Soal perjalanan yang tampaknya tanpa ujung. Ini bukan kali pertama, dan kemungkinan besar juga bukan akhirnya. Perjalanan tanpa ada cahaya diujung jalan seperti biasanya. Tidak jarang jadi gelap gulita karna aku tidak selalu ingat untuk menyalakan lampu penerangan yang berhubungan langsung dengan pemilik semesta. Tersesat pun pernah, beberapa kali. Sampai menghakimi semua kondisi yang terjadi. Lupa bahwa setiap yang terjadi punya alasannya sendiri. Sesekali aku juga terjatuh karna jalan yang tidak dapat kulihat betul, lubang disana sini, ditambah dengan keahlian yang tidak mumpuni. Saat itu biasanya aku hanya diam dan menangis sejadi-jadinya. Berharap ada yang datang tiba - tiba membawakan pakaian dan teh hangat. Harapan yang kini aku mengerti sia - sia. Aku salah pintu, salah tujuan dalam memohon pertolongan. Kini hal yang sama terjadi lagi. Berada di jalan yang rasanya familiar yang guratnya masih membekas di dinding hati.
Aku ingat satu - satunya kata bijak yang paling penting dibanding semua koleksi. Bahwa doa serupa kayuhan sepeda, yang membuat roda bergulir maju tak kenal henti, yang pada suatu ketika akan sampai di tujuannya. Aku hanya harus bersabar dan terus melaju meski terkadang penuh beban dan gelap gulita.
0 comments