Let's write a history
Assalamualaikum semuanyaaaa!! Sudah cukup lama nggak update
disini, dan rasanya ada sesuatu yang hilang. Gue rasa menulis adalah suatu
terapi yang akhirnya jadi bagian dari diri gue, entah karena terlalu
menyenangkan, atau memang simply karena terbiasa. Seperti salah satu pepatah
jawa, Witing tresno jalaran seko kulino, cinta itu hadir karena terbiasa.
Ketika sedang jatuh jatuhnya gue merasa menulis akan meringankan beban di
pundak, ketika senang, menulis bisa membuat gue berkaca dan lebih bersyukur
atas apa yang datang atau terjadi. Ketika sekarang dihadapkan pada kehidupan
baru yang sepertinya “bukan gue” banget, menulis membuat gue menemukan lagi
diri sendiri dan akhirnya jatuh cinta lagi. Seperti salah satu tulisan di
beberapa tahun lalu, kalau sebenarnya salah satu manusia yang harus dicintai
terlebih dahulu di dunia adalah diri sendiri, karena kalau bukan kita, siapa
lagi?. Menulis membuat gue melakukan itu, membuat segalanya menjadi clear,
kalau benang terumit pun masih bisa diurai dengan usaha yang tepat.
Senangnya, beberapa teman mulai menulis juga!. Ada
ketertinggalan yang harus dikejar! Hahaha. Gue memfollow beberapa blog teman,
tidak secara diam diam, tapi entah, apakah mereka tau kalau gue mengamati segala
tulisan disana atau enggak hahaha. Tapi ya dibalik itu, gue seneng banget. Ada
perasaan tersendiri kalau ternyata orang lain juga mencintai hal yang sama
dengan apa yang kita pilih untuk cintai. Tulisan mereka keren – keren. Worth to
read kok, mungkin hanya catatan remaja biasa, tapi bahkan seorang raditya dika
pun bisa jadi artis dari “catatan remaja biasa”. Kalau memang tak tertarik,
jangan lihat dari isinya, tapi mungkin kita bisa mengambil tata bahasanya, atau
bahkan dalam sejelek – jeleknya tulisan, kita masih bisa mengambil sesuatu dari
sana, yaitu . . . kejujuran. Tulisan yang ditulis dengan jujur, sejelek apapun
akan meninggalkan kesan.
Tulisan mereka keren, bercerita tentang banyak hal, fiksi,
cerpen, dan segala hal tentang kehidupan. Ada seorang teman yang pernah berkicau di
twitterland soal ini. Ia berkata bahwa terlalu banyak membaca blog abg hanya
akan menghasilkan impoten logika. Yah, nggak semua blog abg itu labil, mungkin
kebanyakan, tapi bahkan yang labil sekalipun masih patut diberi apresiasi,
kenapa? Karena merubah perasaan yang absurd dan imajiner kedalam suatu bentuk
yang dapat dimengerti orang lain itu nggak mudah. Enggak semua orang punya
keberanian untuk membagi apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Dan awas! Enggak
semua blog remaja biasa berbicara soal kehidupan cinta ala sinetron sctv :p.
Jiwa pemikir bisa muncul bahkan pada anak kecil yang menimbang antara permen
dan boneka, dan mereka butuh tempat untuk menyalurkan segala pemikiran. Siapa
tau kamu salah satunya, bahkan secara tidak sadar diapun menulis, dalam wadah
yang berbeda, lalu apa salahnya dengan blog abg? J.
Siapa tau dalam beberapa waktu kedepan, salah satu blog abg
yang dicap sebagai pemicu “Impoten Logika” bisa menjadi sesuatu yang bahkan
membuat logika seseorang berjalan dan sampai pada suatu kesimpulan bahwa,
menulis ternyata oke juga. Menulis adalah salah satu cara mengukir sejarah,
mungkin bukan sejarah dunia, tapi paling enggak sejarah kehidupan kamu,
mengabadikannya dalam suatu bentuk yang bisa dikenang lagi.
So . . Lets Write Something!.
0 comments