Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


Kamu pernah dengar cerita soal setiap hal di bumi yang sudah diciptakan dengan  sebaik-baiknya pasangan?. Setiap fajar dan malam. Setiap bumi dan langit. Setiap laki-laki dan perempuan. Setiap kebangkitan dan kejatuhan. Itu adalah kalam yang setiap katanya aku aminkan. Kini, aku ingin bercerita soal hal yang serupa itu. Dari seorang aku, daun yang akan gugur sebelum dihidupkan hujan. 

Aku menulis ini karna aku mengerti, setiap bagian aku jika sudah jadi serpihan berserakan, tidak akan mudah untuk menceritakan beberapa hal. Yang pertama adalah soal menunggu. Untuk hujan, aku sudah menunggumu selama ini dengan sabar. Penantianku kemudian tidak sia-sia karna akhirnya setiap tetesmu kembali memeluk bumi dengan mesranya. Tapi sayangnya, tampaknya kita gagal bertemu ya di dunia?. Jangan cemas, kamu tidak terlambat, kamu datang di waktu yang paling tepat. Meski tidak ditemukan bukan berarti kita gagal jadi pasangan kan?. Karna sesungguhnya, aku sudah berjanji untuk jadi pasanganmu sejak tarikan nafasku yang pertama. Berjanji untuk selalu berdoa, dan bertasbih agar segala berkah dan keselamatan selalu membersamai langkah dan segala keputusan. Aku sudah jadi setengahmu, bahkan sebelum kamu tau.

Mungkin, kamu hanya perlu lebih merasa.

Untuk hujan. Jangan sedih. Mungkin segala kesedihan ketika melihat ranting kering dengan guguran aku, tidak dapat masuk di akalmu. Mungkin itu berakar dari segala rasa kehilangan yang tidak kamu mengerti bagaimana. Hanya sederhana kekosongan yang tercipta karna apa yang belum hadir ternyata bisa jadi berarti. Tapi karna itu aku semakin percaya, bahwa doaku tidak pernah salah tujuan. Bahwa doaku selama ini mengisi segala sela, segala sisi. Lalu kini wajar saja ketika tidak ada yang menggenapkan segala yang ganjil, karna sumber doa sudah tidak ada lagi.

Tentu kamu juga pernah dengar kan cerita itu. Tentang semesta yang selalu bertasbih untukNya, memujaNya, berdoa dan meminta kepadaNya. Iya, selama ini aku jadi salah satunya. Dan seluruh doaku beralamat kepadamu. Pasanganku.

Untuk hujan, dari daun yang sebentar lagi gugur. Matahari jadi saksi bagaimana aku berusaha untuk tetap hidup setiap hari. Tidak lain agar kita bisa bertemu, entah di penantian yang keberapa. Tapi nyatanya kini, bumi punya cerita yang lain. Cerita yang aku belum fahami kenapa harus terjadi. Bukankah semuanya diciptakan berpasangan? Lalu kenapa beberapa pasangan yang tidak beruntung kemudian tidak dapat dipertemukan saat ini. Aku masih belum punya jawabannya, tanyaku masih menggantung di langit-langit semesta. Tapi hujan, aku selalu percaya bahwa selalu ada yang lebih besar dari segala yang kita inginkan. Selalu ada alasan dari setiap kepulangan, perpisahan, pertemuan. Mungkin kita kini hanya harus menanti untuk menjadi mengerti.

Tapi hujan, sampai saat itu, saat kita akhirnya mengerti, saat kita akhirnya (mungkin dapat) bertemu lagi, aku masih pasanganmu. Terimakasih atas belajar mencintai seseorang dengan tulus dan penuh keikhlasan. Tanpa meminta balasan, tanpa meminta pengakuan. Maaf tak bisa menyambutmu untuk pertama kalinya, tapi meski leburku sudah bercampur tanah, setiap ide soal aku akan selalu di sisi dirimu.

Hujan, semoga segala doaku yang sudah kutabung setiap hari, meski tidak sempurna, tapi akan selalu memeluk kecewamu seutuhnya. Menumbuhkan bahagia, selamanya. Jangan merasa kesepian, kamu tidak pernah sendiri, meski tiada, aku masih pasanganmu sampai Tuhan berkata aku harus berhenti. Tetaplah berusaha untuk segala yang berarti. Aku percaya, kamu bisa bahagia.
Di ruang imajiku, kamu yang sempurna, mati-matian aku leburkan, agar kembali menjadi manusia yang berhias cela. Aku pikir suatu temu yang nyata akan mempermudah semuanya, bahwa kamu tidak seindah dalam bayangannya. Tapi ternyata, aku justru semakin cinta karna kenyataan bahwa kamu juga sama manusianya. Sama-sama lemah, dan butuh disempurnakan. Sama-sama punya sela jari yang harus dilengkapi. Sama-sama punya hati yang harus diisi, dengan segala kurang yang menunggu untuk diperbaiki.

Lalu kalau sudah seperti ini, jelaskan bagaimana caranya punya kehidupan yang tanpa keinginan untuk memiliki kamu, yang rasanya sedekat nadi, tapi nyatanya hanya ironi.

Bagaimana rasanya mengikhlaskan kamu, seseorang yang bahkan segala kurangnya semakin membuatku ingin menjadi rumah untuk setiap luka, lelah, dan kecewa. Menjadi lengan yang mendiamkan kericuhan dalam kepala. Menjadi hangat yang dalam dingin memeluk setiap kehancuran dengan erat. 

Kepada kamu, yang kini setiap kurangnya belum aku ketahui, setiap ceritanya belum aku mengerti, setiap risaunya belum menyisip ke dalam memori. Iya, suatu hari nanti ketika semuanya masuk akal, seorang aku akan menerima segala kurangmu dengan lapang dada. Semoga, kamu juga.
Orang-orang yang berdoa tau, rindunya tidak pernah sia-sia. Meski tidak bersuara, setiap bait tetap sampai pada tempatnya. Meski tidak dituntaskan temu pun peluk, setiap hangat tetap sampai pada hati yang diingini. Meski diucapkan dengan hati-hati, ia selalu sampai tepat waktu. Mereka yang berdoa tau, rindunya telah berada pada naungan yang selalu melindungi. Jika memang iya, maka rindu akan terus ada dengan rasa yang semakin jauh dari samar. Jika ternyata tidak, maka dunia akan membuat mereka berhenti berdoa, membuat hati mengikhlaskan segala rasa yang tidak seharusnya ada, dengan cara yang membuat mereka tetap baik-baik saja. Membuat lupa menjadi semakin jelas dalam setiap tarikan nafas. Membuat mereka berhenti meminta jawaban, karena ternyata mungkin memang bukan dia tempat segala rindu dituju. Terkadang memang imajinasi soal hati membuat segalanya jadi rancu. Membuat manusia berharap kepada hal-hal semu. 

Aku masih berdoa untukmu. Meski tidak ada temu ataupun kata rindu. Meski kita bukanlah "sesuatu". Meski ingin sekali rasanya mendengar bagaimana pendapatmu soal setiap hal yang bias di dunia, setiap hal yang jadi resahku soal hidup. Aku masih berdoa untukmu serta menunggu, apakah kini akhirnya akan berujung pada lupa yang sama akan mereka yang telah lalu?. 

Setidaknya Sang Pencipta tau, aku kini berada di pihakNya dan tak ingin sekalipun menjauhkan kamu dari perjalanan menujuNya, menjadi seseorang yang lebih baik di dunia. Sudahku bilang, rindu ini tidak akan sia-sia bukan? :))
Aku masih mengeja soal jadi dewasa, tapi ada satu yang coba aku yakini sampai kini. Bahwa akan ada satu detik di hidup ini yang entah kapan, dimana kita akhirnya akan berhenti membingungkan segala hal-hal yang kini jadi pertanyaan. Berhenti cemas pada segala hal yang kini kita takutkan. Pun dengan membawa kehilangan-kehilangan seringan menerima setiap kedatangan. Dan bersyukur pada pilihan-pilihan yang kini kita jalani dengan berat karna ternyata tak semudah apa yang di awal diceritakan. 

Entah benar atau tidak, tapi tampaknya aku akan terus memilih untuk percaya. Karna berjalan dengan ada yakin di dalam hati ternyata lebih ringan daripada membawa serpihan yang berantakan. Tidak mati tapi tidak hidup. Berkata tapi sia-sia. Tertawa tapi tidak bahagia. Mungkin ini yang dinamakan harapan-harapan sehingga kita dapat terus berjalan, karna hanya itu satu-satunya cara agar kita dapat kesana bukan? Percaya, bahwa suatu hari ini semua akan terlewati, meski runtuh, meski putus asa, meski harus menelan kecewa.
There it comes this moment of clarity. When I woke up on the train, in the middle of my way back to our reality, my reality. That it looks like, now, I finally give up all the chances about you. It doesn't matter even if I had all the times in the universe, you'll never look back at me and realize all the reasons why I had always there. The reasons why behind my panicked voice over the phone. The reasons why I felt my heart broken so much when I was sitting beside you and hearing all the worst news you've got. The reasons why, I felt stabbed hard in my heart when she told me all the drama, chocolate, and your confession. And even after all the storm, I chose to stay. Maybe it was me from the beginning who foolishly proud in torturing my self with being beside you, the one that actually who doesn't need saving. You can save yourself, while I failed mine. 

This is the moment of clarity. I made my self clear, I won't love you any much less than a friend. Something that I should do right after I realized I didn't stand any chance, because you love candies while I am just loose sweater that gives comfort. Now I decide, it's time to not lie to my own self by saying I don't need to be loved back while always loving you that much. Because everyone need a pars. Now I realize, I should let you go, not just words that I know, but also words that my heart believe. Now I shall let my heart empty. Without any single hope which is an exact fallacy from the beginning. I will try to live as it is, not by something I want you to give me in, but something you already left me with. Something that exactly vain, plain.
jangan terlalu sering membaca aku, nanti kau jadi tau, segala kata sudah tidak lagi berdetak untuk kamu.

jangan terlalu lama membaca aku, nanti kau jadi tau, pikiranku sudah tidak lagi dipenuhi kamu.

jangan terlalu dalam membaca aku, nanti kau jadi mengerti, tentang kehampaan karna sudah tidak lagi jadi sesuatu yang diingini.

berhentilah. jangan berharap lagi. jangan melihat lagi. jangan mencari lagi.

sebelum ceritaku mengalun dalam kepalamu, suaraku menggaung dalam malam sebelum tidurmu. menciptakan rangkaian kata seperti milikku yang sekarang bercerita tentang aku. iya, aku, yang sudah tidak lagi menuliskanmu. yang kini sudah sepenuhnya berganti hati. menulis buku yang sepenuhnya baru. 

jangan terjebak pada paradoks tentang posisi kita yang kini berganti karna bisa jadi, aku sudah tidak  lagi peduli. 

Kemudian aku sedikit banyak mulai mengerti. Bahwa Ia yang bereskan segala yang berantakan. Yang gantikan segala yang hilang. Yang melengkapi segala yang kurang. Dan hanya Ia yang selalu mencukupkan segala ketidakpuasan jika memang kita bisa coba untuk merelakan hal-hal. Karna tentang apa yang aku percaya, akan selalu ada waktu yang paling tepat untuk segalanya, dan seringkali itu berada di luar agenda sederhana yang dibuat manusia. Walaupun kemudian aku merasakan bahwa tak ada yang sederhana mengenai belajar pasrah, tapi tetap kupikir itu adalah yang lebih baik daripada menuntut hal-hal yang bisa jadi kita sama sekali tidak mengerti akan jadi apa. Bisa jadi bahagia, bisa jadi bencana. 

Oleh karnanya kemudian aku mulai membiasakan diri pada masa-masa sendiri. Berusaha menemukan aku, diriku. Berusaha cukup hanya pada sesuatu yang memang seharusnya jadi satu-satunya tempat manusia bergantung. Ia yang kepadanya segala harapan diterbangkan tanpa perlu takut dikecewakan. 
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ▼  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ▼  Mei (7)
      • daun dan hujan
      • semoga, kamu juga
      • orang-orang yang rindu
      • soal harapan
      • Vain
      • jangan
      • ya.
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates