Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.



Dia punya segala hal yang dibutuhkan wanita. Cantik, cerdas, dewasa, dan kesabaran yang tak pernah ada habisnya. Tak ada hal didunia ini yang meragukan dia bahwa dia bisa sebegitu bahagia. Bahwa hidupnya tak pernah kurang dari kata sempurna dan cukup akan segala rupa. Sampai akhirnya seseorang masuk dan melihat benar, bahwa hatinya serupa kacau pasca topan. Pecahan kaca berserakan, menusuk telapak kaki yang telanjang. Didalam kepalanya ada perang yang serupa Ramayana. Pikirannya tak pernah kehabisan ragu dan khawatir akan segala cela. Pundaknya penuh dengan beban yang memberatkan langkah. Kakinya lebam karena seringkali melompat dan jatuh dikerasnya tanah. 

Diantara senyum yang serupa rumah, pilunya perang didalam kepalanya mengintip dibalik sabitnya mata. Perang akan dirinya yang merusak sampai ia lupa akan segala 'sempurna' yang dipuji manusia. 

Dan saat itu, hanya bintang yang mengerti benar tentang segala nyanyian pesakitan. Langit tak pernah terlalu sempit untuk segala cerita duka. Kepada luasnya ia mengadu ketika manusia tak begitu ada. Kepada galaksi yang jauhnya jutaan cahaya, ia memeluk reruntuhan diri agar tak terlalu remuk redam. Karena sederhana, menurutnya, malam dan bulan kala itu adalah apa yang seharusnya orang lain sematkan kata sempurna. Bukan dirinya, bukan sesuatu yang bisa dikatakan dengan nominal.

Karena hanya indahnya langit yang dapat membuat ia lupa, bahwa ada kacau di esok hari yang masih harus dihadapi, sekali lagi. Setidaknya malam ini ia utuh, tidurnya lelap, dan hangat tak lagi meninggalkan hatinya seperti kali pertama ia bercerita. Karena Dia memang tak pernah sekuat itu.


pic sourc: https://pixabay.com/en/starry-night-starry-sky-silhouette-1149815/
Terimakasih. Terimakasih untuk segala cerita. Terimakasih walau hanya sekedar teman, kau cukupkan aku untuk selalu berada di sekitar. Terimakasih karena telah begitu jujur dalam menjawab segala tanya. Walaupun bukan jawaban yang membahagiakan tapi cukuplah aku merasakan lega. Setidaknya, kau kini bahagia. Setidaknya tak lagi ada beban yang berlebihan. Setidaknya pundakmu kini tak lagi berat, hatimu tak lagi patah, senyummu tak lagi dibuat - buat. Setidaknya kau kini sebahagia itu, dengan siapapun orangnya yang bukan aku.

Mungkin suatu saat, ditengah repotnya urusan mahasiswa tingkat akhir, I would questioning my self, akankah kamu merasa kehilangan, do you still need me, will you text me over the phone just for gift me a simple absurd Hi. Sayangnya, aku terlalu mengerti kamu, kamu tak akan pernah menganggapku seperti itu. 
Perih, tapi . . . 
Aku, akan selalu cukup dengan itu.

Mulai saat ini, kita sendiri - sendiri ya.
Akhirnya kita tak perlu lagi berpura - pura menyembunyikan luka. Kau kini bebas berbahagia dan aku bebas berlari tanpa "alasan".
Selamat berbahagia, kamu.
  
Saat itu 4 dini hari, tepat ketika muadzin sedang bersiap, tepat saat saya teringat kamu. anak laki laki bermata coklat, dan merindukanmu secepat kilat, tanpa pertanda, tanpa arti apa apa karena tau rindu ini tak kan berbalas begitu saja. Kita terpisah, saya disini, dan kamu di entah. 

Lucu saat saya bercakap saja belum pernah, tapi sudah merindukanmu sebegininya. Ide menjadi kakak dari seseorang sepertimu membuat saya punya kuat sendiri pada beberapa waktu. Bahwa sebenarnya ada seseorang di entah yang harus saya timang dan jaga, walaupun tak tau bagaimana caaranya. 

Tahun ini, kau berumur 17, tepat november nanti. Merasa bersalah lah saya karena tak sempat menyambangi pusaramu walaupun hanya sekejap. Tidak menyempatkan berdoa pada beberapa waktu dan fokus pada apa yang tertinggal di dunia. Lupa bahwa saya punya adik kecil yang saat ini mungkin saja sedang 'galau - galaunya'. Maafkan karena tak pernah dapat menjadi kakak yang baik untukmu dek. Maafkan karena selama ini terlalu banyak mengeluh tanpa berbuat. Terlalu banyak meminta yang tidak - tidak daripada berbakti pada orang tua kita. Terlalu puas di manja tanpa sadar bahwa saya seorang kakak dan anak pertama. 

Dek, saya lemah ya?. 
Mungkin jika kamu disini saya akan bersandar pada pundakmu karena kau yang lebih tinggi menjulang. Menceritakan segala khawatir akan orang tua dan masa depan yang tak pernah ada habisnya. Bercerita tentang anak laki - laki lain yang sama merepotkannya. Memarahimu karena terlalu sibuk dengan game atau mengejar wanita daripada mengejar tugas sekolah. Saya rindu punya teman bertengkar di rumah, walaupun tak pernah tau akan seperti apa rasanya, tapi sepertinya akan menyenangkan. 

Tulisan ini tak terlalu bagus, rimanya patah. Ya, mungkin ini jadinya ketika seseorang terlalu patah untuk bercerita, terlalu bingung menyusun segala potongan rasa menjadi satu yang kau bisa tau. Tapi ya, saya akan terus belajar menjadi kakak perempuanmu yang paling besar. Yang menjadi panutan, yang tau bahwa saya bukan hidup untuk diri sendiri. Kamu disana, baik baik ya, sampai saya datang dan memelukmu pertama kalinya. 


Someday you might not see me as someone familiar. Someday you might not need me at all. And someday I might be lose all the chances to running in your orbit foolishly. Its okay, and will always be okay, even when someday is coming just soon.

Saya masih ingat kali pertama pindah rumah, dipinggir jalan yang masih terasa asing kala itu, saya menemukan toko buku kecil dan sederhana. Letaknya terpojok di pinggir jalan, sedikit masuk namun terlihat, sepi, walaupun di depannya adalah salah satu universitas swasta yang paling terkenal sepenjuru kota kecil itu. Saat itu rasanya saya menemukan oase dan pengharapan, bagaimanapun sepinya kehidupan baru saya nanti tanpa manusia dan lingkungan - lingkungan yang familiar, sepertinya saya akan baik - baik saja. Seberapa jauhnya saya, tapi buku buku tetap dapat menetramkan pikiran dan membuat saya lupa pada dunia. Rasa - rasanya kala itu saya akan baik baik saja, tak peduli seberapa buruk dan kesepiannya.

Lalu, kehidupan baru saya berjalan. Kala itu saya masih sempat pulang 2 minggu sekali kerumah yang jaraknya 6 jam perjalanan jalur darat. Saya sempatkan beberapa kali menyambangi toko buku pinggir jalan itu jika ada waktu, dan jika ada uang. Ya, walaupun sesekali saya hanya membaca, tapi rasanya tak enak jika hanya numpang dan tak membeli. Toko buku itu memang sepi, biasanya saya hanya bertiga dengan dua pegawai toko, sesekali memang ada pengunjung yang datang, tapi tak begitu banyak walaupun saat itu hari libur. Rasa - rasanya saya mendengar keruntuhan perlahan dari toko buku kecil kesayangan saya kala itu. Tapi saya tak pernah ambil pusing, walaupun bukunya sedikit yang terkenal, walaupun tak banyak buku - buku genre kesukaan saya, tapi ditengah lingkungan baru yang asing, toko itu adalah suatu pelegaan tersendiri yang membuat saya, baik baik saja.

Lalu benar, saya masih merasakan patah hati yang sama ketika pulang dan melihat toko itu berubah menjadi toko baju ala ala remaja. Keruntuhan toko buku saya benar benar terjadi, dan saya tak bisa berbuat apapun. Ya jelas, siapa saya yang seringkali hanya menumpang mencari tentram. Siapa saya yang berhak protes karena buku tergadaikan oleh baju baju trendy anak muda masa kini. Apalah saya yang hanya bisa menerima. Saya pikir, mungkin setelah ini tak kan lagi ada oase ditengah asing yang menenggelamkan. Tapi, saya salah.

Saya tetap baik baik saja walaupun toko itu sudah tak ada. Ternyata saya mulai belajar bagaimana saya hidup dengan ketidaksempurnaan dan kehilangan - kehilangan kecil. Yang bahkan ketika sudah ada toko buku yang lebih besar, lebih nyaman, saya tak lagi merasakan jatuh cinta yang sama.

Toko buku itu tak tergantikan, dan keruntuhannya dapat diterima. Saya, cukup dengan itu.

Karena terkadang, jatuh cinta dan perasaan hanya punya one hit shot and done. tidak ada lagi yang kedua, ketiga, dan keempat. Walaupun kembali dalam bentuk yang terlihat lebih baik, menemukan sesuatu yang dulu hilang dan merasakan hal yang sama seperti dulu lagi, ternyata, tak semudah itu.

Kamu tau pedihnya pengharapan ada karena kau mencinta sesuatu yang salah. Berharap pada manusia yang bahkan tak bisa memberi kepastian pada nafasnya di esok hari. Berharap pada sesuatu yang duniawi ketika jiwamu butuh sesuatu yang sejauh surgawi. 

Maka, jangan salahkan hati yang berat, dan dada yang tak pernah cukup dengan satu helaan nafas panjang. Sampai pusing pun tak kan kau temukan kelegaan pada perhatian - perhatian. Sederhana jika kau ingin berpikir lebih jelas, kosongnya jiwa, jawabannya ada pada dahi yang kurang lama menyentuh tanah, mulut yang terlalu banyak mengeluh dan meminta pada manusia, senyum yang kurang tulus, dan perbuatan yang selama ini hanya untuk kebahagiaan sendiri.

Lupa, bahwa Allah mengisi setiap hati dengan cara yang berbeda setiap hari. Maka jangan kau gantungkan pusat kebahagiaan hanya pada satu manusia dan terus berharap kepadanya dengan cara yang sama. 

Mungkin memang dia tak pernah jadi jawaban, mungkin jawaban yang kau inginkan ada pada senyum anak panti yang bahagia ketika kau sambangi, masakan bu karin yang walaupun tak seenak masakan mama, tapi tulusnya dijamin sama, dan pada teman - teman lama yang sudah lama mengagendakan bertegur sapa, serupa tanda, bahwa kamu masih diingat dan dapat memberi bahagia. 

Allah memberi bahagia secara sederhana, jangan meminta terlalu banyak. Tak ingatkah kau akan segala nikmat yang datang tanpa diminta?.

(pic source : https://pixabay.com/en/flowers-blossom-bloom-purple-1005677/)
Saya menikmati setiap detik mengamati manusia - manusia yang berbicara. Tentang kagumnya mereka pada sesuatu yang baru, kesenangan mereka pada beberapa hal yang selama ini tak mereka sadari, dan pada tentang satu - satunya suara yang tak dapat didengar yang lain, bahkan oleh telinga mereka sendiri. Tidak mungkin?

Coba jelaskan bagaimana kamu menyembunyikan sayang sebesar itu dari mata yang berbinar, khawatir yang memburu dibalik suara yang tegas ditegarkan, atau, bagaimana mungkin panasnya amarah dapat tak terasa karena dinginnya pengacuhan?.

See? tak sesulit itu, yang kemudian membuat saya belajar, bahwa sebenarnya, tak ada manusia yang pandai berbohong, yang ada hanyalah manusia yang tidak mendengar lebih banyak, memperhatikan lebih dalam, dan merasakan lebih peka. Pertanyaannya adalah, maukah kita sedikit saja mencoba dan diam? karena dunia ini tak melulu soal kita dan segala pesakitan yang kita punya.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2025 (4)
    • ▼  Juni (2)
      • hari jumat
      • nekattt
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates