Karna Ia selalu memberikan yang kita butuhkan, bukan inginkan.
Menurut ku, keberuntungan dapat sederhana terejawantahkan pada seseorang yang keinginannya ternyata adalah kebutuhannya. Ia tak perlu menenggak kecewa karna adanya salah kira. Tak perlu lelah karna mengejar sesuatu yang salah. Tak perlu dirundung pilu ketika inginnya hanya jadi cerita kelu. Tapi kemudian menurutku, ada seseorang yang lebih beruntung daripada itu. Ia yang selalu dapat tau segala keberuntungannya ada setiap waktu. Pada hal-hal yang dikira orang bencana, hal-hal yang mereka tau seharusnya menjadi sumber dari segala kesedihan. Ia yang tepat tau bahwa akan selalu ada alasan pada setiap kejadian, bahwa tak ada yang sia-sia ataupun terjadi secara kebetulan. Semuanya punya runtutan yang akhirnya mengarah kepada keberuntungan yang baru. Sederhananya aku tau, keberuntungan juga dapat diejawantahkan dalam setiap kerumitan seseorang yang memiliki syukur tiada henti kepada Illahi.
Sehingga, ketika semesta tak dapat menghadiahiku keberuntungan yang pertama, setidaknya, aku dapat membiasakan diri menjadi yang kedua. Menjadi keberuntungan itu sendiri.
Photo credit: taken by Elinnah. Seorang gadis berumur 21 yang sederhana menjadi keberuntungan untuk teman-teman disekitarnya, dan memaafkan dita yang seringkali jadi menyebalkan. Ha :v.
Bapak menyusuri jahitan di celana jeans biruku yang baru ia lihat.
"ini bekas jatuh kemarin ta?"
"hehe iya pak" kataku dengan santainya
"sampe kayak gini, pasti sakit banget ya kamu"
Deg. Saat itu aku menyadari sesuatu dari sinaran mata bapak yang tiba-tiba meredup. Ia berkata seperti merasakannya sendiri, seolah ia yang kala itu terjatuh dari atas motor malam-malam di jalanan banjarnegara, dan bukan anak gadisnya satu-satunya. Saat itu aku semakin percaya, bahwa ada orang-orang yang selalu lebih sakit ketika kita tersakiti. Selalu lebih sedih ketika kita kecewa. Dan selalu lebih khawatir ketika kondisi kita sedang dalam bahaya. Saat itu aku menyadari sesuatu, bahwa apapun yang terjadi, sepertinya memang aku harus selalu bahagia, atau setidaknya mencoba terlihat bahagia dan baik-baik saja. Setidaknya jika memang sulit untuk kuat demi diri sendiri, aku harus selalu ingat untuk berusaha melakukannya sekali lagi untuk mereka yang kebahagiannya tergantung bagaimana aku. Mereka yang menyayangiku sampai sebegitunya. Cinta dan sayang yang tak akan pernah masuk akal.
"nggak kok, biasa aja pak rasanya, kayak jatuh2 yang lainnya hehe"
Tolong ajari aku sangat perlahan, mengeja rasa ketika kembali ada yang memperhatikan. Karna aku sudah terlalu lama dalam nyaman menjadi sesuatu yang dilupakan atau dikesampingkan.
Ada riuh yang baru. Tentang tanya yang satu-satu berdesakan dalam otakku. Sesederhana ide tentang akan jadi apa aku ketika kamu akhirnya datang tepat waktu. Apakah akan ku terima dengan senangnya sampai melayang kelangit kesekian?. Apakah ragu karna akhirnya hatiku bisa berjalan dengan mengeja rasa serupa "terlengkapi sempurna" setelah berkali-kali dihancurkan jadi serpihan?. Ataukah akan bersedih saat kusadari hidupku bukan sepenuhnya digenggaman jemari sendiri?.
Mungkin kita tergesa jika langsung menuju ke sesuatu yang serupa itu. Tapi kalau memang begitu, bolehkah aku menitipkan beberapa pesan?. Tolong ajari aku untuk menjadikan kehadiranmu sebagai candu. Pun bagaimana rasanya meringkuk dengan nyaman dan aman diantara kedua lenganmu. Lalu yang paling penting, Caranya kembali mencintaimu dengan sempurna mengerti, bahwa kamu, selamanya tak akan jadi milikku, walaupun wajahmu adalah yang pertama kulihat setiap pagi. Sederhananya, ajari aku untuk tidak tenggelam dalam perasaan ini. Menjadi diriku yang tetap aku, hanya saja kini tak lagi berjalan sendiri.
Diriku yang tetap mencintai hidupnya. Diriku yang tetap bersyukur tanpa henti atas segala yang ada di sisi. Semua yang datang dan akhirnya akan pergi.
One thing I'll never regret is choosing friends over lovers. Karna saya selalu percaya, yang terbaik akan tetap bersama tanpa harus mengorbankan siapa-siapa, walaupun entah kapan akhirnya. Sampai saat itu terjadi, teman adalah salah satu berkah yang tak pernah saya sudahi rasa syukurnya kepada semesta.
Ini teruntuk siapapun yang merasa pernah saya bagi segala hal tentang jokes receh saya.
Terimakasih karna telah bersedia mendengarkan segala cerita saya walaupun terkadang membosankan, berbelit, dan tak tentu arah. Terimakasih karna selalu ada ketika sedang sulit, ketika sakit, ketika saya mulai mengunci diri ketika kondisi semakin rumit. Terimakasih karna telah ikut tertawa pada setiap hal-hal sederhana. Terimakasih karna telah bersedia jadi teman yang membahagiakan.
Karna saya selalu percaya, tak ada yang namanya mantan teman. Yang ada hanyalah kita yang saling menjauh karna sesuatu, tapi hati tetap tau, bahwa sampai kapanpun, kalian akan selalu jadi temanku. Hehe hehe.
Kalian semua sederhana membahagiakan, dan saya tak pernah menyesal akan tawa dari setiap kebodohan. Babaay hehe.
Now you came to a point that talk your problem wont solve anything. Attention that given by anyone most of times are temporary. Cone exactly when you ask some, while you know, something given by asking sometimes doesn't come from true affection.
Now you came to a point, it is vain to share your insecurities, because in the end, they don't care. They were pretending.
Now you came to a point, the only thing that you want is something God gives, either affection, bravery. The only thing that matter is God answers all of your prayers and questions. And everything beside that become unworthy.
Malam ini, tepat jam 12.30 dini hari. Ketika baru pulang dari perjalanan seharian, ketika baru sampai di depan gerbang kosan, tiba-tiba cucu laki2 bapak kosku dan seorang sepupunya sedang berjalan dengan muka yang cemas. Aku bertanya saja, apa tujuan mereka sudah semalam ini masih diluar dengan membawa kunci. Dan jawaban mereka ternyata sesederhana "mau beli es teh". Iya, aku tau, sebenarnya mereka todak sebegitu hausnya. Mereka hanya dimakan rasa adrenalin yang baru mereka kenal karna berbuat sesuatu yang diluar aturan. Nagih ya dek? Hehe. Lalu kutemani saja mereka berdua, dan kemudian mereka dengan santainya berkata "tadinya mau keluar lewat jendela mba". Buset dah, kriminal. Tapi tetap, aku temani kenakalan mereka. Aku fasilitasi karna kamu tau bagaimana bahayanya.
Dan kenapa aku seperhatian itu?.
Pertama, realistis, bahaya untuk mereka kalau sendirian ditengah malam, kemana mana hanya untuk "beli" es teh. Kedua, ya mana tega ya ngebiarin sendirian, walaupun aku hafal betul bagaimana nakalnua mereka setiap hari, dengan segala teriakan, tangisan, dan hal2 caper lainnya. Ketiga, aku teringat, aku masih punya adik kecil laki2 yang belum sempat aku timang dan jaga, sehingga, menjaga mereka setdaknya dapat membuatku dekat dengannya. Seperti memeluk tapi dengan perantara berbeda. Biasanya dengan doa, saat ini, dengan kebaikan2 yang sama. Dek, semoga kamu disana dijaga dengan benar, dan selalu ada yang menemani dengan sabar.
Aku akan senang membersamai kenakalanmu yang belum sempat terjadi. Aku akan jadi kakak paling besar dan pengertian, walaupun sering kali melarang. Aku rindu, jangan bosan ya mendengar kata-kata itu :).