Tiga Tahun Setelahnya
jadi, siang itu kita berdua ditengah teriknya siang dan debu jalanan. kau terus saja bercerita sepanjang perjalanan. beragam, mulai dari rencanamu akan masa depan, sampai masa lalu ketika kita masih ada. rasanya ringan saja membahasmu kala itu, dengan beberapa bagian yang sengaja kau lewati. bagian yang sama sama tidak ingin kita ingat dan bawa kembali. bagian dimana kita saling bergantian menyakiti karena rasa dan keegoisan sendiri.
lalu ketika motormu berhenti di persimpangan lampu merah, kau bercerita tentang mimpimu menjadi laki laki berseragam serta rencana menjadikannya nyata. "tapi eyang gue bilang nggak usah dit, nanti kalo udah masuk pasti disuruh makan telor" ia berujar. "lah emang kenapa? kan enak" aku menimpali dengan keheranan, merasa itu adalah detail yang tak penting. "ya gue kan nggak suka telor".
"oia ya, gue lupa" dengan rasa kaget yang tidak diada adakan.
bukan karena fakta kecil yang kau katakan tentang dirimu, tetapi fakta bahwa akhirnya aku lupa bahwa aku pernah menganlmu sebegitu dalam. lupa bahwa segala detail kehidupanmu pernah kuingat sampai seperti hantu, seringkali datang dan menakutkan tanpa diundang. aku lupa pernah mengenalmu lebih baik daripada aku mengenal diriku sendiri.
dan pada pertemuan kita yang terakhir kau menyadarkanku seberapa jauh kita telah berjalan dan berjuang untuk melupakan. bahwa pada waktu yang tepat, melupakan ternyata sesederhana menemukan hal yang berhubungan dengan dia, dan tersenyum dengan ringannya, tanpa tangis ataupun sedih yang dahulu amat lekat.
lalu ketika motormu berhenti di persimpangan lampu merah, kau bercerita tentang mimpimu menjadi laki laki berseragam serta rencana menjadikannya nyata. "tapi eyang gue bilang nggak usah dit, nanti kalo udah masuk pasti disuruh makan telor" ia berujar. "lah emang kenapa? kan enak" aku menimpali dengan keheranan, merasa itu adalah detail yang tak penting. "ya gue kan nggak suka telor".
"oia ya, gue lupa" dengan rasa kaget yang tidak diada adakan.
bukan karena fakta kecil yang kau katakan tentang dirimu, tetapi fakta bahwa akhirnya aku lupa bahwa aku pernah menganlmu sebegitu dalam. lupa bahwa segala detail kehidupanmu pernah kuingat sampai seperti hantu, seringkali datang dan menakutkan tanpa diundang. aku lupa pernah mengenalmu lebih baik daripada aku mengenal diriku sendiri.
dan pada pertemuan kita yang terakhir kau menyadarkanku seberapa jauh kita telah berjalan dan berjuang untuk melupakan. bahwa pada waktu yang tepat, melupakan ternyata sesederhana menemukan hal yang berhubungan dengan dia, dan tersenyum dengan ringannya, tanpa tangis ataupun sedih yang dahulu amat lekat.
6 comments
Kaya kenaaaaaal tuh yang berseragam2 wkakkaak
BalasHapusKaya kenaaaaaal tuh yang berseragam2 wkakkaak
BalasHapusSiapa lagi jang..
BalasHapusGagal move on meleew
Siapa lagi jang..
BalasHapusGagal move on meleew
Aseggg
BalasHapusAseggg
BalasHapus