Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


If you are looking for words which probably touch you here and there, please kindly skip this rant.

Being with someone who understand you inside out and vice versa, doesn't make him yours. 

Being madly in love with someone and vice versa, doesn't make him yours. 

Being 24/7 available and vice versa, doesn't make him yours. 

Being fully accepting the cons without ever complaining, doesn't make him yours. 

Wasting your trust that he was the one, doesn't make him yours.

Dear God, if dating was a game, and I gained more XP while growing older, why not optimism I'm having right now? Why it's only a sense of being insecure and completely clueless?. 

If jodoh is not all the definition I could ever think of, dear God, then what is it?

 Soal bukit bintang yang pada setiap tikungan menujunya membuatku berdoa. Perjalanan menuju kesana malam - malam, tanpa penerangan sepanjang jalan, hanya kita yang berbicara pelan - pelan. Takut membangunkan entah makhluk apa yang mengiringi perjalanan. Katanya tidak akan ada yang menarik di ujung sana, tapi aku tetap rela berlelah - lelah menaiki setiap anak tangga. Tidak ada yang menjanjikan hal - hal yang berharga, tapi sampai di puncaknya, aku dihadiahkan sepuas - puasnya rasa. Bintang - bintang ternyata tidak tergantung di angkasa. Ternyata, konstelasinya bertebaran begitu luasnya di daratan. Siapa sangka, bahwa ia disusun dengan begitu indahnya dari kumpulan lampu jalanan yang tetap tegak ditengah angin Purwokerto, yang terkadang jadi begitu luar biasa pada bulan - bulan kemarau. Ada pula bintang yang bergerak, lampu - lampu kendaraan yang berlalu lalang. Dikendarai oleh manusia dengan berbagai macam tujuan. Ada yang dengan sisa tenaga setelah berlelah - lelah seharian, berusaha pulang. Menuju rumah, dengan air hangat dan makan malam. Di antaranya juga ada muda - mudi yang sedang tenggelam dalam kisah cinta remaja. Berusaha berenang menuju masa depan, dengan segenap mimpi dan asa. Bisa jadi juga lampu kendaraan, dari seorang remaja yang hanya berputar - putar menyusuri kota. Mencari arti hidupnya. Sederhana karena setiap alasannya ada di dunia tiba - tiba hilang begitu saja, karena memang ekspektasi tidak selalu berkawan baik dengan realita. Pada setiap tarikan nafasnya ia merapal mantra, aku tidak menyerah hari ini, aku akan mencoba lagi bersamaan dengan terbitnya matahari. 

Soal bukit bintang yang ternyata begitu tinggi, tapi dapat membuatku semakin mantap berpijak diatas tanah dengan kedua kaki. Ternyata melawan dunia dan segala masalahnya, aku tidak pernah sendiri. Aku dan setiap bintang - bintang yang bergerak, bertebaran, bersinar, ternyata sama - sama berusaha dengan caranya sendiri. Dengan langit di atas sana, yang dengan begitu luasnya selalu menaungi. 

Panjang umur wanita. Hidup manusia harusnya jadi tidak terduga, tapi kenapa banyak orang menerka - nerka tentang seharusnya. Harusnya ia kini sudah lulus dari sekolah. Harusnya sudah tidak lagi bergantung dengan orang tua. Harusnya diumur yang kesekian menikahlah dia. Harusnya ia tidak lagi hanya berdua, tapi juga dengan manusia - manusia kecil yang mahalnya bukan main. Banyak sekali harusnya yang menjadikan umur wanita terhenti. Tidak lagi tersedia pilihan selain menjadi istri seseorang yang sanggup menghidupi. Mengesampingkan banyak sekali mimpi karena omongan tetangga atau saudara yang entah siapa namanya. Bukan lagi soal di hidup ini kita akan jadi apa. Bukan lagi soal bahagia versi kita. Ketika dewasa, menjadi wanita hanya dipenuhi banyak sekali terka. Seolah - olah hidup kita sudah jadi begitu jelas ujungnya, bahkan ketika belum ada satupun langkah pertama. Belum juga berpikir akan kemana, tapi setiap penonton sudah menjadi juri akan sampaikah wanita pada standar yang tidak kasat mata. Menjadi dewasa dan ternyata umur wanita masih tidak sepanjang semangat Kartini dan ceritanya. 

Namun ditengah gelap, rasanya aku masih ingin berlari. Masih ingin berusaha agar panjang umur diri ini. Tetap hidup meski sudah tidak lagi menapaki bumi. Mengalir di dalam pikiran setiap yang aku sayangi. Bernafas serupa hembusan embun pagi.



 Siapa sangka, di tengah acara mencuci piring selepas makan siang, jawaban atas pertanyaan besar di hidupku yang menggantung bertahun - tahun, hadir tiba - tiba dalam wujud paling sederhana. "Rasanya berat dan sulit, tapi bukannya memang jalan menuju ridhoNya tidak ada yang mudah ya Ta?".

Siapa sangka, sore ini ketika sibuk terkesima dengan lampu - lampu kendaraan di sepanjang jalan, hatiku yang terasa amat berat beberapa bulan ini, tiba - tiba kehilangan muatannya. Diganti rasa lega karena akhirnya bertemu dengan kalimat paling sederhana. "Kalau memang Allah maunya begitu, kita bisa apa?"

Kedua kesimpulan ini diakhiri dengan tanda tanya, tapi diiringi dengan kelapangan yang absen sebelumnya. Aku gak pernah sebegini bahagia dengan retorika sederhana.

I wish you don't marry her. Because, it would torn me apart, put me into pieces, and actualized every of my bad dreams. But, I know you well enough to understand that the otherwise would only torn you apart, put you into pieces, and drowned you in the endless pit of depression, and it is the last thing I want for this life. Though, I still can't see my self love someone else as the way I do for you, sincerely with much of generosity. Thus, I stay to my constant silent prayers, I hope you are happy, always happy. That will always be the thing that matters the most for me and this friendship story.

 Ta, besok kalau mau jatuh cinta lagi, ingat - ingat masa seperti ini ya. Masa - masa malam yang menyesakkan karena patah hati. Jangan sampai kamu kembali susah payah memeluk diri sendiri.

Hal yang paling kuingat dari bulan Februari 2017 adalah hujan yang selalu menyertai sepanjang bulan itu, kecuali pada beberapa hari yang tidak terduga. Aku tidak heran sebenarnya. Karena kehadiran mas saat itu memang serupa matahari di atas langitku yang kelabu karena laki - laki. Menghangatkan bumiku yang lembab, menggantinya dengan cahaya yang menyinari.

Jika mas gak ingat, gak apa. Justru bersyukurlah, karena aku pernah begitu keras berdoa agar lupa. Meskipun pada akhirnya aku memilih untuk tetap mengingat sepenuhnya, menyimpan dendam dengan cara paling apik sejagat raya. Aku menuliskan mas untuk yang terakhir kalinya. Aku mengabadikan satu - satunya pembalasan dendamku, tanpa doa buruk, tanpa sedikitpun cerca. Bahkan sepertinya kutulis sepenuhnya untuk diri ini dan setiap luka yang dirasa. Aku hanya akan meminta kepada semesta agar entah bagaimana, akhirnya mas membaca. 

Sebagai pembuka, aku akan berkata bahwa aku tau. Aku tau soal Bandung dan segala pengacuhan mas terhadap segala pesanku. Aku juga tau dia, hal yang mungkin mas tidak akan pernah sangka. Gak apa, disini aku berdoa, semoga mas dan dia selalu bahagia. 

Aku hanya ingin mas tau, bahwa mas telah membawaku ke satu tempat yang terasa begitu familiarnya. Bukan ke mimpi - mimpi atau ruang tamu orang tuaku. Melainkan ke ruang yang sepenuhnya gelap gulita. Di dalamnya tidak ada apapun selain aku dan beberapa suara. Semakin lama semakin riuh memekakkan telinga. Semuanya bergantian, saling mengisi setiap jeda, membuat dadaku terasa semakin sesak saja. Tanpa sadar di salah satu sudut kegelapannya, aku sudah tenggelam tanpa pegangan apa - apa. 

Mau tau tidak apa yang ku dengar?

Pertama adalah suara tawa, karena aku kembali menjadi sekedar salah satu dari beberapa pilihan. Suara itu saling berkejaran, agar jadi yang paling didengarkan oleh telinga. Berlomba untuk mengejekku, karena lagi - lagi menjadi bagian yang tidak terpilih, kehilangan warnanya. 

Aku belum pernah ke palung Mariana, tapi aku bisa membayangkan mungkin akan begini rasanya jika sampai ke kedalamannya. Awalnya setiap tekanan air laut akan mengisi sela yang ada. Semakin lama akan mengambil alih berat tubuhku, menekannya dari setiap penjuru. Tanpa sadar aku tiba - tiba lebur menjadi berjuta partikel. Bersatu dengan ombak lautan, perlahan sempurna menjadi ketiadaan. Aku kehilangan diriku di tengah lautan prasangka soal ketidakcukupan. Semuanya pasti karena aku yang serba tidak cukup, sehingga berujung kepada penyisihan.

Kedua, adalah bisikan yang dihembuskan terlalu dekat, sampai bulu halus di tengkukku berdiri seluruhnya. Di antaranya, butiran - butiran keringat mulai terbit karena kekhawatiranku sudah berubah menjadi segumpal besar ketakutan. Ketakutan yang lahir di antara setiap bisikan yang berisi ramalan masa depan soal kehilangan. Kehilangan yang lebih besar dari mas, ataupun setiap laki - laki sebelum mas. Kehilangan kepercayaan.

Untukku, kepercayaan serupa tempat tidur di kamarku yang nyaman. Di atasnya, aku merehatkan pundak yang kelelahan, mendiamkan setiap kecemasan. Tidak lain karena akhirnya, hanya dengan jeda kita punya tenaga untuk menghadapi pagi di keesokan hari. Agar dapat berlari mengejar segala mimpi. Agar mantap langkah kaki untuk dapat memulai lagi. Ramalan yang kini menghantuiku. Merebut tempat istirahatku, dan mungkin benar bahwa kehilangan kepercayaan hanyalah soal waktu. Meninggalkanku dengan hanya berbekal doa, semoga ramalan itu tidak lebih dari angin lalu. Semoga aku masih dapat percaya, dan memulai lagi pada suatu waktu.

Mas, maaf ya, aku terlalu banyak bercerita. Aku tau mas tidak suka. Setidaknya, semoga ini adalah kali terakhir mas membacanya, karena aku juga amat ingin ini jadi akhirnya. Mas, sudah beberapa waktu aku disini. Suara - suara itu kadang hilang, kadang muncul lagi. Aku masih berusaha berdiri sesekali. Kadang berhasil, seringnya tidak. Ternyata tidak mudah mengumpulkan konsentrasi di tengah setiap suara yang berusaha menguasai.

Namun, mas tentu masih ingat, bahwa aku bukan gadis yang mudah menyerah. Sehingga aku sudah menentukan, pembalasan dendamku akan jadi suatu usaha tanpa henti untuk keluar dari sini. Meskipun sebelum itu, aku harus jujur bahwa aku tidak suka diperlakukan seperti itu. Aku hancur ketika setiap kepercayaan diriku roboh begitu saja. Aku juga marah karena percayaku dicuri dan akhirnya jadi sia - sia. Tapi akhirnya aku mengerti, alasan paling mendasar aku berada disini. 

Aku tidak pintar menjaga diri.

Sepenuhnya kesalahanku, tapi boleh ya aku minta sesuatu terakhir kali. Tolong jangan lakukan ini kepada siapapun yang selanjutnya kamu temui. Karena ternyata yang paling buruk bukan menghancurkan apa yang pernah gadis itu miliki, tapi justru meluluh lantahkan setiap kepercayaannya terhadap diri sendiri atau siapapun orang di masa depannya nanti. Bukankah akan terasa egois sekali karena menghancurkan sesuatu yang akan ia bawa sampai entah, sampai mungkin hanya Tuhan yang dapat membuatnya berhenti.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2025 (4)
    • ▼  Juni (2)
      • hari jumat
      • nekattt
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates