laut

Laut, bolehkah aku melarung segala cerita?. Agar di antara buih-buih air hanya tersisa bahagia. Agar aku dapat bercermin di dalamnya, bahwa ternyata dunia tidak sejahat ceritanya. Walaupun manusia memang terkadang tidak bisa dipercaya.

Laut, bolehkah aku menjadi pemuja?. Belajar pada kesederhanaan yang kau kenalkan dengan segala kerendah-hatian. Kagum pada keikhlasan akan ombak yang berkali-kali kau lepaskan. Menuju samudera, untuk pada akhirnya selalu kembali, kemudian singgah tanpa permisi di daratan.

Laut, bolehkah aku menjadi pengeluh?. Karna tidak setegar batu karang yang menghiasi. Karna tidak punya keluasan hati sepertimu, yang karnanya tidak pernah jadi tawar, meski dihujani. Karna tidak pula aku dicintai pun dicari, seperti senja dihorizonmu, yang membingkai cantik matahari. 

Laut, bolehkah aku meminjam sedikit saja damai yang menyisip di antara semburat jingga di pesisir pantai. Sempurna dengan debur ombakmu, ditemani kerang dan burung yang kembali ke rumahnya. Mendengarkan obrolan angin dengan nyiur kelapa. Menatap luasnya biru yang bertemu dengan langit yang kini tidak berwarna sama.

Bolehkah aku pinjam sebentar saja? Untuk kugantungkan pada langit-langit kamar. Agar diamlah pertanyaan pada malam-malam seperti ini. Agar kecewa tidak terus saja menghantui. Agar segala keindahan yang kamu miliki dapat mengingatkanku, bahwa, dunia ini tidak begitu saja tercipta sendiri. Keindahanmu tidak tiba-tiba hadir dari keentahan tanpa ada yang melukiskan. Bahwa semua ini, ada yang menggariskan, bahkan sampai terjadinya butir pasir terkecil dalam hamparan pantai di pinggir lautan. 

Bahwa meski selalu tampak mengerikan, badai hitam di atas lautan tidak akan pernah ada yang mendekati serupa keabadian. Kacaunya akan berakhir pada masanya. Digantikan oleh pelangi pada hari-hari beruntung jika kamu menunggu dengan setia. Sebagai pengingat, bahwa ketika seringkali terasa terlalu kecewa, ketika tidak masuk akal, ketika tampaknya semua yang terjadi tidak menyenangkan, kita tidak boleh menyalahkan ataupun mempertanyakan. Karna ada Dia yang sudah merencanakan. Karna ada Dia yang berjanji, bahwa akan selalu ada kebahagiaan setelah kita berusaha sabar memeluk kesedihan. Karna ada Dia yang Maha Penyayang.

0 comments