Kuda Pustaka

ni untuk buku yang selama ini selalu ada tanpa diminta.

sore ini, saya mengunjungi salah satu rumah kecil berwarna biru langit dipinggir jalan yang menurun. mungkin rumah itu adalah salah satu rumah favorit saya di desa terpencil disudut kota purbalingga. kunjungan saya dipenghujung sore bersama seorang teman terkait urusan KKN yang sudah hampir sebulan ini kami jalani. tak ada yang spesial dari bangunannya yang sederhana, tapi kalau saja kamu lihat kedalam, berjejerlah beberapa rak berisi buku beraneka rupa. mulai dari ensiklopedia, kisah nabi - nabi, sampai novel teenlit khas remaja. iya, rumah itu adalah pustaka kecil ditengah dusun yang kesadaran membacanya masih dibawah rendah. dan bagi saya, menemukannya ditengah sunyinya desa ini merupakan suatu oase tersendiri yang membuat saya ingat, saya rindu akan buku yang bertumpuk, aroma kertas - kertasnya, dan segala petualangan ke dunia berbeda, yang hanya butuh modal niat membaca dan kamu bisa ada disana dan merasa segalanya. 

and like every books does to me, it ease me in no one and nothing else can do. jika diingat lagi, sebenarnya, sore itu saya beranjak dengan malas dan bersiap tanpa tenaga. tak ingin rasanya bergerak ketika hati sedang tak lengkap, dan pikiran yang tak tuntas. namun saya paksakan karna seperti ibu saya pernah berkata, jika sakit, janganlah kamu bermanja. ini memang bukan sakit fisik tapi rasanya beda tipis, dan kadang merusak lebih parah dengan caranya sendiri. ragu pun selalu lekat dikepala saya sesorean itu, ragu akan segala sesuatu, dengan orang baru, setiap kesempatan yang akan saya tolak walaupun belum tentu ada kali kedua dia datang lagi. 

tetapi, sampainya disana saya lupa semuanya. saya tenggelam pada perasaan senang yang meluap ketika melihat beberapa buku keinginan saya berbaris di beberapa rak. seketika saya lupa bahwa saya tak pernah mendapatkan rasa tapi harus kehilangan teman, lupa bahwa logika dan perasaan ini seperti sedang dipermainkan, dan lupa bahwa selamanya saya hanyalah seorang teman yang pandai berbohong dan selalu berdoa. karna buku saya bisa lupa kalau hari ini sebenarnya saya sedang mengecap pahitnya mengikhlaskan dan berjalan ditengah segala ketidakpastian. buku punya keajaiban tersendiri yang tak pernah saya lupakan.

dan sepulangnya dari sana saya bertekad untuk memiliki rumah biru pustaka saya sendiri. yanh akan jadi oase untuk semua pencandu buku yang sedang mencari tempat bersembunyi untuk segala sakit yanh iingin ia lupakan walaupun barang sejenak, bahkan jika itu hanya untuk satu paragraf pembuka pertama.

0 comments