Mari kita pikir belakangan dan menuliskanmu dengan benar. Dimulai dengan kita bertemu pada hari yang aneh ketika aku bersiap melepaskan segala sesuatunya. Jika sebenar - benarnya cinta memang ada, maka saat itu aku percaya bahwa milikku sudah sebenar - benarnya luluh lantak. Jika memang ada sedikit kepercayaanku kala itu tersisa, maka kupastikan ia tidak lagi ada karena dicuri oleh seorang laki - laki yang berdusta.
Menuliskanmu dengan benar, berarti aku jujur kepada segala yang kita jalani, bahwa ia diawali dengan aku yang sudah tidak mampu berharap apa - apa. Bahwa hubungan manusia hanyalah sekedar hitungan sederhana yang diisi dengan nilai kurang dan tambah. Jika tidak ada kata setara, maka cerita tidak akan ada kelanjutannya. Kata setara yang perlahan berganti rupa menjadi sesuatu yang dimaknai dengan amat sederhana, jauh dari segala teorema matematika.
Menuliskanmu dengan benar, berarti aku mencoba mengeja setiap kenangan dan banyak sekali harapan. Aku tau bahwa kemungkinan - kemungkinan ini juga tidak kalah banyaknya. Bisa jadi amat menenggelamkan kita dalam 'apa yang terjadi jika'. Lalu aku teringat, bahwa kesibukan menerka - nerka ini sudah membuat kita lupa menyesap segala rasa di antaranya. Hangatnya susu jahe di tengah angin malam Salatiga sebagai salah satunya.
Jika ada hal penting yang dapat aku simpan dari sekian banyak proses kehilangan, maka itu adalah bagaimana kita menikmati perjalanan sama khusyuknya dengan merayakan akhir di tujuan. Yang kutau saat ini adalah, dunia bisa saja berubah menjadi amat menguji entah di titik yang mana. Dunia ini bisa membuat bahkan hal - hal tersisa yang tadinya kita anggap kecil dan sederhana menjadi sesuatu yang amat didamba, hanya karena kita tidak lagi memilikinya. Aku tau perjalanan ini akan sulit, dan tidak ada yang tahu akan sepanjang apa, pun berakhir dimana. Tapi kini aku hanya ingin berusaha, agar sesulit apapun, jari - jari kita tidak lagi bersela karena bertaut dalam setiap langkah, bersama dengan dua jiwa yang melangitkan banyak doa.