angsana



jadi ketika kau lelah ada sepasang lengan yang menunggumu dengan nyaman di pekarangan sebelah. tepat dibawah kanopi pohon rindang angsana. dan ketika kau datang, seakan bersorak, bunganya bermekaran dan gugur terbang ditiup angin siang. kuning, menumpuk ringan ditanah dan beberapa kelopak lainnya jatuh dan terjebak di atas rambutmu yang lurus. yang ujungnya sedikit tajam ketika bertemu dengan telapak tanganku. aku senang bermain dengan itu, seperti aku senang jika bersama denganmu. seperti kesenanganku terhadap sebatang coklat dan sekotak susu. ditambah kata kata "aku sayang kamu" karna saat itu adalah satu satunya yang ku tau. 

apa rasanya tau ada sepasang lengan yang menunggumu dengan gelisah di pekarangan sebelah. masih dibawah kanopi pohon angsana yang daunnya gugur di musim kemarau. menunggu basah yang tak kunjung datang dan meniupkan nafas kehidupan. setidaknya untuk membantuku menyambutmu dengan kelopak kuning ketika kau datang. jadi sebagai gantinya aku menangis sejadi jadinya memohon hujan deras, sampai badai jika itu diperlukan. berharap akan ada pelangi setelahnya, dan kelopak kuning sama yang menyambutmu seperti di 2 kalender sebelumnya. tapi aku tak pernah jenuh dengan itu. kejenuhan sama yang tak pernah hadir untuk meminta kau datang kembali di malam malam sunyi. jenuh yang tak pernah hadir ketika aku menunggu sebatang cokalat dan sekotak susu. ditambah kata kata "aku rindu kita", karna saat ini itulah satu satunya yang ku rasa. 

pada akhirnya kau tak datang. tak pernah, mungkin sampai nanti. sampai kita jadi manusia. sampai kita jadi orang yang membanggakan dan secara tiba tiba dipertemukan keadaan. entah itu di dalam bus antar kota yang penuh sesak, atau pekarangan yang sama, lengkap dengan pohon angsananya. yang kuningnya menyapa ketika mekar, ketika kita kembali. dengan cerita baru di masing masing kepala. dan lengan manusia lain yang telah menemukan pasangan satunya di masing masing sisi kita. sepasang lengan yang penantiannya akhirnya dibayar lunas di muka.


0 comments