assalamualaikuuuuuuum!!!
jadi kali ini jangan kira gue akan membahas lagu butiran debu yang sempet ngetren beberapa waktu lalu di indonesia, please ya, bukan itu. walaupun "rasa"nya tetep sama, yaitu galau. hadeeeeh galau lagi galau lagi, kayak nggak ada topik lain aja, ye nggak?. tenang aja, disini nggak akan ada peri yang sok sokan nulis blog, alhamdulillah gue udah nggak segila itu, walaupun gue kangen untuk nulis kayak gitu lagi sekali kali, cari sensasi jadi pujangga dadakan yang kalo galau nyiletnya pake gergaji mesin -,-.
jadi gini ceirtanya, setiap mendekati ujian kelulusan gue punya kebiasaan untuk ngebongkarin buku buku lama di kardus. nah, sore ini berhubung gue lagi senggang dan bisa leyeh leyeh dirumah, jadilah gue laksanakan kegiatan itu seperti 3 tahun yang lalu. nggak lebih dari sekedar nyari buku buku latihan yang isinya problem solving yang bahkan mbah google aja angkat tangan. nah disini letak benih benih galau kembali bermunculan. dan hasilnya, nihil. gue nggak merasa menemukan apa yang gue cari, entah kenapa semua buku buku penting itu ilang, yang muncul malah beberapa lks usang yang tak berguna, cuma bikin bersin sama kotoran yang nyelip di sela sela kuku. dan ada serpihan hati disana yang juga ilang.
entah darimana asalnya, ada sedikit harapan untuk menemukan jejak jejak masa lalu yang ketinggalan dan lupa gue bereskan. karna ya, memang kelas 1 adalah masa masa dimana cerita itu lagi ada di titik klimaks. dan semuanya, lenyap. yang ada cuma tas rajut dengan tulisan warna merah "MALIOBORO". dari semua yang pernah "kita" punya, yang tersisa hanya itu, dan sekarang gue bimbang itu tas mau diapain. mau gue pake kesekolah, mending harakiri kalo sampe ketauan subjeknya, dan kalo gue buang, sumpah gue nggak sejahat itu, nggak peduli apa yang udah terjadi beberapa waktu lalu.
kejadian sore ini terpaksa membuat gue membandingkan keadaan tahun ini, dan 3 tahun lalu. tepat ditengah tegangnya detik detik UN, ditengah hecticnya pengayaan, ditengah kehangatan teman teman yang sebnetar lagi berpisah. lucu kalo inget dulu gue selalu buru buru setiap pulang sekolah buat sampe rumah, hanya untuk berhubungan sama si subjek lewat pesan singkat (anak smp kan nggak boleh bawa hape, nasib -,-). sebenernya sekarang juga sama, gue juga selalu buru buru buat sampe rumah, iya, alasannya masih karna orang yang sama, tapi kali ini yang ada cuma menghindar. miris ya?. dan yang paling radikal ketika malam sebelum un yang harusnya kita isi dengan belajar, malah gue isi dengan smsan -,-. itu campuran antara bodoh dan agak bego, tapi namanya orang lagi jatuh cinta, besok ada tornado, angin puyuh, selama masih bisa smsan tenang aja kayaknya, huaahhaha. dan kali itu, untuk pertama kalinya gue merasa nggak jatuh cinta sendirian.
memanggil semua memori itu sekarang terasa hambar. gue udah lupa rasanya, lupa senangnya ketika ada orang lain kasih perhatian lebih, lupa gimana penasarannya masa masa "wondering", dan lain lain. sama kayak buku buku penting itu yang coba gue cari cari tapi akhirannya nothing, setelah dusnya gue temukan ternyata nggak ada yang bisa gue pungut lagi dari dalam sana. kenangan juga kayak gitu, lu masih inget jelas gimana settingnya, kata katanya, bahkan sampai baju yang lu pakai kala itu, tapi bedanya tanpa "rasa". seperti nonton film hitam putih tanpa suara. ketika lu temukan tempatnya, nggak ada yang bisa diambil lagi dalam kenangan, nggak akan ada rasa yang bisa disesap selain hambar. jadi sore itu gue tutup dengan mengikat dus dus pake tali rafia sekencang kencangnya, sembari berkata dalam hati. "liat kan? disini nggak ada yang bisa lu ambil lagi, jadi nggak usah ada rasa penasaran lagi seperti kemarin, cukup tutup rapat rapat, and clean the mess up". kata kata itu untuk rasa penasaran akan buku buku catetan yang ilang, dan juga kenangan yang tertinggal.
subjeknya gue anggap sudah hilang, manusia yang kini setiap hari gue temui bukan "dia" yang dulu gue kasih perhatian lebih, bukan tempat sharing cerita sehari hari yang nggak penting khas anak sma, bukan manusia yang pada malam sebelum UN bercanda lewat pesan singkat, dan bukan tempat gue berbagi rasa, dia bukan lagi remaja cowok yang berkata dengan tulus hati "lo satu satunya, dan gue akan nunggu itu sampai waktunya tepat, i'll always stand by you". dia. lenyap.
ada satu pertanyaan dari teman gue yang akhirnya sembuh dari masalah serupa dan telah menemukan obatnya. yang pertanyaannya cuma bisa gue jawab pake senyum.
entah darimana asalnya, ada sedikit harapan untuk menemukan jejak jejak masa lalu yang ketinggalan dan lupa gue bereskan. karna ya, memang kelas 1 adalah masa masa dimana cerita itu lagi ada di titik klimaks. dan semuanya, lenyap. yang ada cuma tas rajut dengan tulisan warna merah "MALIOBORO". dari semua yang pernah "kita" punya, yang tersisa hanya itu, dan sekarang gue bimbang itu tas mau diapain. mau gue pake kesekolah, mending harakiri kalo sampe ketauan subjeknya, dan kalo gue buang, sumpah gue nggak sejahat itu, nggak peduli apa yang udah terjadi beberapa waktu lalu.
kejadian sore ini terpaksa membuat gue membandingkan keadaan tahun ini, dan 3 tahun lalu. tepat ditengah tegangnya detik detik UN, ditengah hecticnya pengayaan, ditengah kehangatan teman teman yang sebnetar lagi berpisah. lucu kalo inget dulu gue selalu buru buru setiap pulang sekolah buat sampe rumah, hanya untuk berhubungan sama si subjek lewat pesan singkat (anak smp kan nggak boleh bawa hape, nasib -,-). sebenernya sekarang juga sama, gue juga selalu buru buru buat sampe rumah, iya, alasannya masih karna orang yang sama, tapi kali ini yang ada cuma menghindar. miris ya?. dan yang paling radikal ketika malam sebelum un yang harusnya kita isi dengan belajar, malah gue isi dengan smsan -,-. itu campuran antara bodoh dan agak bego, tapi namanya orang lagi jatuh cinta, besok ada tornado, angin puyuh, selama masih bisa smsan tenang aja kayaknya, huaahhaha. dan kali itu, untuk pertama kalinya gue merasa nggak jatuh cinta sendirian.
memanggil semua memori itu sekarang terasa hambar. gue udah lupa rasanya, lupa senangnya ketika ada orang lain kasih perhatian lebih, lupa gimana penasarannya masa masa "wondering", dan lain lain. sama kayak buku buku penting itu yang coba gue cari cari tapi akhirannya nothing, setelah dusnya gue temukan ternyata nggak ada yang bisa gue pungut lagi dari dalam sana. kenangan juga kayak gitu, lu masih inget jelas gimana settingnya, kata katanya, bahkan sampai baju yang lu pakai kala itu, tapi bedanya tanpa "rasa". seperti nonton film hitam putih tanpa suara. ketika lu temukan tempatnya, nggak ada yang bisa diambil lagi dalam kenangan, nggak akan ada rasa yang bisa disesap selain hambar. jadi sore itu gue tutup dengan mengikat dus dus pake tali rafia sekencang kencangnya, sembari berkata dalam hati. "liat kan? disini nggak ada yang bisa lu ambil lagi, jadi nggak usah ada rasa penasaran lagi seperti kemarin, cukup tutup rapat rapat, and clean the mess up". kata kata itu untuk rasa penasaran akan buku buku catetan yang ilang, dan juga kenangan yang tertinggal.
subjeknya gue anggap sudah hilang, manusia yang kini setiap hari gue temui bukan "dia" yang dulu gue kasih perhatian lebih, bukan tempat sharing cerita sehari hari yang nggak penting khas anak sma, bukan manusia yang pada malam sebelum UN bercanda lewat pesan singkat, dan bukan tempat gue berbagi rasa, dia bukan lagi remaja cowok yang berkata dengan tulus hati "lo satu satunya, dan gue akan nunggu itu sampai waktunya tepat, i'll always stand by you". dia. lenyap.
ada satu pertanyaan dari teman gue yang akhirnya sembuh dari masalah serupa dan telah menemukan obatnya. yang pertanyaannya cuma bisa gue jawab pake senyum.
"lo kapan dit?"
"entahlah"
0 comments