Aku gak pernah mengerti benar tentang kata - kata "Semua pasti ada hikmahnya". Sebabnya, karna perpaduan kata 'semua' dan 'pasti' dapat melahirkan ruang yang terlalu tegas dan jelas untuk aku yang sering kali abu - abu. Sampai, hari ini, ketika kejadian serupa Corona yang tadinya aku percaya benar - benar sempurna cobaan dan tak ada manfaatnya, ternyata memberikanku hikmah. Tidak hanya satu, bahkan dua. Mungkin juga akan bertambah.
Pertama, Mamaku tidak lagi berjualan rokok. Sebenarnya ini adalah permintaan Omku. Menurutnya, menjual rokok bertentangan dengan syariat yang kami percaya. Tidak lain karna rokok cenderung lebih banyak membahayakan tubuh manusia daripada memberikan manfaat kesejahteraan untuk banyak orang, bahkan bisa kubilang lebih memperkaya segelintir kelompok elit yang hidup dengan nyaman diatas lebih banyak kelompok rakyat yang merupakan konsumen mereka. Sisi ketidakbermanfaatan ini aku sepakati dengan sadar, tapi Mama tidak juga berhenti.
Sampai datanglah Corona, dan tiba - tiba datang serupa wangsit yang membuat stok rokok warung kami minimal sampai akhirnya tidak ada sama sekali. Setelah kutanya ternyata "Kulakan rokok mahal, modalnya Mama buat beli yang lain. Lagian bagus juga sih, jadi gak sembarang orang masuk ke warung". Mendengar alasan itu, aku hanya bisa menjawab "Alhamdulillah". Yah, walaupun butuh 5 tahun, tapi bukankah lebih baik daripada tidak sama sekali?.
Kedua, kakak - kakak kesayanganku berhenti berghibah ria. Aku sayang mereka. Kecuali, ketika mereka mulai berada di satu meja, dan pembahasan soal rumah tangga orang lain mulai bertebaran ditengah cemilan yang dihabiskan. Hal ini sederhana sebenarnya. Bisa jadi lazim saja jika kamu terbiasa berada pada satu circle pertemanan dengan lebih dari 3 wanita. Sayangnya, aku tidak. Hingga pada suatu malam, aku cukup lelah mendengarkan omong kosong urusan orang lain dan memutuskan untuk berhenti mengiyakan semua ajakan kumpul - kumpul selepas pulang. Saat itu, ketidaksukaanku sampai di puncaknya. Namun tiba - tiba kesehatan Bapak kembali menurun. Ia harus dirawat selama beberapa hari dengan kondisi yang naik turun. Pada saat itu, ternyata kakak - kakak inilah yang pertama kali datang dan memberikan dukungan yang benar - benar aku butuhkan.
Rasanya ada yang menamparku, bahwa kakak - kakakku gak sepenuhnya buruk, dan ternyata aku akan tetap menyayangi mereka sebagaimana seorang adik (yang dulunya) paling kecil di ruangan. Aku hanya harus benar - benar menjaga diri agar tidak ikut hanyut ke dalam obrolan yang bukan urusanku. Lalu datanglah Corona yang akhirnya menghentikan kebiasaan ngumpul - ngumpul dengan cemilan renyah soal masalah orang lain. Keterbatasan membuat setiap pertemuan yang mungkin, kami habiskan untuk bercerita bagaimana hari - hari berlalu, dan hal - hal yang banyak terlewatkan. Kalau nggak ada Corona mungkin kami gak akan punya prioritas obrolan yang penting dan yang benar - benar tidak penting untuk dibahas.
Hal - hal remeh yang membuatku lebih mengerti bahwa semua kejadian memanh ada hikmahnya.
0 comments