Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


Sore ini jalanan ungaran salatiga lengang. Banyak karyawan sudah pulang, sampai ke rumah, mungkin sedang bertukar cerita bagaimana kehidupan karyawan di kota industri. Bertukar tawa sesekali, berbagi bahagia, atau mungkin melepas penat bahkan kesedihan. Seperti yang kita sama - sama mengerti, bahwa tidak selamanya hidup penuh dengan kemudahan. 

Hal yang masih coba aku terima dan pahami dengan cara sebaik baiknya manusia. Tepat ketika aku melihat ke angkasa yang kala itu sesak dengan awan kelabu. Membuat kenampakannya lebih sempit daripada seharusnya. Mencari kelapangan karna rasanya di dalam hati pun tidak begitu jauh berbeda. Membuat aku memutuskan untuk melaju pada kecepatan paling pelan. Mengulur waktu, mencari tenang, sembari berdoa agar segala tangis dan sesak jadi rahasia aku dan Dia. Tanpa perlu bapak, mama, eyang tau, bahwa sore itu setiap bagian aku rasanya hancur dalam perjalanan pulang yang terasa lebih panjang. 

Dan Dia mengabulkan. Kepada mama aku bisa menceritakan segala kegagalan siang tadi dengan perlahan, memilih setiap kata, menyisihkan ingatan yang tidak perlu agar tidak ada air mata yang sering kali bisa jadi begitu kurang ajar. Bapak pun hanya bertanya, pertanyaan yang sama berkali-kali (seperti biasa), dan rasanya kesabaranku sedang dipasok ulang, kesabaran untuk menjawab dengan menahan kesedihan paling kecil yang bisa saja hadir tanpa permisi. Rasanya semuanya baik-baik saja, ini prestasi baru, akhirnya aku bisa mengatur perasaanku. Walaupun di dalam sini, setiap kehancuran masih terasa begitu nyata. Seperti permukaan koran yang membungkus telur setelah dijatuhkan. Masih terlihat begitu sempurna, tapi tetap saja sia-sia, karna setiap kulit di dalamnya sudah jadi pecahan.

Hal yang membuatku berpikir bahwa mungkin memang ini yang dinamakan hidup. Tepat ketika kita sudah berpikir bahwa suatu ujian adalah yang paling buruk, ternyata kemudian semesta menunjukkan, bahwa akan selalu ada lebih buruk yang baru. 

Semoga Allah memberikan kami sekeluarga kekuatan untuk melewati segala cobaan.
Teruntuk mimpi.
Aku harap, kamu tidak mati kali ini.
Tidak apa berhenti, terlelap, tapi jangan mati.
Jangan meninggalkan aku sendiri.
Mengejar sesuatu yang tidak akan pernah aku mengerti.
Menuhankan hal - hal yang aku benci.
Mengharapkan tempat - tempat yang tidak aku sukai.

Teruntuk mimpi.
Aku harap, kamu tetap hidup kali ini.
Tidak apa ketika lelah menghampiri, tapi jangan berhenti membersamai.
Jangan menjadikan aku seseorang yang tidak familiar.
Membenci kehidupan karna tidak bisa mencapai suatu hal.
Menggadaikan setiap harapan pada semu.
Yang suatu hari hanya akan berujung sesal.

Teruntuk mimpi.
Aku harap, kamu tidak marah kali ini.
Aku memang belum cukup tinggi untuk menggapaimu.
Belum cukup besar untuk menjadi sebesar kamu.
Belum cukup kuat untuk menjagamu dari segala realita hidup.

Aku harap, ada waktu agar aku jadi semua itu.
Karena kamu masih menjadi catatan yang aku bawa kemanapun.
Masih menjadi angan yang terus aku berusaha untuk nyalakan.
Meski susah payah. Meski terkadang kehilangan arah.
Karna kamu, adalah satu dari sekian banyak terang dalam kegelapan.
Menuju jalan dimana setiap harapan kebahagiaan aku gantungkan.

Semoga kamu terus hidup.
Redup tidak apa, tapi jangan mati.
Karna separuh aku, berisi kamu.

Ini tahun kelima, dan kupikir pasangan hidup adalah dia yang pertama juga terakhir. Lebih tinggi dariku sehingga tak ada lagi benda – benda yang terlalu tinggi, termasuk mimpi.

Ini tahun kesepuluh, dan kupikir pasangan hidup adalah dia yang membuatku kesal sampai marah. Membuatku mengejarnya di seluruh gedung karena menuduhku suka, yang sebenarnya juga tidak salah.

Ini tahun kelima belas, dan kupikir pasangan hidup adalah dia yang hadir dalam setiap menit setiap hari. Membuatku percaya akan apa yang dia percaya, bahwa aku dan kamu selamanya. Serangkaian kata rumit yang dimaknai terlalu dangkal pada masanya.

Ini tahun kedua puluh, dan kupikir pasangan hidup adalah dia yang tau segala ketakutanku, segala lelah, segalanya. Membuatku berbicara tanpa akhir karena ia adalah seorang teman yang kukenal baik setiap kurangnya, setiap lelahnya, setiap bagian dirinya.

Ini tahun kedua puluh satu, dan kupikir pasangan hidup seperti kata manusia lainnya, dia yang hadir tanpa kamu sangka, merubahmu dalam rupa yang sepenuhnya berbeda. Menyentuhmu tepat di jiwa. Tertawa dengan mama, dengan bapak yang mengenali wajahnya.


Ini tahun kedua puluh dua, dan aku masih tidak tau dia siapa. Yang sebagian doa dihadiahkan untuknya, urusannya, kesehatannya, kebahagiaannya. Tapi kupikir, pasangan hidup adalah dia yang dengannya segala mimpi tetap hidup meski sempat mati berkali – kali karna realita. Dia yang bisa membuatku menertawakan setiap kesalku karena ia tidak masuk akal. Dia yang tidak menyapaku setiap hari, tapi selalu ada pada setiap malam paling buruk seorang manusia. Dia yang padanya aku bisa bersikap tidak dewasa, merajuk, meminta. Dia yang dengannya aku menjadi lebih baik sebagai manusia. Dia yang dicintai oleh keluarganya juga keluargaku sama besarnya, dicintai oleh teman – temannya, dicintai oleh setiap jiwa yang dia temui sampai akhir hidupnya.   
And it suddenly hit me. Just like that.

Alasan mengapa setiap bayi diazankan pada kali pertama mereka datang ke dunia. Azan yang merupakan panggilan Yang Maha Kuasa untuk menyembah kepadaNya. Suatu pemberian tugas pertama, yang paling penting, dan satu - satunya.
1st
"Will we be seeing each other again somewhere, in the future?" hopelessly said, in the middle of casual night ride, and as easy as that, "I don't think so, that might be a chance, but it's so slim I can't think of any meeting" several seconds passed and you ended the sentence "You see, you no longer live there, and that such a far distance we have between our houses, like how?"
ah yes, that's my fault, I shouldn't be hoping too much with us, our 'casual' us.

2nd
"This imaginary dreams of my mind keep bothering me little bit too much" and you answered while taking another spoon of our late dinner in cheap tavern "Why?", "I'm afraid, will this ordinary little me can really get into that position", "Of course you can". But dear, I know you not more less than enough to notice bit of hesitation covered by optimism. You were nice, and always will. "So, one day, I watched an interview of underage scavengers, they told the reporter of their dream with sparkling eyes and full throttle of optimism, one of them wanted to be doctor, another stuck with the idea of being military man. my heart was trembling as I came to realization that there was enormous bravery in telling that story in front of big mountain of trash. and since then I have this dream, I want to touch their lives, I want to give them a chance to pursue everything they want to be". And you gave me "Well, you still can, it is still possible" and the second was different, you were no more less than certain even it wasn't the best words someone can gave, but well, you are never good with words, aren't you?. And that's okay, at the end, you are still the one who understand every of my bullshits and affirmed to every of my delusional dreams.  

3rd
I kept my hand swiping through every story of theirs, and suddenly stopped at hers. She put yourself in several seconds of video showing your silly side in the middle of the ride. I saw that you both were alone in car. I was more than aware that it was straight for the sake of important matters you both handled in those past weeks. She laughed happily by seeing you acting clueless, just like the usual you. Part of me cracked, it was neither the first time nor the worst but still I couldn't help myself but falling quite bit. My minds kept stumbling through the idea of me losing another chance, I am not your typical, I am far from your ideal. At the end I'm just a girl who understands that you don't like being snapped while doing silly things. At the end I'm just your ordinary girl who unfortunately remember every details. At the end I am just a girl who have to always remember by heart that it is just a matter of time for every artificial things in between vanished. There will always be another girl who isn't me. Who acts like she knows you deeply.

4th
I hope, someday when you finally found the one you've been searching for, she is girl that accepts the muscular you as well the vulnerable man who cry for your beloved ones at 3 am. She is a girl that doesn't get tired of reminding you of slipped things as well the way to your home. Girl who always there, no matter how hard life puts you through. 

But for now, let me just be happy with my last chances of being around, being someone that understand you wholeheartedly.


Sore ini biasa. Menjelang maghrib, di atas motor, dan berpikir, terlalu biasa. Percakapan dalam kepala kali ini berkutat soal dita yang merasa dirinya terlalu kecil untuk mencapai mimpi yang akhir-akhir ini bergetar lagi. Hebat. Sampai bingung harus diapakan, karna sepertinya satu-satunya jalan yang hati ini pilih adalah membuat segalanya jadi kenyataan. Namun, ditengah riuhnya, masih saja ada sisi yang menolak untuk diam dan mengamini. Ada yang berbisik tentang bagaimana punya mimpi yang terlalu besar, beberapa kali sudah membahayakan kesadaran. Punya mimpi yang terlalu besar, ternyata dapat membebani punggung yang sepertinya masih terlalu ringkih bahkan jika hanya terkena hembusan angin siang.

Sampai akhirnya segala pikiran ini diam karna ada ingatan yang tiba-tiba datang. Soal pengalaman terbang pertama dita. Gadis biasa yang belum pernah naik pesawat sebelumnya. Yang selalu terkesima ketika ada orang bercerita tentang pengalamannya duduk di bangku jendela, melihat awan di luar sana yang kala itu tampak amat dekat dengan dirinya. Sebelumnya tidak pernah terbayangkan bahwa suatu hari itu akan jadi nyata, soal dita naik pesawat, bahkan sampai melewati garis terluar Indonesia, berlanjut sampai ke tanah dimana bahasa sudah tidak lagi sama. Perjalanan yang kini dipahami sebagai suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Terlalu banyak halangan dan ketidakmungkinan yang berada di sepanjang perjalanan. Tapi ternyata, semesta kembali menceritakan kedigdayaan Dia dengan begitu sederhana, dengan menjadikan suatu hal di luar logika menjadi kejadian yang normal saja dalam hidup manusia. 

Kejadian yang membuat dita sadar, bahwa tidak apa menjadi manusia kecil selama ada Dia yang begitu besarnya. Kun fayakun, maka milikmulah apa yang sudah ditakdirkan untukmu.
Yang kamu tidak tau, bayangannya mati berkali-kali di dalam imaji, karna tidak dicintai oleh dirinya sendiri. 
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2025 (4)
    • ▼  Juni (2)
      • hari jumat
      • nekattt
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates