap di tanah khayalan yang kau tak pernah tau ada, dalam rasa yang tak pernah ku inginkan keberadaannya. Ah, kenapa hati ini selalu jatuh lagi bahkan sebelum ia sempat untuk menata diri.
Rasa itu kusimpan dalam rapat. Dengan kata aku lari, pada semesta kutitip rasa. Terlalu besar!, kataku. ini seperti uranium liar yang partikelnya bergerak terlalu cepat jika kulepas begitu saja, boom! sesederhana itu aku hancur. Karenanya, kusimpan energi ini untuk cadangan hidup. Ia nyaman, aku utuh, hampir dan mungkin. Dan dalam malan aku tenggelam, bersama kamu, ribuan kali, ya, tentu saja masih dalam mimpi yang kunikmati sendiri.
Ah sial, gadis disana punya mimpi yang sama, Kamu, dan sialnya, aku jatuh cinta pada setiap kata yang ia rangkai indah indah, ya, sebelum kutau kalau rangkaian kata itu perlahan mengeja satu nama, Kamu. Tapi setelah tau pun ya, aku masih jatuh cinta, pada Kamu, pada tulisannya akanmu. Ah maklum saja, toh aku hanya junior yang memanen rasa terlalu cepat, kata orang hanya kagum yang salah pengertian. tapi ya, aku jatuh cinta dengan kalian berdua Kak. ah matilah aku dalam bingung. tapi setidaknya kali ini, aku dapat jatuh cinta dengan sehat, haha haha.
-dari si pesakitan yang akhirnya punya akal lagi untuk berfikir ulang tentang rasa-
0 comments