Hatiku tak pernah setenang ini. bolehkah ku tidur barang sejenak? bersandar dihangatnya punggungmu, memejamkan mata dengan aku yang tau bahwa kau disana, tak akan pernah sekalipun berpindah. jika terlalu lama, bolehkah kau biarkan saja? jangan dibangunkan, jangan ditinggalkan. mungkin jiwaku lelah, mungkin aku telah berpasrah, mungkin aku lebih awal mengalah.
Saya pernah belajar menjadi air untuk seorang api. Belajar menjadi seorang yang punya cadangan permintaan maaf akan apa yang terjadi. Belajar menjadi seseorang yang selalu disalahkan. Belajar menjadi seseorang dengan diri yang selalu tak cukup baik, tak cukup sempurna. Saya belajar meredam emosi ketika api sedang naik naiknya. Belajar bahwa sayang berarti menerima segala kurang. Belajar bahwa kemudian akan selalu ada batas terhadap kesabaran, walaupun katanya tak pernah ada batas. Belajar menerima bahwa tak ada yang abadi, dan terkadang wajar saja jika beberapa usaha kemudian sia sia. Saya kemudian belajar merajut luka, mengobatinya sendirian dengan perlahan dan tetap berjalan. Berusaha terlihat baik baik saja walaupun kecewa. Belajar bahwa tak semuanya akan berujung indah, yang terkadang kita sendiri yang mendefinisikannya. Belajar memaafkan dan mengikhlaskan, tapi tak kan pernah kembali. Belajar tau segala perjuangan perjalanan tak sepatutnya dibalas dengan mengembalikan masa lalu pada masa kini. Belajar bahwa beberapa hal memang tidak dapat dirubah, dengan beberapa hal lainnya hanya patut untuk dikunjungi, bukan ditempati, bukan didiami.
Kemudian, belajar mencintai lagi seolah belum pernah tersakiti. Belajar bagaimana terus berjalan maju walaupun masa lalu terkadang menghantui.
Ia meminta saya menulis tentang dia dan kehidupannya, memang salah satu ciri - ciri sahabat yang semena mena, tapi, ngangenin. Iya Ghin, akhirnya saya menulis untuk kamu dan segala kerumitan diri, hidup, dan hatimu yang tak sudah - sudah. Saya terdengar marah ya? iya, memang saya geram, karena menulismu ternyata tak semudah itu, menulismu membuat saya sadar kalau saya keliru.
Keliru?
Kekeliruan pertama datang karena satu hal yang lucu. Bukan karena selama ini kamu telah menjadi sahabat yang jauh tapi selalu ingat, bukan juga karena kok ya lagi lagi cerita kita jatuh pada alur yang tak jauh berbeda, atau karena ternyata kamu telah jadi salah satu makhluk - makhluk kampus yang sukanya rapat hingga susah ditemui ketika saya sempat. Kekeliruan itu bukan berasal dari fakta - fakta yang ternyata benar adanya, tapi justru karena celetukan angan saya ketika kamu hadir dan meminta satu tulisan yang topiknya adalah kamu, "lah Ghin, dapatkah saya menggambarkan kamu secara lebih baik daripada band Peterpan dengan lagunya yang berjudul Sally?"
Iya, Sally yang dilagu itu selalu sendiri.
Tapi setelah berpikir ternyata, emang iya, Ghina selalu sendiri?. Ghin, ngerasa selalu sendiri nggak? wkwk. Duh, yang niatnya nulis yang indah indah kok ya pengennya jadi nulis ngecengin Ghina and the perks of being Gadis remaja masa kini. Pertanyaan itu, kalau dilihat lagi jawabannya ternyata, nggak juga.
Kalau diingat - ingat, dulu kita pernah sedekat bangku nomer dua dan nomer tiga paling depan. Pernah juga berbagi pundak pada cerita - cerita yang tak terlalu manis untuk diingat. Bandingkan dengan sekarang, 12 jam naik kereta paling murah yang bikin pantat jadi panas, dipisahkan dua kota dengan gunungnya masing - masing, satu dibarat, satu di perbatasan antara tengah dan barat. Dulu saya selalu ada ketika kamu sedang galau galaunya, pun begitu sebaliknya. Sekarang tak akan ada cerita ketika tak ada tanya, atau sapa yang diada adakan. Semuanya tak apa, asal saya masih dianggap teman, asal kamu masih nyaman bercerita, dan dengan itu saya tahu, saya salah, kamu tak pernah sendiri. Sejak awal.
Kamu tak pernah jadi Sally. Kamu tak pernah sendiri, dan akan selalu begitu. Jika kamu melihat, ada banyak kawan yang doanya selalu lekat dalam perjalanan. Beberapa teman baru yang saya tak tau, atau teman lama kita dari masa lalu yang diam diam berpanjat untuk kesuksesanmu. Beberapa orang sebenarnya ada, walau fisiknya tak menemani, tapi diam diam ia peduli. Kadang memang terlihat tak peduli bahkan lupa, tapi kamu tau, yang peduli tak akan terlalu peduli apakah pedulinya dia dipedulikan. Yang terpenting adalah dia tau kamu baik baik saja dan selalu bahagia.
Belum lagi kedua orang tua yang selalu ada dan menjadi rumah ketika kamu sedang lelah lelahnya. Karna kita sama sama mengerti, cinta kedua orang tua kepada anak tunggalnya adalah satu jenis yang penuh dengan kekhawatiran, sayang, dan tanpa henti.
Selamat menua gin, Selamat menjadi yang paling tua diantara club twenty kita. Sendiri adalah kata yang jauh dari hidup lo, seenggaknya kalau sendiri, kita sendiri berdua, karna gue juga masih sendiri hahaha. Tapi gapapa, yang penting bahagia kan?
Kamu tak pernah jadi Sally. Kamu tak pernah sendiri, dan akan selalu begitu. Jika kamu melihat, ada banyak kawan yang doanya selalu lekat dalam perjalanan. Beberapa teman baru yang saya tak tau, atau teman lama kita dari masa lalu yang diam diam berpanjat untuk kesuksesanmu. Beberapa orang sebenarnya ada, walau fisiknya tak menemani, tapi diam diam ia peduli. Kadang memang terlihat tak peduli bahkan lupa, tapi kamu tau, yang peduli tak akan terlalu peduli apakah pedulinya dia dipedulikan. Yang terpenting adalah dia tau kamu baik baik saja dan selalu bahagia.
Belum lagi kedua orang tua yang selalu ada dan menjadi rumah ketika kamu sedang lelah lelahnya. Karna kita sama sama mengerti, cinta kedua orang tua kepada anak tunggalnya adalah satu jenis yang penuh dengan kekhawatiran, sayang, dan tanpa henti.
Selamat menua gin, Selamat menjadi yang paling tua diantara club twenty kita. Sendiri adalah kata yang jauh dari hidup lo, seenggaknya kalau sendiri, kita sendiri berdua, karna gue juga masih sendiri hahaha. Tapi gapapa, yang penting bahagia kan?
yang penting bahagia.
dulu seseorang pernah dekat, lalu usai, dan akhirnya pergi, gapapa yang penting dia bahagia. ada juga seseorang yang selalu saja hadir, tapi ternyata gadis itu bukanlah satu satunya yang diperlakukan istimewa, gapapa yang penting dia bahagia. ada sahabat yang tak tau kalau ia dicintai sebegitunya dan tetap saja mengejar seseorang lain yang terus berlarian, gapapa yang penting dia bahagia. ada mereka yang menghampiri lalu menghilang karna sudah tak lagi membutuhkan, gapapa yang penting mereka bahagia.
lalu terpikirkan, akankah ada seseorang, diatas segala pengorbanan, yang lalu mengambil keputusan "gapapa yang penting dita bahagia", tanpa ada sedikit pun nada sarkasme, tulus karna memang ia hanya menginginkan saya untuk berbahagia.
lalu saya dihantam ingatan. ada. orang itu ada
perkenalkan mereka, kedua manusia yang tak kenal keluh walaupun sudah berpeluh, hanya agar saya bahagia dengan hidup yang mereka berikan. agar saya tak merasakan kelaparan dan kedinginan. agar saya selalu berkecukupan segalanya. mengaminkan dan percaya akan segala keputusan ragu ragu yang saya buat, selama itu benar. dan bangga atas segala pencapaian yang menurut orang lain biasa saja.
"gapapa, yang penting dita bahagia"
ya Allah, terimakasih atas hadiah paling indah yang tak pernah saya minta, tapi selalu saya syukuri tanpa jeda. semoga Allah memberikan saya waktu dan usaha sampai dapat berkata
"gapapa, yang penting bapak sama mama bahagia"
I am falling down, not that hard, but quite destructive.
I always know there is something wrong with me, sometimes i have manic, being in the top of everything, everybody knows me, I can do anything I want, even something that usually frightened me, it is no longer that scary. Even in the middle of the night, when nobody is around, I can dancing around feeling good about my self, about my body, that I am beautiful as long as I'm happy.
And there is the time, the downfall. A time like this, I need more than dozen thing to be focus. I need something that terribly important to keep me doing something that I have to do, that it will just goes to waste if I abandon everything. But sometimes, this hectic mind telling me the opposite, and I abandon them. Things, people, good good people I know. Simple fact that makes me feeling stupid when soon, just really soon, I'll be miserable because having nobody around, to hug me, make me in comfort and telling me that it is okay not to be okay. And I forgot that I had pushed them at the very beginning. I closed the gate for everyone, I built that high high wall to keep them outside the borderline. I am forget that I am the one who make my own self feel desperately lonely.
Sometimes I forgot that I have people that cover my pain, all of the weaknesses I have. Sometimes I just desperately running chasing for solution in small closed box.
And if it is true, that nobody is there, I forgot that I have Allah that always be there. I just didn't ask for help, I just too arrogant to ask His companion. That He is the only one that can make my heart complete, make me no longer feeling lonely when I exactly alone. Just Him.
Mungkin, aku masih ada dalam setiap hal yang kau ingat soal bahagia.
Bisa jadi, bahkan sweater biru yang sudah koyak itu masih berbau aku.
Atau, bukannya tidak mungkin, di kepala mu masih ada senyum yang serupa lengkungan bibirku.
Mengakar, sampai kebawah dan berdiam di hati.
Barang kali, kau masih menyayangiku sampai sebegitunya.
Barang kali, kita memang tak pernah benar benar berkesudahan.
Barang kali, segala kemungkinan kita hidup masing - masing adalah apa yang hanya di ada adakan.
Dan segala kemungkinan - kemungkinan akan itu berkumpul jadi satu dan bertemu dengan realitamu.
Realitaku.
Realita mereka.
Dan kemudian muncullah kemungkinan terakhir.
Mungkin, kita memang diharuskan belajar mengeja bahagia dengan orang yang berbeda.
Karena seperti yang kita tau, segala mungkin adalah apa yang telah kita lewati. Bukan lagi yang kita ingini. Bukan lagi dalam bentuk mimpi.
Suatu hari akan ada seseorang yang memelukmu saja ketika segalanya buram dan abu - abu.
Matamu akan serupa rumah baginya, senyummu akan menjadi teh hangat di senja hari teman berbagi cerita.
Lenganmu adalah beranda rumah yang selalu lekat dengan ingatan ketika ia sedang lelah lelahnya.
Segala kurangmu adalah semua yang ia maafkan dan menjadi pemakluman.
Segala lemahmu adalah celah yang ia usahakan untuk dilengkapi oleh bagian dirinya.
Pundahknya adalah segala yang kau butuhkan ketika dunia tak lagi menyenangkan.
Dan ketika kamu membuka mata, hanya ada ia yang tertidur dengan tenangnya, dibawah sinar matahari yang mengintip malu malu dari jendela.
Lalu kau sadar, pagi itu, sela sela jarimu akhirnya terlengkapi dengan sempurna.
Suatu hari, kau akan lupa bagaimana kau pernah sebegitu tersakiti.
Suatu hari, segala bagian dirinya adalah pertemuan yang tak akan pernah jadi sesal walaupun perpisahan adalah suatu hal yang pasti.
Suatu hari, segala bagian dirinya adalah pertemuan yang tak akan pernah jadi sesal walaupun perpisahan adalah suatu hal yang pasti.
Suatu hari, di tengah segala kebahagiaan yang dilimpahkan, kau hanya akan mengucap setinggi tingginya syukur kepada Illahi karena Ia selalu menepati segala janji.
Mengobati apa - apa yang dilukai.
Menggenapkan semua hati.
ABOUT ME
Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.
POPULAR POSTS
Categories
Formulir Kontak
Diberdayakan oleh Blogger.