Faith and his Absurdness

assalamualaikuuuuum!!!!

tok tok! blog ini nggak bulukan kan, syukurlah. gue khawatir pada akhirnya blog ini akan bernasib sama seperti para pendahulunya. mati usang, dan bulukan. karena memang yakinlah, kalo lu menganggap blog ini sangat absurd, maka pendahulunya lebih dari itu. 

hem, setelah hampir 3 minggu gue nggak berkunjung dan melakukan semacam olahraga jari di keyboard yang hurufnya harus lu raba raba *kretek kretek, tulang patah*. oke back to topic. biang keladi dari absennya gue selama beberapa waktu lalu adalah, monitor gue dalam sekejap jadi demam disko, ajeb ajeb, dan akhirnya mati........ mati........... selamanya. entah ada yang mau beli mungkin, khususnya buat yang lagi galau, biar penggalauannya semakin mantep dan berarti karena memberi sedikit sumbangan untuk hidup gue. 
banyak banget yang udah terlewatkan beberapa waktu ini, karena mbah monitor ajeb ajeb sudah letih dengan segala tempelengan gue. jujur, akhir akhir ini, hidup gue, agak biru. 

ini bukan masalah patah hati atau yang satu tipe dengan itu, ini nggak serumit ketika utang lu sudah punya bunga yang kalo diitung tak terbayarkan. ini semua nggak sesusah masalah orang lain diluar sana. tapi ini hanya terasa semakin sulit ketika harus dihadapi sendirian. dan saat ini yang gue punya hanya boneka teddy bear cina putih, atau kenyataannya abu abu butek dengan baju imleknya, yang akhirnya membuat gue berfikir "apakah sang kakek moyang teddy selingkuh dari nenek teddy yang berwarna cokelat?". terbukti seberapa absurdnya tulisan ini. 

gue hanya bisa memeluk si teddy blasteran dengan segala cinta dan berharap dia membalas pelukan gue pada akhirnya *horor*. mungkin bisa dibuat film dan mengalahkan segala macam pocong pocongan goyang dombret sampe arwah putri duyung. tapi seperti dunia sebenernya "seberapa erat engkau memeluk teddy bearmu, dia tak akan pernah membalasnya" *miris abis. gue berfikir ada satu orang yang mungkin bisa gue ajak bicara, dan ternyata sebelum hal itu terjadi. dia membuat gue lebih runtuh daripada sebelumnya, endendend. 

salah satu dampak dari masalah itu adalah membuat gue berfikir tentang "apakah gue mencintai hidup gue sekarang?" . itu suatu pertanyaan yang dalem. banget. bukan pertanyaan yang jawabannya ada di orang lain dan lu bisa nyontek seenaknya ala ujian sekolah. ini masalah hidup diri sendiri bukan orang lain. semuanya gue fikirkan, mulai yang keliatan seperti materi, sampai yang ada didalam sini, jati diri. 

terlalu sinetron kalau gue sebut remaja sebagai pencari jati diri. maaaan tapi itulah yang terjadi. gue merasa bersalah pada diri gue beberapa waktu lalu, yang sempat mengacuhkan segala tentang hidup karena masalah yang mungkin nggak terlalu besar ini. sampai gue yang sempet mencoba jadi orang yang "stereotype" abis beberapa bulan lalu. agar bisa diterima disuatu kelompok yang bukan gue. 

semua masalah dihidup kita terkadang atau harus gue sebut kebanyakan membuat kita nggak bersyukur dan mencintai hidup kita. ketika jatuh dan nggak bisa berlari, padahal kita masih bisa jalan. ketika "merasa" miskin, padahal kita masih bisa makan nasi sepiring komplit walaupun pake tempe., kadang kadang malah tambah ikan asin, pake sambel kecuali gue karena gue nggak pedes. ketika orang tua kita sakit, padahal kita masih punya orang tua, dan melupakan kenyataan bahwa mereka masih bisa sembuh. sempurna. 

pada kasus gue. gue pernah berfikir untuk menjadi seorang gadis yang bukan gue. bukan saja hanya untuk pergaulan tapi juga apa yang remaja sebut sebagai percintaan. semua masalah ala cinta monyet agak membuat gue berfikir "apa perilaku gue nggak seanggun mereka?" mereka yang kita sebut seagai cewek eksis dan gaul. dan sekarang menulis hal seperti itu aja membuat gue mentertawai diri sendiri dan konyol. pernah pula gue berfikir "apakah mereka nggak seneng sama gue, kenapa mereka ngeliat gue kayak gitu? apa menurut mereka gue terlalu lebay dan sok asik?" dan masih banyak kenapa kenapa yang lain. yang akhirnya berujung pada pengacuhan diri sendiri. dan itu semua hanya karena sesuatu yang ada dalam otak, tak ada realisasi dan hanya menjadi dugaan yang berlanjut semakin panjang walaupun bukan suatu hal yang real. bisikan dari bagian lain hati yang menolak . bagian yang selamanya harus dihapuskan.

sempat terlintas ide untuk berubah jadi gadis yang cap solo abis, tapi seperti yang lu tau, menjadi bukan dirilu itu sesuatu yang bukan lu. gue memutuskan untuk, berada pada patok patok yang telah ada digue. stereotype menurut gue, bukan orang lain. juga untuk menerima segala yang terjadi dihidup dan mencoba menikmatinya walaupun masih dalam tahap trial dan sering kali error. 

seperti bulan diujung senja hari ini. dia kelihatan menyipit berkedip, buram, tapi mencoba tetap bersinar melewati kabut yang tak bisa lu ukur kegelapannya. dan gue pun bertanya, kenapa bulan  ini tidak sebulat dan sebening yang terakhir kali gue lihat. ini tanggal 27. akhir bulan. pantesan. bulan lagi turun dari puncak siklusnya yang terindah di tengah bulan. dan gue sadar, terakhir kali gue sempet lihat bulan adalah tanggal 17 diakhir tahun 2011. semuanya hanya terjadi. terrencana tapi terkadang komplikasi. seperti bulan yang hanya bisa menerima, ketika sedikit sinarnya saja yang menyinari bumi di akhir tanggal. itulah takdir. itulah hidup. 

sekarang. gue belajar untuk mencintai hidup ini dengan gue didalamnya.   

0 comments