angsana

apa rasanya tau ada sepasang lengan yang menunggumu dengan gelisah di pekarangan sebelah. masih dibawah kanopi pohon angsana yang daunnya gugur di musim kemarau. menunggu basah yang tak kunjung datang dan meniupkan nafas kehidupan. setidaknya untuk membantuku menyambutmu dengan kelopak kuning ketika kau datang. jadi sebagai gantinya aku menangis sejadi jadinya memohon hujan deras, sampai badai jika itu diperlukan. berharap akan ada pelangi setelahnya, dan kelopak kuning sama yang menyambutmu seperti di 2 kalender sebelumnya. tapi aku tak pernah jenuh dengan itu. kejenuhan sama yang tak pernah hadir untuk meminta kau datang kembali di malam malam sunyi. jenuh yang tak pernah hadir ketika aku menunggu sebatang cokalat dan sekotak susu. ditambah kata kata "aku rindu kita", karna saat ini itulah satu satunya yang ku rasa.
pada akhirnya kau tak datang. tak pernah, mungkin sampai nanti. sampai kita jadi manusia. sampai kita jadi orang yang membanggakan dan secara tiba tiba dipertemukan keadaan. entah itu di dalam bus antar kota yang penuh sesak, atau pekarangan yang sama, lengkap dengan pohon angsananya. yang kuningnya menyapa ketika mekar, ketika kita kembali. dengan cerita baru di masing masing kepala. dan lengan manusia lain yang telah menemukan pasangan satunya di masing masing sisi kita. sepasang lengan yang penantiannya akhirnya dibayar lunas di muka.
0 comments