"Jerawat" Chronicles : 1
Assalamualaikum semuaaa!!!!
Okay, here we are, here we go. It has been a year (maybe) since i am in my worst condition, mentally, physically, I mean in here, with all that red cute silly pimple on my face. Yes, it is definitely ruin my life. Cerita soal jerawat dimulai ketika akhirnya gue bertemu dengan problematika khas remaja, yaps! lo lo lo benar semua, thats love . . yeah to be exact, brokenhearted. Emang nonton FTV itu nggak sia sia juga ternyata #LongLifeFTV #ForzaCowoCowoFTVGantengTapiKemayu *ini apa -___-"*. Daaaan nggak berheti sampai situ sodara - sodara, jangan kuciwah, badai ini masih berlanjut karena ke stresan gue masih berlanjut sampai tahap segala tes tes itu yang kebanyakan berujung sama permintaan maaf *Uwis biyasa* -___-". Pokoknya semua itu mengantarkan gue kepada salah satu permasalahan klasik remaja dengan hormon menggebu - gebu, apa????? Iyah! Iyah! Iyah! itu adalah jerawat laknat dengan segala dilemanya.
Pertamanya atas saran Nyokap gue, gue pergi ke salah satu klinik kecil yang cukup nge heitz di daerah Kotabumi. Wooooh rasanya masuk sittu gue langsung di suruh facial. Sebagai gadis - gadis ABG unyu, maka manut lah gue sama saran dokter tersebut kaaaan. Lalu setelah beberapa minggu pemakaian obat yang dikasih dari dokter itu, maka secara magic hilanglahh segala jerawat gue. Kemaslahatan hidup remaja gue terjamin. Eeeee tapi nggak ternyata, gue berasa ada yang salah sama muka gue, first, itu jadi lebih putih, iya sih, tapi cepet banget! dan anehnya . . muka gue sekitaran pipi emang lebih mulus, tapi kalo gue raba - raba ke daerah pinggir, ada jerawat kecil - kecil yang muncul, dan setelah gue amati, kok kayaknya semakin gue pakai, jerawat yang dipinggir - pinggir itu makin banyak. Iya sih emang nggak keliatan, tapi dalam hati, gue merasa dibohongi, karena semua kecanttikan itu cuma FAKE doang #halah. Ya pokoknya gitu lah.
dan akhirnya, gue berhenti memakai segala macam perawatan dari si dokter ngeheitz itu.
Timbul masalah yang memang sudah diprediksi, jerawat gue makin banyaaaaaakk!!!!! itu pasti banget sih. Tapi sebagai keturunan kartini, gue menolak menyerah hanya kepada jerawat unyu merah merah di pipi. Gue gaspol terus, beralih dari satu klinik ke klinik lain dan akhirnya gue berhenti pada satu klinik yang sudah menkota (kata lain dari mendunia #halah), karena emang banyak cabangnya di kota kota Jawa. Beauty centre itu tergolong paling murah daripada beauty centre lainnya, prosesnya memang agak lama tapi justru itu yang paling aman. Lah tertarik lah gue, dan akhirnya bikin member di BC tersebut.
Sekali dua kali gue jabanin. Treatment paling mahal sampai paling murah untuk jerawat udah gue jajal. Obatnya yang macem - macem dengan segala tetek bengeknya sudah gue pakai dengan penuh hikmat dan kesabaran seorang gadis Jawa. Tetapi hal ini berubah setelah akhirnya gue menjadi anak kosan. Even harga segitu termasuknya murah, tapi kocek ini tetap meringis kawan ketika harus memakai uang puluhan ribu untuk kecantikan. Istilahnya walaupun gue jelek tapi punya banyak uang untuk makan, gue masih hidup. Lah kalo cantik tapi nggak bisa makan, itu fail. Uang yang segitu seharusnya bisa buat gue makan ramesan 4 hari dengan sehari 2 kali makan. Tapi di sisi lain gue tidak bisa memungkiri jeritan hati sebagai seorang gadis yang ingin tampil cantik untuk menghargai diri sendiri gitu. Maka dilemalah gue . . . .
0 comments