Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


Laut, bolehkah aku melarung segala cerita?. Agar di antara buih-buih air hanya tersisa bahagia. Agar aku dapat bercermin di dalamnya, bahwa ternyata dunia tidak sejahat ceritanya. Walaupun manusia memang terkadang tidak bisa dipercaya.

Laut, bolehkah aku menjadi pemuja?. Belajar pada kesederhanaan yang kau kenalkan dengan segala kerendah-hatian. Kagum pada keikhlasan akan ombak yang berkali-kali kau lepaskan. Menuju samudera, untuk pada akhirnya selalu kembali, kemudian singgah tanpa permisi di daratan.

Laut, bolehkah aku menjadi pengeluh?. Karna tidak setegar batu karang yang menghiasi. Karna tidak punya keluasan hati sepertimu, yang karnanya tidak pernah jadi tawar, meski dihujani. Karna tidak pula aku dicintai pun dicari, seperti senja dihorizonmu, yang membingkai cantik matahari. 

Laut, bolehkah aku meminjam sedikit saja damai yang menyisip di antara semburat jingga di pesisir pantai. Sempurna dengan debur ombakmu, ditemani kerang dan burung yang kembali ke rumahnya. Mendengarkan obrolan angin dengan nyiur kelapa. Menatap luasnya biru yang bertemu dengan langit yang kini tidak berwarna sama.

Bolehkah aku pinjam sebentar saja? Untuk kugantungkan pada langit-langit kamar. Agar diamlah pertanyaan pada malam-malam seperti ini. Agar kecewa tidak terus saja menghantui. Agar segala keindahan yang kamu miliki dapat mengingatkanku, bahwa, dunia ini tidak begitu saja tercipta sendiri. Keindahanmu tidak tiba-tiba hadir dari keentahan tanpa ada yang melukiskan. Bahwa semua ini, ada yang menggariskan, bahkan sampai terjadinya butir pasir terkecil dalam hamparan pantai di pinggir lautan. 

Bahwa meski selalu tampak mengerikan, badai hitam di atas lautan tidak akan pernah ada yang mendekati serupa keabadian. Kacaunya akan berakhir pada masanya. Digantikan oleh pelangi pada hari-hari beruntung jika kamu menunggu dengan setia. Sebagai pengingat, bahwa ketika seringkali terasa terlalu kecewa, ketika tidak masuk akal, ketika tampaknya semua yang terjadi tidak menyenangkan, kita tidak boleh menyalahkan ataupun mempertanyakan. Karna ada Dia yang sudah merencanakan. Karna ada Dia yang berjanji, bahwa akan selalu ada kebahagiaan setelah kita berusaha sabar memeluk kesedihan. Karna ada Dia yang Maha Penyayang.


"yaa sekitar jam 8 atau jam 9an gue sarapan di gudeg yang waktu itu"

Ini soal kembali berjalan lagi. Saya tidak lagi ingin berpura-pura menjadi serupa luka yang terbuka. Kalau ini adalah diri saya berumur 17 tahun, pasti ia akan bercerita tentang bagaimana akhirnya punya kepercayaan diri untuk kembali melihat kaca. Ini mungkin perasaan yang serupa itu, tapi sepertinya kini, saya hanya ingin meraba. Menapaki pijakan satu-satu, terlalu perlahan sampai rasanya seperti mendekati terbang. Bukan, saya menolak dikata pengecut. Saya hanya berhati-hati untuk dua alasan yang semua gadis sangat mengerti. Pertama, karna luka masih lekat di dinding nadi. Kedua, baik saya dan kamu sama-sama masih belum tau dan menunggu tentang muara dari segala kebetulan-kebetulan dalam semesta kita. Akhirnya, dalam diam sepertinya kita sama-sama sepakat untuk tidak melakukan investasi pada hubungan serupa main-main yang sempurna dilengkapi dengan segala ke-entah-an.

Tapi izinkan saya untuk mengingat pertemuan kita yang teramat singkat. Dari setiap yang terjadi pada garis waktu, sepertinya pilihan saya, seperti biasa, jatuh pada bagian akhir pertemuan di hari itu. dimana kita akhirnya kembali berpisahan. 

Stasiun siang itu biasa. Bangku yang biasa, dengan jadwal kereta yang juga biasa. Semuanya biasa, kecuali kedua pasang mata dibalik lensa baru dari kacamatamu. Rasanya ada yang sendu. Ada yang menyesakkan, tapi anehnya membahagiakan. Ada binar samar yang sedikit menjelaskan (ini kalau saya tidak salah mengartikan) kelegaan, bahwa akhirnya kita tidak lagi terpisah sekian kilo jauhnya. Ada yang menyenangkan dan juga menghancurkan saya sedikit dari dalam, saya harus menghadapi ini, sendiri lagi.

"kayaknya gue masuk sekarang aja ya, biar lu langsung pulang, takut keujanan"

"yaudah, hati-hati ya"

Dan bagi saya, hari itu diakhiri terlalu dini, dengan high five kita di stasiun siang hari.

Pemandangan selanjutnya hanyalah punggungmu dengan backpack tosca lusuh yang entah sudah berapa kali pasrah dibawah derasnya hujan selama perjalanan. Sempurna menjauh.

Semoga kamu baik-baik saja. Semoga terlepas dari segala kekurangan sebagai manusia, semoga doa saya tetap sempurna. Asalkan sampai pada tujuannya, saya tidak apa jika segala rasa tetap tak bernama. Karna saya tau, saya percaya, doa kepada semesta tak akan pernah jadi sia-sia.
Menyoal pergi. Ini sudah dini hari, terlalu dini bahkan untuk berkata kita sudah menjelang pagi. Mungkin lebih pas jika aku sebut setelah tengah malam, istilah yang lebih cocok dengan kondisi kini yang sedang bersiap untuk mengikhlaskan. Toh sepertinya, hanya pada tengah malam kita akhirnya bisa membereskan apa-apa yang berantakan. Menjawab segala pertanyaan yang bergelantungan di langit-langit kamar. 

Menyoal pergi. Banyak hal-hal yang harus dibereskan sebelum beranjak pada pilihan yang lebih besar, lebih serius, lebih tidak main-main, pun mungkin lebih membebankan. Hutang-hutang ku mulai kucicil agar akhirnya bisa lunas tanpa ada tanggungan, pun penangguhan. Cukuplah segala hal dibayar di akhir perjalanan. Iya, yang sebentar lagi akan kita temui, akhirnya kita berpelukan. Hutang yang bermacam-macam, mulai dari hutang makan, hutang tumpangan, hutang keceriaan, dan bahkan yang paling sulit, hutang kebaikan.

Yang terakhir rasanya sampai kini belum habis pikirku untuk mendapatkan cara agar segera terlunasi hal-hal yang sudah diberi. Kebaikan yang selama ini mengisi segala celah dalam setiap usahaku yang sering kali setengah-setengah. Kebaikan yang selama ini menopang pundakku ketika sudah teramat lelah. Kebaikan yang terlalu penting, karna telah menyadarkan bahwa aku tidak hidup sendiri di dunia yang katanya penuh dengan segala tipu daya. Kebaikan yang aku pikir tak akan habis dilunasi meski dalam beberapa  kali reinkarnasi. 

Untuk itu, maka ingin aku ucapkan terima kasih. Terima kasih karna telah begitu ada untuk aku yang hanya teman biasa. Terimakasih karna selalu memberi untuk aku yang sering kali tidak tau diri. Terimakasih karna telah mengerti hal-hal yang telah beberapa kali membuat orang lain pergi.

Untuk yang sampai kini masih membersamai, masih menyambutku selepas sidang, selepas seminar, selepas hal-hal yang serupa gagal, selepas sesi penuh air mata dan bibir yang terus saja berdoa. Hutangku sepertinya akan sampai mati. Yang kubayar dengan menjadi orang yang lebih baik setiap hari. Menyebar kebaikan dengan penuh keikhlasan pada orang-orang lainnya. Yang juga coba kubayar dalam baris-baris pengharapan kepada semesta, untuk segala kelancaran, segala kesuksesan atas apa yang kalian usahakan, yang kucicil dalam lima waktuku setiap hari.

Semoga kita, dipertemukan lagi.

Surat ini, teruntuk kalian, Purwokerto dan seluruh isinya yang sungguh . . . telah benar-benar membahagiakan. Dita sayang sekali sama kalian. Sungguh sayang. Teramat sayang.
"gimana ya Dit, dulu juga gue ngerasanya gitu, kayak cepet aja gitu feelingnya, kalo gue lagi kangen tiba-tiba dia ngehubungin. Nah gue nggak tau nih, apa Allah yang memainkan hal itu atau gimana, tapi yang gue tau ya akhirnya dia bukan jodoh gue" gitu katanya di atas motor, dan sambil masih mencerna gue jawab "bukannya bukan vi, kita kan nggak tau" . . . "iya juga sih"

He is different. He is the boldest and the most arrogant man of all. He is near to kind, and He did made me remember that taking breakfast and dinner is indeed important for my sensitive ulcer. And his logic slapped me hard in the face several times. He is the one who didn't spoil me at all. And he is the one after bapak sama mama whom his name mentioned in every of my prayers. But after all of that unexpected details, apa iya he is the one that worth every trust?. Gue cuma capek salah percaya sama orang yang penuh tipu daya?. But then akhirnya, malam-malam di atas motor gue memutuskan untuk berdoa sesuatu, karna yang gue tau, Allah ada dimana-mana. 

"dan hanya kepadaMu lah Tuhanku segala urusan digantungkan. Hanya kepadaMulah aku berlindung dari segala tipu daya. dan dariMu lah aku percaya sumbernya segala perasaan. Maka ku kembalikan setiap hati yang tidak berharap kepadaMu. Berharap kau ganti dengan sesuatu yang setulus-tulusnya cintaMu. Karna itu aku juga berharap agar ditunjukkan lah segala percaya yang salah ditempatkan kepada manusia yang penuh tipu daya. Aku memohon dengan segala ketidak tahuanku soal dunia, untuk dibuka segala hal yang ditutupi, agar selalu terlindungi setiap hati. Lalu atas segala jawaban yang tidak memberikan kenyamanan, aku ikhlas, asalkan memang Engkau yang menunjukkan. Karna bahkan tak ada sehelai daun pun yang jatuh tanpa diketahui olehMu, Tuhanku".
Mari kita mulai lagi. Untuk yang kesekian kali. Menjadikan jarak dan ketidakhadiran sebagai pengujian. Akankah semakin mempertegas lupa untuk mengaburkan "kita"? Atau sebaliknya, membuat doa bertumpuk agar dapat terasa hangat serupa peluk?.

Sampai saatnya, semoga aku diberikan kesabaran untuk menanti jawaban, bukan bagian dari mereka yang sering kali menyalahkan keadaan.

Teruntuk Mas.

Mas, akhir-akhir ini banyak sekali yang ada di pikiranku. Kebanyakan adalah kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan. Aku takut menjadi anak yang tidak membahagiakan bagi kedua orang tuanya. Menjadi murid yang tidak dapat memenuhi ekspektasi gurunya. Menjadi manusia yang tidak memenuhi tujuan hidupnya. Mas, saat ini mimpiku menjadi hal besar yang semakin jauh dari angan. Menjadi pikiran yang tidak lagi meringankan, malah membingungkan, membuat semua pilihan yang ada menjadi rancu. Membuat aku ragu terhadap diriku. 

Mas, saat ini betapa sulit untuk aku percaya kepada diri sendiri bahwa aku mampu mencapai segala mimpi. Suatu hari, ketika akhirnya kita bertemu, kamu akan tau betapa keraguan terhadap diri sendiri adalah luka lama yang harus dihindari. Betapa bayangan hidup tanpa mimpi dan tujuan, dapat membuat aku hancur setiap hari. Mas, untuk itu bolehkah aku berpesan sesuatu? 

Mas, ketika akhirnya hidup kita berjalan beriringan, aku berjanji akan jadi wanita yang menyediakan segala kebutuhanmu setiap hari. Aku akan belajar memasak walaupun tidak bisa sama sekali. Belajar mengingat semua jadwal kehidupanmu, apa yang kau suka, dan makanan apa yang jadi larangan agar kamu selalu sehat. Mas, aku akan mengiringi dengan segenap hati, jiwa, dan raga tanpa henti. Aku akan berjalan sedikit lebih lambat untuk menjadikanmu imam, menurunkan ego untuk berbagi nahkoda kapal kehidupan, menundukkan segala kesombongan agar kamu nyaman. Mas, aku akan selalu berusaha menyediakan ruang dimana-mana agar kamu dapat terus menghidupi hidup yang kau ingini. Semuanya akan aku lakukan dengan sepenuh-penuhnya keikhlasanku, aku hanya ingin berpesan sesuatu.

Mas saat itu, tolong jaga mimpiku. Rawatlah. Dekatkanlah agar jadi nyata. Kuatkanlah ketika aku sudah mulai lelah. Yakinkanlah ketika aku sudah mulai tidak percaya. Mimpiku tidak butuh macam-macam. Hanya ruang dalam langit - langit yang serupa semesta kita. Karena saat ini aku baru mengerti, bahwa menjaga mimpi ternyata bukan pekerjaan sederhana. Aku masih ingin tetap bermimpi walau sudah jadi seorang wanita yang pintu surganya bergantung pada ridho seorang laki - laki.

Kini, aku juga selalu berdoa, agar kamu semakin didekatkan dengan segala mimpi, mencapai segala hal yang kamu ingini. Karna aku tidak ingin mendikte definisi bahagiamu meski sudah merasa memiliki.
Pagi tak akan pernah dapat mengerti tentang lelahnya jiwa yang lama berjalan sendiri. Tentang mereka yang matanya sudah terpejam semalaman, tapi tidak dengan cemas dan segala ketakutan akan masa depan. Temtang kesepian lain yang lebih mengerikan daripada makan malam yang sendirian. Tentang menjadi dewasa dan harus berganti menguatkan. Tentang anak semata wayang yang akhir-akhir ini mengerti, bahwa bukan sepi pada menjalani hari-hari yang membuat bersedih hati. Ini tentang bagaimana ia yang akhirnya menyadari, masa depannya, pilihan hidupnya, adalah soal kebahagiaan kedua orang yang selama ini memeluk segala kejatuhannya tanpa banyak tanya. Tentang mereka yang dengannya ia kemudian mengenal kata cinta.

Untuk pertama kalinya di suatu pagi, ia merasakan kesepian yang membebankan hati yang selama ini tidak pernah bermasalah dengan kata "sendiri".
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2025 (4)
    • ▼  Juni (2)
      • hari jumat
      • nekattt
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates