Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


Aku berhenti menulis karena tidak lagi ingin mengabadikan cerita - cerita spesifik yang ujungnya hanya membuatku semakin membenci. Sampai ketika orang lain bertanya kenapa, maka jawabannya adalah "Entahlah, aku hanya tidak dapat menulis lagi". Aku lupa bahwa dahulu, pilihan itu ada di tanganku sendiri. Aku juga tidak merasa tulisanku dinantikan sebagian orang. Apalah aku yang frasanya masih banyak cela. Tapi yang mereka tidak tau adalah alasan sebenarnya. 

Jadi sepertinya, aku akan mencoba menjelaskannya lagi. 

Aku berhenti menulis karena tidak lagi ingin mengabadikan orang - orang spesifik yang mengenal mereka hanya berujung pada aku yang kehilangan diri sendiri. Merangkai frasa untuk setiap yang melukai memberi kesan bahwa mereka telah memenangkan perkelahian ini satu kali lagi. Seolah aku masih jadi sang pemuja. Masih amat mencinta. Kebencian yang purna, membuat satu hal yang paling penting luput dari pengamatan. Bahwa menulis disini dan mencatat bagian - bagian krusial dari patah hati, adalah selalu soal diriku sendiri. Menemukan kembali serpihan seorang aku diantara setiap spasi.

Aku sempat melihat setiap tulisan sebelum ini dengan amat penuh benci. Serupa melihat fragmen - fragmen berkelebat dari seseorang yang tidak menghargai bahwa aku ada. Membawaku kepada penyesalan, kenapa hidup bisa jadi begitu naifnya. Seolah menjadi naif dan penuh rasa adalah hal yang paling salah sejagat raya. Lupa bahwa banyak berkah juga pernah berasal dari sana. Tanpanya aku kehilangan empati. Tanpanya aku kehilangan harapan dari setiap mimpi. Tanpanya aku hanyalah manusia yang dadanya tidak pernah lapang untuk memaafkan kesalahan pun menerima kegagalan.

Berhenti menulis membuat hatiku mati, dan atasnya tidak ada definisi yang lebih menggambarkan kehilangan diri sendiri. Terkadang kita memang butuh waktu lama untuk menyadari, bahwa pilihan - pilihan yang dirasa benar hanyalah suatu kontradiksi. Seolah hidup membawa kita pada trek lari dengan jalur memutar, yang selalu berujung kepada hal yang kita hindari. Mungkin jalan terbaik memang selalu dengan menghadapi.

Sejujurnya, aku pernah membayangkan rasanya menyayat pergelangan tanganku sendiri. Memberikan warna yang berasal dari jalur - jalur nadi. Memberikan lega kepada setiap beban di hati. Aku pernah seputus asa itu kepada diri, dan membencinya setengah mati. Tidak lagi mencintai diri sendiri adalah bukan kata yang tepat saat itu, karena yang kutau adalah aku hanya tidak dapat melakukannya lagi. 

Singkat cerita, aku akhirnya melewati fase itu hidup - hidup dan tanpa bekas luka. Hanya cerita akan malam - malam yang penuh dengan monolog yang kubawa sebagai kenang - kenangan serupa piala. Aku menang, kukira. Aku lebih kuat sekarang, kukira. Aku saat itu tidak sepenuhnya salah, meskipun ternyata tidak juga begitu benar. Aku memang lebih kuat untuk setiap yang kuhadapi kala itu, tapi tidak untuk setiap apa yang menunggu di depan sana.

Aku sadar ketika kehidupan membawaku pada ruang tamu rumahku. Terrmangu meski sudah pukul tujuh. Seharusnya aku sudah dalam perjalanan kembali berpacu. Tetapi ini hari yang tidak biasa, karena rasanya sudah tidak lagi punya energi. Aku yang posesif, tiba - tiba siap melepaskan setiap apapun dalam genggaman jemari. Meskipun kecil, meskipun tidak begitu berarti untuk dunia ini. Rasanya aku hanya tidak dapat berjalan lagi. Aku tersesat dalam belantara pikiranku sendiri, dan tidak kembali. Aku pecah menjadi serpihan tajam yang tidak akan pilih - pilih dalam melukai setiap jemari yang ingin menyatukannya lagi. Aku rusak dan tidak dapat dibenahi. 

Sampai suatu ketika, akhirnya aku memutuskan untuk mengguyur kepalaku pada pukul dua dini hari. Membuatku menyadari sesuatu. Manusia adalah spesies yang cukup purba. Ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan tahun kita telah berevolusi sampai menjadi frasa hampir sempurna. Terlepas dari definisi evolusi yang kita percayai, apapun itu, aku percaya bahwa manusia dan peradabannya sudah melewati banyak hal diatas dunia. Menjadi partikel kecil dari megahnya galaksi. Bisa jadi gunung meletus, tsunami, temperatur ekstrim sampai masalah - masalah modern dan krisis ekonomi. Begitu kompleksnya tapi sebagian besar populasi manusia selalu bertahan pada akhirnya. Berkembang biak lagi, menciptakan krisis baru yang selalu sama memusingkannya. Kita kembali berdiri, kembali pulih dari setiap luka yang beragam bentuknya.

Keilmuan mengingatkanku bahwa aku yang ternyata masih manusia juga sebenarnya punya potensi yang sama. Kembali utuh meski retak. Kembali berdiri meski belum begitu tegak. Aku kembali berkata kepada Tuhanku, kata - kata yang dulu hadir ketika aku hampir menyayat nadiku sendiri. Aku akan tetap disini, sampai Allah berkuasa sebaliknya. 

Meskipun setelah pulih dari banyak beban yang akhirnya berlalu, dan ternyata aku mengacau lagi dan menciptakan jutaan masalah baru, aku akan tetap disini. Agar jika sampai pada waktunya, aku dapat mengutip Taylor Swift "She had marvelous time ruining everything" hehe.

Kenapa kita tidak bisa mendengar suara hati para mati?. Tidak pernah aku bertanya, sampai suatu ketika bapak menjadi salah satu diantaranya. Jika bisa, mungkin jadinya akan lebih mudah daripada setiap perenungan setelah banyak sekali mimpi yang berdatangan. Lebih mudah daripada menerka kesimpulan dari mimpi - mimpi yang meresahkan, dan selalu satu tahap merusak kewarasan setiap malam. Apakah malam ini suatu pertanda, atau hanya pikiranku yang sedang tidak baik - baik saja. Tapi karena manusia adalah sumber dari segala ketidaktahuan, mungkin juga jika bisa, perjalanan penerimaan ini akan tetap menjadi yang paling tidak mudah. Toh, aku pernah mereka - reka akan seperti apa kesedihannya, mempersiapkan setiap rencana untuk beragam kemungkinan. Bodohnya aku yang kemudian baru menyadari bahwa soal melepaskan yang amat kita cinta, akan selalu lebih besar daripada kelapangan dada.

Tapi mungkin begitulah inti dari setiap ujian yang sering kali lewat dari pencatatan. Agar tercipta lebih banyak ruang di hati kita, untuk menerima setiap rasa di dunia yang begitu luasnya. Agar kita akan selalu sedikit lebih besar daripada setiap masalah di depan sana.

Pak, dita tidak akan lagi menerka - nerka setiap mimpi, atau ingin mendengar suara hati para mati. Dita hanya akan tetap percaya bahwa bapak yang amat menyayangi anak gadisnya, tidak akan pernah habis menghibur agar setiap tangis berhenti. Setelah ini, dita akan jadi sedikit lebih besar untuk setiap masalah yang harus dihadapi tanpa cinta seorang laki - laki yang entah dimana lagi dapat dita temui. Sedikit lebih besar yang ternyata selalu cukup untuk membuat kita berjalan lagi. Sedikit lebih besar yang ternyata adalah rahasia dari kata - kata bapak dahulu, bahwa akan ada jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ▼  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ▼  April (3)
      • kontradiktif
      • evolusi
      • suara hati para mati
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates