Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


And it suddenly hit me. Just like that.

Alasan mengapa setiap bayi diazankan pada kali pertama mereka datang ke dunia. Azan yang merupakan panggilan Yang Maha Kuasa untuk menyembah kepadaNya. Suatu pemberian tugas pertama, yang paling penting, dan satu - satunya.
1st
"Will we be seeing each other again somewhere, in the future?" hopelessly said, in the middle of casual night ride, and as easy as that, "I don't think so, that might be a chance, but it's so slim I can't think of any meeting" several seconds passed and you ended the sentence "You see, you no longer live there, and that such a far distance we have between our houses, like how?"
ah yes, that's my fault, I shouldn't be hoping too much with us, our 'casual' us.

2nd
"This imaginary dreams of my mind keep bothering me little bit too much" and you answered while taking another spoon of our late dinner in cheap tavern "Why?", "I'm afraid, will this ordinary little me can really get into that position", "Of course you can". But dear, I know you not more less than enough to notice bit of hesitation covered by optimism. You were nice, and always will. "So, one day, I watched an interview of underage scavengers, they told the reporter of their dream with sparkling eyes and full throttle of optimism, one of them wanted to be doctor, another stuck with the idea of being military man. my heart was trembling as I came to realization that there was enormous bravery in telling that story in front of big mountain of trash. and since then I have this dream, I want to touch their lives, I want to give them a chance to pursue everything they want to be". And you gave me "Well, you still can, it is still possible" and the second was different, you were no more less than certain even it wasn't the best words someone can gave, but well, you are never good with words, aren't you?. And that's okay, at the end, you are still the one who understand every of my bullshits and affirmed to every of my delusional dreams.  

3rd
I kept my hand swiping through every story of theirs, and suddenly stopped at hers. She put yourself in several seconds of video showing your silly side in the middle of the ride. I saw that you both were alone in car. I was more than aware that it was straight for the sake of important matters you both handled in those past weeks. She laughed happily by seeing you acting clueless, just like the usual you. Part of me cracked, it was neither the first time nor the worst but still I couldn't help myself but falling quite bit. My minds kept stumbling through the idea of me losing another chance, I am not your typical, I am far from your ideal. At the end I'm just a girl who understands that you don't like being snapped while doing silly things. At the end I'm just your ordinary girl who unfortunately remember every details. At the end I am just a girl who have to always remember by heart that it is just a matter of time for every artificial things in between vanished. There will always be another girl who isn't me. Who acts like she knows you deeply.

4th
I hope, someday when you finally found the one you've been searching for, she is girl that accepts the muscular you as well the vulnerable man who cry for your beloved ones at 3 am. She is a girl that doesn't get tired of reminding you of slipped things as well the way to your home. Girl who always there, no matter how hard life puts you through. 

But for now, let me just be happy with my last chances of being around, being someone that understand you wholeheartedly.


Sore ini biasa. Menjelang maghrib, di atas motor, dan berpikir, terlalu biasa. Percakapan dalam kepala kali ini berkutat soal dita yang merasa dirinya terlalu kecil untuk mencapai mimpi yang akhir-akhir ini bergetar lagi. Hebat. Sampai bingung harus diapakan, karna sepertinya satu-satunya jalan yang hati ini pilih adalah membuat segalanya jadi kenyataan. Namun, ditengah riuhnya, masih saja ada sisi yang menolak untuk diam dan mengamini. Ada yang berbisik tentang bagaimana punya mimpi yang terlalu besar, beberapa kali sudah membahayakan kesadaran. Punya mimpi yang terlalu besar, ternyata dapat membebani punggung yang sepertinya masih terlalu ringkih bahkan jika hanya terkena hembusan angin siang.

Sampai akhirnya segala pikiran ini diam karna ada ingatan yang tiba-tiba datang. Soal pengalaman terbang pertama dita. Gadis biasa yang belum pernah naik pesawat sebelumnya. Yang selalu terkesima ketika ada orang bercerita tentang pengalamannya duduk di bangku jendela, melihat awan di luar sana yang kala itu tampak amat dekat dengan dirinya. Sebelumnya tidak pernah terbayangkan bahwa suatu hari itu akan jadi nyata, soal dita naik pesawat, bahkan sampai melewati garis terluar Indonesia, berlanjut sampai ke tanah dimana bahasa sudah tidak lagi sama. Perjalanan yang kini dipahami sebagai suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Terlalu banyak halangan dan ketidakmungkinan yang berada di sepanjang perjalanan. Tapi ternyata, semesta kembali menceritakan kedigdayaan Dia dengan begitu sederhana, dengan menjadikan suatu hal di luar logika menjadi kejadian yang normal saja dalam hidup manusia. 

Kejadian yang membuat dita sadar, bahwa tidak apa menjadi manusia kecil selama ada Dia yang begitu besarnya. Kun fayakun, maka milikmulah apa yang sudah ditakdirkan untukmu.
Yang kamu tidak tau, bayangannya mati berkali-kali di dalam imaji, karna tidak dicintai oleh dirinya sendiri. 
Laut, bolehkah aku melarung segala cerita?. Agar di antara buih-buih air hanya tersisa bahagia. Agar aku dapat bercermin di dalamnya, bahwa ternyata dunia tidak sejahat ceritanya. Walaupun manusia memang terkadang tidak bisa dipercaya.

Laut, bolehkah aku menjadi pemuja?. Belajar pada kesederhanaan yang kau kenalkan dengan segala kerendah-hatian. Kagum pada keikhlasan akan ombak yang berkali-kali kau lepaskan. Menuju samudera, untuk pada akhirnya selalu kembali, kemudian singgah tanpa permisi di daratan.

Laut, bolehkah aku menjadi pengeluh?. Karna tidak setegar batu karang yang menghiasi. Karna tidak punya keluasan hati sepertimu, yang karnanya tidak pernah jadi tawar, meski dihujani. Karna tidak pula aku dicintai pun dicari, seperti senja dihorizonmu, yang membingkai cantik matahari. 

Laut, bolehkah aku meminjam sedikit saja damai yang menyisip di antara semburat jingga di pesisir pantai. Sempurna dengan debur ombakmu, ditemani kerang dan burung yang kembali ke rumahnya. Mendengarkan obrolan angin dengan nyiur kelapa. Menatap luasnya biru yang bertemu dengan langit yang kini tidak berwarna sama.

Bolehkah aku pinjam sebentar saja? Untuk kugantungkan pada langit-langit kamar. Agar diamlah pertanyaan pada malam-malam seperti ini. Agar kecewa tidak terus saja menghantui. Agar segala keindahan yang kamu miliki dapat mengingatkanku, bahwa, dunia ini tidak begitu saja tercipta sendiri. Keindahanmu tidak tiba-tiba hadir dari keentahan tanpa ada yang melukiskan. Bahwa semua ini, ada yang menggariskan, bahkan sampai terjadinya butir pasir terkecil dalam hamparan pantai di pinggir lautan. 

Bahwa meski selalu tampak mengerikan, badai hitam di atas lautan tidak akan pernah ada yang mendekati serupa keabadian. Kacaunya akan berakhir pada masanya. Digantikan oleh pelangi pada hari-hari beruntung jika kamu menunggu dengan setia. Sebagai pengingat, bahwa ketika seringkali terasa terlalu kecewa, ketika tidak masuk akal, ketika tampaknya semua yang terjadi tidak menyenangkan, kita tidak boleh menyalahkan ataupun mempertanyakan. Karna ada Dia yang sudah merencanakan. Karna ada Dia yang berjanji, bahwa akan selalu ada kebahagiaan setelah kita berusaha sabar memeluk kesedihan. Karna ada Dia yang Maha Penyayang.


"yaa sekitar jam 8 atau jam 9an gue sarapan di gudeg yang waktu itu"

Ini soal kembali berjalan lagi. Saya tidak lagi ingin berpura-pura menjadi serupa luka yang terbuka. Kalau ini adalah diri saya berumur 17 tahun, pasti ia akan bercerita tentang bagaimana akhirnya punya kepercayaan diri untuk kembali melihat kaca. Ini mungkin perasaan yang serupa itu, tapi sepertinya kini, saya hanya ingin meraba. Menapaki pijakan satu-satu, terlalu perlahan sampai rasanya seperti mendekati terbang. Bukan, saya menolak dikata pengecut. Saya hanya berhati-hati untuk dua alasan yang semua gadis sangat mengerti. Pertama, karna luka masih lekat di dinding nadi. Kedua, baik saya dan kamu sama-sama masih belum tau dan menunggu tentang muara dari segala kebetulan-kebetulan dalam semesta kita. Akhirnya, dalam diam sepertinya kita sama-sama sepakat untuk tidak melakukan investasi pada hubungan serupa main-main yang sempurna dilengkapi dengan segala ke-entah-an.

Tapi izinkan saya untuk mengingat pertemuan kita yang teramat singkat. Dari setiap yang terjadi pada garis waktu, sepertinya pilihan saya, seperti biasa, jatuh pada bagian akhir pertemuan di hari itu. dimana kita akhirnya kembali berpisahan. 

Stasiun siang itu biasa. Bangku yang biasa, dengan jadwal kereta yang juga biasa. Semuanya biasa, kecuali kedua pasang mata dibalik lensa baru dari kacamatamu. Rasanya ada yang sendu. Ada yang menyesakkan, tapi anehnya membahagiakan. Ada binar samar yang sedikit menjelaskan (ini kalau saya tidak salah mengartikan) kelegaan, bahwa akhirnya kita tidak lagi terpisah sekian kilo jauhnya. Ada yang menyenangkan dan juga menghancurkan saya sedikit dari dalam, saya harus menghadapi ini, sendiri lagi.

"kayaknya gue masuk sekarang aja ya, biar lu langsung pulang, takut keujanan"

"yaudah, hati-hati ya"

Dan bagi saya, hari itu diakhiri terlalu dini, dengan high five kita di stasiun siang hari.

Pemandangan selanjutnya hanyalah punggungmu dengan backpack tosca lusuh yang entah sudah berapa kali pasrah dibawah derasnya hujan selama perjalanan. Sempurna menjauh.

Semoga kamu baik-baik saja. Semoga terlepas dari segala kekurangan sebagai manusia, semoga doa saya tetap sempurna. Asalkan sampai pada tujuannya, saya tidak apa jika segala rasa tetap tak bernama. Karna saya tau, saya percaya, doa kepada semesta tak akan pernah jadi sia-sia.
Menyoal pergi. Ini sudah dini hari, terlalu dini bahkan untuk berkata kita sudah menjelang pagi. Mungkin lebih pas jika aku sebut setelah tengah malam, istilah yang lebih cocok dengan kondisi kini yang sedang bersiap untuk mengikhlaskan. Toh sepertinya, hanya pada tengah malam kita akhirnya bisa membereskan apa-apa yang berantakan. Menjawab segala pertanyaan yang bergelantungan di langit-langit kamar. 

Menyoal pergi. Banyak hal-hal yang harus dibereskan sebelum beranjak pada pilihan yang lebih besar, lebih serius, lebih tidak main-main, pun mungkin lebih membebankan. Hutang-hutang ku mulai kucicil agar akhirnya bisa lunas tanpa ada tanggungan, pun penangguhan. Cukuplah segala hal dibayar di akhir perjalanan. Iya, yang sebentar lagi akan kita temui, akhirnya kita berpelukan. Hutang yang bermacam-macam, mulai dari hutang makan, hutang tumpangan, hutang keceriaan, dan bahkan yang paling sulit, hutang kebaikan.

Yang terakhir rasanya sampai kini belum habis pikirku untuk mendapatkan cara agar segera terlunasi hal-hal yang sudah diberi. Kebaikan yang selama ini mengisi segala celah dalam setiap usahaku yang sering kali setengah-setengah. Kebaikan yang selama ini menopang pundakku ketika sudah teramat lelah. Kebaikan yang terlalu penting, karna telah menyadarkan bahwa aku tidak hidup sendiri di dunia yang katanya penuh dengan segala tipu daya. Kebaikan yang aku pikir tak akan habis dilunasi meski dalam beberapa  kali reinkarnasi. 

Untuk itu, maka ingin aku ucapkan terima kasih. Terima kasih karna telah begitu ada untuk aku yang hanya teman biasa. Terimakasih karna selalu memberi untuk aku yang sering kali tidak tau diri. Terimakasih karna telah mengerti hal-hal yang telah beberapa kali membuat orang lain pergi.

Untuk yang sampai kini masih membersamai, masih menyambutku selepas sidang, selepas seminar, selepas hal-hal yang serupa gagal, selepas sesi penuh air mata dan bibir yang terus saja berdoa. Hutangku sepertinya akan sampai mati. Yang kubayar dengan menjadi orang yang lebih baik setiap hari. Menyebar kebaikan dengan penuh keikhlasan pada orang-orang lainnya. Yang juga coba kubayar dalam baris-baris pengharapan kepada semesta, untuk segala kelancaran, segala kesuksesan atas apa yang kalian usahakan, yang kucicil dalam lima waktuku setiap hari.

Semoga kita, dipertemukan lagi.

Surat ini, teruntuk kalian, Purwokerto dan seluruh isinya yang sungguh . . . telah benar-benar membahagiakan. Dita sayang sekali sama kalian. Sungguh sayang. Teramat sayang.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2025 (4)
    • ▼  Juni (2)
      • hari jumat
      • nekattt
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates