kamu, gimana?
Mari kita mulai lagi. Untuk yang kesekian kali. Menjadikan jarak dan ketidakhadiran sebagai pengujian. Akankah semakin mempertegas lupa untuk mengaburkan "kita"? Atau sebaliknya, membuat doa bertumpuk agar dapat terasa hangat serupa peluk?.
Sampai saatnya, semoga aku diberikan kesabaran untuk menanti jawaban, bukan bagian dari mereka yang sering kali menyalahkan keadaan.
0 comments