Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.




Aku senang dengan ini, aku cinta duniaku. Lalu kamu datang lagi dengan sejuta cerita yang mungkin aku tunggu. Aku telah menjelajahi luasnya dunia, ketika kau baru tau bahwa dunia tak sesempit angkutan umum tempat kita bercengkrama dulu. “Apakah kau sudah bertemu dengan lelakimu? Sosok yang kau tulis dalam setiap goresan tinta, sosok yang bukan aku”, itu katamu seiring dengan sesapan teh manis di cangkir, permukaannya bergetar sedikit, memantulkan cahaya kafe yang mulai temaram karna selimut waktu. Senyummu sore itu terkesan terpaksa untuk ada, bukan tipe senyum yang menghias tulus. Dan aku, tak kalah terpaksa yang menimpali dengan kata “sepertinya begitu”. Satu kata yang lalu menggantung di udara. “baguslah” Kau kembali tersenyum, senyum yang getirnya terlalu pahit. 

Ada selapis air yang mulai menggenang di pelupuk matamu. Tepat ketika di depan pintu kafe (dejavu ekstrim, seperti bertahun tahun sebelum ini, ketika kau mengatakan bahwa aku tak lagi dibutuhkan) aku serahkan undangan untuk acara 3 hari lagi. Acara pernikahanku.
Lalu kau memelukku erat, terlalu erat. Pelipisku seketika basah, tetesan air mengalir di pipi, kali ini bukan airmataku seperti yang sering terjadi dahulu, kali ini bagianmu. “maaf” suaramu bergetar hebat. Setidaknya aku tau, kali ini kata kata itu berasal dari dalam hati. “sudah” dan setelah itu hanya ada pelukan hangat pertemanan, satu satunya hal yang tersisa dari cerita yang kau akhirkan terlalu awal.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Aku senang dengan ini, aku cinta duniaku. Lalu kamu datang lagi dengan sejuta cerita yang mungkin aku tunggu. Aku telah hinggap dari satu cerita ke cerita yang lain. Aku hampir lupa denganmu, laki laki yang akhirnya secara tiba tiba datang lagi. 

Aku terkejut ketika kemarin ada amplop cokelat kusam dengan putik edelweiss diatasnya, terikat cantik, tapi sialnya hatiku berdetak sakit. Aku buka tali anyamannya dari ranting ranting kering. Didalamnya hanya ada secarik kertas “besok tak ada acara kan? Ayo bertemu! Kalau ada acara tetap bertemu, batalkan saja acaramu, besok, tempat biasa, cokelat panas menunggu kita”. Aku merutuk dalam hati, aku kenal tulisan kurus dan sedikit miring ini, kau masih sama sesuka hatinya seperti dulu, memangnya hidupku milikmu?!. Tapi tetap saja, hari ini kakiku melangkah bodoh, ketempat yang sama, secangkir cokelat panas yang sama.

 Jalanmu tegap dengan setas penuh foto. Foto foto itu punya persamaan dalam setiap gambarnya, bendera yang berkibar bebas diatas gunung, dan, senyummu yang selalu selebar itu. “pamer” bahagia. Aku tertawa kecil, formalitas. Kau bercerita tentang panjatan gunung yang satu dan berlanjut ke gunung yang lain. Menelusuri hutan belantara dan banyak bertemu keajaiban dunia, kearifan alam, yang kau agungkan setengah mati. Bercerita tentang kupu kupu yang selalu kau temui dimanapun kau berpetualang. Tentang keindahannya yang kau puji sampai ke spectrum terkecil. Tentang kebebasannya yang tanpa batas, tentang sayapnya yang ringkih tapi tetap terbang walaupun hidupnya sebentar. Kau mencintainya, dan oleh karna itu aku benci dia. Terutama, kebebasannya.


Lalu akhirnya kami ada diluar kafe cokelat panas, tatapanmu sama ringkihnya dengan sayap kupu kupu. Aku berbalik, bersiap ke arah jalan menuju rumah, mengusap air mata yang terbit perlahan. Lalu tanganmu terentang, membungkus punggungku lemah. Nafasmu masih aroma cokelat, hangat dan berhembus ketika berbicara tepat dibelakang telinga “tetaplah jadi jendela tempat kupu kupu itu datang dan hinggap walau sebentar”. Dan setelahnya pelukanmu mengerat, aku tak ingin beranjak. "jendelaku akan selalu terbuka walau aku masih tak suka dengan kebebasanmu", kau diam, tapi aku tau, senyumanmu ada dan terukir pasti di wajah itu.




dua cerita diatas terinspirasi dari lagu "Clarity" by Zedd ft Foxes. agak melencneg dari lagu sih sebenarnya mengingat lagu aslinya lebih galau dan sedih dari cerita gue yang ecek ecek, hahaha. tapi intinya sih dua cerita itu menggambarkan gimana rasanya ketika masa lalu kalian datang lagi, tapi bukannya membawa kabar gembira, malah sebaliknya. sakit gak sih?. kali ini benar benar bukan cerita atau curhatan gue, ini 100% fiksi, yaiyalah, yakali gue udah mau nikah. atau ya kali gue punya pacar anak mapala. too risky, gue nggak kuat kalau harus pacaran sama anak gunung, apa gak jomplang, dia yang tangguh, panjat sana panjat sini, lah gue yang olahraga pas ada pelajaran olahraga aja -__-". yah tapi mencoba memposisikan ketika berada di posisi itu, ketika kalian udah hampir,99,999 % move on, tapi manusia itu balik lagi. rasanya dibutuhkan tekad yang kuat agar 99,999% itu gak percuma, agar kita gak ikut balik lagi ketika dia ingin balik lagi. tapi itu tergantung persepsi masing masing ya, kalau menurut kalian ornag itu layak dibukakan pintu lagi ya kenapa gak? perpisahan kan gak selamanya soal ketidakcocokan sifat, kadang ada yang dipaksa pisah karna kondisi dan situasi yang nggak tepat. kalau sekarang segala terasa tepat, kenapa ngga?. tapi kalau memang sekiranya kesempatan yang sudah diberikan adalah kesempatan yang sudah sekian kali, itu sih namanya bunuh diri, hahahahha. 
 


"aku akan jadi dokter, usaha apapun akan kubayar, kujalani ikhlas, mengeluh tak pernah, dan segala hal yang diperlukan sampai kesana. aku akan jadi dokter"
celetukmu kala itu, di sela sela motivator berbicara, menatapnya dengan api semangat, tau bahwa segalanya adalah mungkin. seakan dapat menggenggam langit, menyimpannya dan kau taruh di atap atap kamar. kau pandangi setiap malam, setiap nafas berkata bahwa "aku akan ada disana, terbang bersama elang, menikmati dunia, menjalani mimpiku dengan bahagia".

kau berusaha sampai larut. tak kenal waktu, ketika mereka tertawa kau hanya diam dengan buku ditangan. semuanya tak berguna sebelum hari penentuan. belajar belajar belajar. "membangun mimpi" katamu kala itu dengan senyuman ikhlas dan bahagia. setidaknya aku senang, kau tak merasa menderita. aku, kami semua yakin bahwa kau akan sampai disana. puncak yang sdah kau tandai benar benar dengan tinta merah dan emas. tampat yang seharusnya kau berada. sekali lagi kau tersenyum membayangkannya. mimpimu berada di ujung hidung. tinggal kau hirup dalam dalam dan mengalir di arteri, memenuhi seluruh pembuluh dan menebarkan energi semangat untuk berlari lagi.

hari penentuan itu datang. parasmu seserius itu sampai kami tak sanggup mengganggu. kepalamu ditundukkan dan tercipta doa yang diujarkan lamat lamat di awal hari. kami mengaminkan dalam diam "kau pasti bisa". dan pagi itu adalah pagi suci yang terasa berjalan terlalu lambat. adrenalin meledak, tapi tetap kau merasa tak siap. "ini kurang, itu kurang, mungkin aku harus membaca lagi, menulis angka angka" dan segalanya kau lakukan untuk menenangkan hati. lalu bel berbunyi. itulah pertanda perangmu. perang yang pertama dan terakhir. tak akan ada lagi seperti ini, di perbudak soal dan menggantungkan takdir pada setiap bulatan yang dihitamkan. setelah ini jas kuning akan jadi pengantar identitas dan sumpah dokter akan jadi salah stau bagian hidup terpenting  beberapa tahun lagi. tapi semuanya, terlihat terlalu dekat untuk diraih. terlalu bersinar sampai menyakitkan mata. apakah ini baik?

hari itu datang, jantung mu seperti meledak keluar. detakannya terlalu cepat katamu, berkali kali kau menyentuh dada seperti menenangkan bahwa semua akan baik baik saja. apakah iya semuanya akan baik baik saja?. dengan takut takut kau buka, tangan itu terasa tidak yakin memegang kursor, terasa janggal ketika digerakkan, tombol tombol keyboard terasa terlalu acak dimatamu. dan dengan hembusan bismillah............

lemah. tanganmu kala itu kehilangan tenaga seketika. kau dijatuhkan ketika padahal kursimu masih dalam posisi sempurna berdiri, hanya saja beban tanggungannya kali ini terasa lebih berat. beban kekecewaan. ada tangis kala itu, seperti seharusnya yang terjadi. tangis sedih, percuma, segala usahamu terlihat sia sia. berkata menantang kepada Tuhan "aku sudah memberikan semuanya Tuhan" tapi langit tetap sunyi seperti senja senja kemarin. hening. dan sejak itu kau tak lagi menganggap usaha itu penting. mimpimu jatuh dan patah. gagal jadi realita.

kami datang, memelukmu erat, menghangatkan jiwa yang terasa dingin kecewa. berbisik suatu cerita.
"dahulu, sewaktu kau kecil, dengan rambut acak, senyuman yang sama ikhlasnya dengan kau beberapa minggu lalu, kau berkata "aku ingin jadi superman, terbang di angkasa, menolong kakek yang ragu di pinggir jalan, membantu ibu agar tak lelah berjalan ke pasar, membantu kalian semua teman untuk mengambil balon kita yang tersangkut di atas pohon". kata kata sederhana ditambah tangan yang terkepal diarahkan ke atas, berdiri diatas batu besar dengan jubah dari kain bekas yang berkibar bebas. kau siap lepas landas. loncatan besar saat itu kau rasa cukup. mimpimu berada di ujung hidung, kau hirup baik baik dan semangatnya masih sama membakar adrenalin.

dan buk!
kau jatuh tertelungkup, diam diatas tanah. kami panik sampai mati. langsung berlari dengan paras kalut, apakah kau masih baik baik saja?. dan kau perlahan bangun, menegakkan diri, pelipismu meneteskan darah segar, dan dengan ringannya tersenyum ikhlas. masih ikhlas yang sama dengan saat pertama. dan kau dengan mantap berkata "Calon superman memang boleh terjatuh kan? hehe".

dan kami berkata yang tak kalah mantap. "Ya, calon superman memang boleh terjatuh karena balon tak pernah tersangkut di pohon yang rendah."

(terinspirasi dari slide motivator motivator yang dulu datang ke sekolah gue. dengan mata ngantuk waktu itu ternyata gue masih bisa menyerap sesuatu. dan juga terinspirasi dari pengalaman teman teman seperjuangan, salam hormat buat kalian yang saat ini masih berusaha mencapai mimpi masing masing!)
Assalamualaikuuuuum! kalian dapat salam dari kota kecil yang beranjak perlahan beralih ke metro, purwokerto. tepat kemrin gue baru selesai ospek fakultas pertanian unsoed. yep! akhirnya gue duduk disana, mungkin sampai 3,5 tahun kedepan. sebelum ke inti, gue ingin bercerita sedikit tentang segala kepindahan hidup, keluarga, tempat bermain, dan teman. benar benar memulai segalanya dari nol. disini nggak ada yang gue kenal, nggak ada tempat yang terasa familiar, dan nggak ada makanan yang terasa meyakinkan untuk dimakan. dan satu satunya yang membuat gue mantap adalah kata kata 

hijrahlah, maka kamu akan mendapat ganti teman, keluarga, rumah, dan segala kebutuhan yang kau butuhkan.

jadi walaupun pijakan ini masih terasa belum mantap, gue tetap akan berusaha untuk hidup dan belajar sebaik baiknya disini. tanpa peduli kata orang lain, tanpa peduli bahwa sebenarnya ini jauh dari segala impian dan rencana hidup kemarin. 

jadi gue memulai kehidupan baru gue sendirian. kehidupan yang berbeda 180 derajat. yang dituntut harus mandiri dan hal hal lainnya. yang biasanya nyuci masih nebeng sama mama, sekarang harus nyuci, nyetrika, nyapu, ngepel, dan pekerjaan lainnya sendirian. yang biasanya makanan tinggal tring, sekarang kalau gue nggak keluar ya bakal kelaperan. nggak bakal juga ada yang neriakin nyuruh nyuruh makan, karna disini semua orang fokus dengan kehidupan dan urusannya masing masing. semua makhluk dewasa ini nggak ada hubungannya sama keluhan maba yang masih dalam orientasinyamelewati homesick dan keterkejutan akan segala tanggung jawab yang sekarang semuanya benar benarberada di tangan gue.

gue mulai dengan ngekos dirumah cat biru dipinggir jalan. letaknya strategis, dan oleh karna itu tarifnya mahal dan minim fasilitas -___-". pertama tinggal disini banyak ketakutan yang menghantui uuuuuuu. dan salah satunya, musuh bebuyutan gue, adaptasi. gue gak bisa jadii diri sendiri ketika masa masa adaptasi. tapi alhamdulillahnya, ternyata ketakutan itu berujung nothing. adaptasi gue sukses, teman teman kos disini menciptakan suasana baru yang bisa buat gue lupa kalau gue telah berkilo kilo jauhnya dari orang orang tersayang. mungkin, mungkin, mungkin gue telah menemukan keluarga baru, paling tidak untuk saat ini. tapi sebahagia bahagianya juga, tetep aja, udah 2 minggu ini setiap jum'at malam pasti gue chaw ke rumah mama. masakan mama, masih jadi candu yang susah dihilangkan. dulu kalau ada tawaran makan diluar atau dirumah, mungkin gue akan menjawab makan diluar. tapi sekarang, setelah tau kalau makan masakan mama yang ngangenin itu adalah suatu nikmat yang patut disyukuri, maka i surely choose my mom's food.

tbc......


Lama kelamaan, dimulai dari ritual kata kata pembuka “gue memilih bahagia hari ini” di awal pagi, maka kejaiban move on akan menyapa. Keliatannya ecek ecek banget karena conoh kasusnya berasal dari permasalahan khas anak remaja, tapi dasarnya bisa membantu dalam kehidupan sehari hari.

Nggak selamanya hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan,nggak sesuai ekspektasi diri atau orang sekitar, dan itu semua dapat dipastikan bikin kecewa. Seberapa besarnya rasa kecewa ya bergantung pada berapa banyaknya harapan yang ditaruh dalam setiap ekspektasi. Dan kita terlalu berlarut larut disana, kita memilih untuk terus kecewa. Perspektif yang diliat Cuma negatifnya aja, jadi nggak kepikiran bahwa apapun yang terjadi, kita selalu, selalu punya pilihan untuk bahagia. Hak yang dikasih tuhan langsung tanpa perantara dan kita buang gitu aja. Wasted. Mungkin susah untuk merubah perspektif kita ke sisi positif, di awal. Tapi kenapa kita nggak berusaha lebih untuk lompatan awal, awal memang selalu jadi yang tersulit kan.

Sebutlah gue disini sok pinter dengan omongan yang sok bener. Tapi ini semua gue tulis berdasarkan pengalaman. Gue sering kecewa, terlebih akhir akhir ini. Tapi karena gue teringat peristiwa di atas, bahwa gue pernah sukses dalam pilihan untuk bahagia apapun yang terjadi, maka kali ini pun gue ingin memilih lagi, untuk bahagia tentunya. Mulai belajar menerima keadaan lagi dari awal. Menjaga dan mengembangkan apa yang gue punya sekarang dan tutup mata pada apa yg nggak gue punya, nggak gue berhasil dapatkan. Toh selama ini Tuhan nggak pernah salah, Dia selalu tau mana yang paling gue butuhkan.

Berakhir dengan kata kata terkenal “hidup itu adalah pilihan”. Pilihan antara terus kecewa atau bangkit dan bahagia, mana pilihan lu tergantung hati dan sudut pandang. Bukan kondisi atau situasi. Jadi sekarang mana yang lo pilih? :)  
assalamualaikuuuuum semuaaaa! hah, akhirnya gue pindah juga dari kota yang hampir 18 tahun ini menjadi rumah setiap gue pulang kampong. Sekarang gue nggak kehilangan rumah, tapi kehilangan tempat untuk “mudik” karna akhirnya gue tinggal di kampong -___-“

oke, itu nggak terlalu penting. Kemarin gue nggak sengaja nyangkut di acara motivasinya Mario Tegar menghadapisegalacobaandanpatahhati , dan kali ini dia membahas tentang “memilih kebahagiaan” dan gue tertarik untuk membahasnya.

Banyak orang yang bilang kalau kita terikat dengan takdir. Saking terikatnya kalau sunatullahnya kita harus jatuh, ya kita akan jatuh. Tapi karena akhir akhir ini gue cukup banyak ‘jatuh” maka otak gue yang mulai menumpul pun diajak untuk memikirkan hal yang tergolong penting, karna biasanya otak gue terlalu tenggelam dalam keasikan memikirkan hal hal yang menurut orang lain nggak penting, seperti gue pernah berfikir keras, kenapa temen temen gue manggil gue alay, padahal gue nggak alay, juga kenapa mereka menambahkan jones sebagai nama tengah gue, padahal gue hanya jomblo dan nggak ngenes sama sekali! Camkan itu!, suatu hari gue akan mengumpulkan para jomblo untuk menyatukan kekuatan dan membuat dunia percintaan kalian luluh lantah huahahaahaha *tawa jahat*.

Nggak nyambung kan? Oke back to topic.

Saat pertama, mungkin bukan salah satu cobaan terberat karena ini cuma masalah percintaan remaja yang ecek ecek abis, cenderung alay dan tidak elegan -____- *gue pun masih heran kenapa gue bisa sampe segitunya, khilaf kali ini kelewat berat, bahkan sulit untuk gue memaafkan diri sendiri, huaaaa :””*. Jadi cowok yang pernah dekat sama gue, akhirnya dekat dengan cewe lain, dan kita, ya kita, gue, dia dan dia, sekelas. Kebayang kan gimana situasinya? Gue yakin pasti kebayang dan memahami, mengingat kalian sudah sangat teredukasi lewat ftv ftv kalo masalah kayak ginian, ya Cuma beda pemain, dan kali ini real :””. Mereka berduaan dan gue mojok sendirian di sudut kelas, sederhananya? Suram. Aura gue hitam butek dan hampir setiap hari diterpa badai angin puting beliung.

Nah keadaan itu otomatis membuat hari hari gue dikelas tambah “berwarna”. Hampir setiap hari ada kejutan kejutan yang dihadirkan. Tenang aja, ini benar benar kejutan kok, dan nggak semuanya nyakitin seperti yang kalian pikirkan. Situasinya pada saat itu, dia bimbang dan gue pun bimbang. Jadi ya maju mundur. Kadang kadang dia balik lagi yang bisa membuat gue melayang diatas awan dan besoknya bisa aja langsung jatuh ke cisadane dan hanyut kebawa banjir kiriman. Atau kadang kadang teman teman gue datang dan meramaikan hidup gue, dan lagi lagi gue dilambungkan ke atas awan. lupa deh sama cowok kayak gitu. Gampangnya, patah hati mudah dilupakan oleh kehangatan pertemanan. Dan dari berbagai macam mood yang absurd kala itu, rasanya hidup gue ada di roller coaster. terlalu cepat untuk ada di atas dan belum bersiap ketika tiba tiba dijatuhkan. Pada suatu titik gue takut untuk terlalu bahagia hari ini.

Gue hampir berkesimpulan, kalau gue terlalu bahagia hari ini, maka dapat dipastikan esok hari gue akan tenggelam dalam lautan kesedihan. Dan jangan meremehkan kekuatan pikiran, when you think blue is red, then, it is. Semua yang gue pikirkan jadi kenyataan, dan sialnya kenapa yang jadi kenyataan Cuma yang jelek jelek aja -___-“. Gue takut untuk terlalu bahagia. Menyedihkan ya? Betapa pengecutnya gue kala itu.

Lama kelamaan kesabaran gue habis, gue nggak kuat untuk selalu ada di “never ending roller coaster”. dan di atas motor, gue sampai pada suatu kesimpulan “ini hidup yang hak pinjamnya seluruhnya ada di gue, dan hanya gue yang berhak memilih untuk bahagia atau tidak, bukan cowok absurd atau kondisi yang super rese”. Dan sejak saat itu gue berniat untuk mengamalkan ilham itu pada setiap keseharian.

Gue nggak bilang kalau setelah mendapatkan ilham yang cemerlang lalu kita dengan gampang dapat merealisasikannya di kehidupan, karna faktanya itu susah. Esoknya, komitmen super gue pun diuji. Begitu sampai kelas, Cuma ada 2 orang yang berkumpul, dan seperti yang kalian duga, itu mereka. Dan gue masih tetap sendirian -___-“, harusnya ada pangeran berkuda yang datang membawa gue pergi dari sana dan bikin envy warga sekitar, tapi kenyataan tetap kenyataan, gue tetap sendirian, saat itu.

Pada hari hari sebelum “pencerahan”, melihat hal itu akan membuat gue menaruh tas dan langsung chaw dengan kecepatan cahaya keluar kelas, pengennya sih langsung menembus langit ketujuh, ngadu sama tuhan biar gue langsung dikutuk jadi cantik kayak taylor swift biar dia nyesel setengah idup, tapi sayangnya sekolah gue Cuma 2 lantai -___-“. Eeeit jangan sedih, karna gue sudah berjanji bahwa hari ini akan berbeda “gue memilih untuk bahagia hari ini, bukan cowo yang lagi flirting sama cewe lain dengan asiknya di dalam kelas” (sfx: tengtedengtedeeeeeeeeeng, suara gendering penuh kepercaya dirian bertabuh kencang di telinga). Dengan dagu ditegakkan, dada dibusungkan *agak ambigu ya*, dan langkah gue semakin mantap walau tas yang isinya udah kayak toko buku terasa berat *bukan melebih lebihkan, ini benar benar berat, suwer kewer kewer, karna ini kapan kapan kalau gue punya waktu senggang, maklum sibuk abich, gue mau ngajak ngopi ngopi santai menteri pendidikan buat ngobrolin penderitaan anak sma jaman sekarang yang tasnya udah berasa isi baja ringan semua -___-“*, gue pun masuk kedalam kelas, nggak lupa tampang super cool walau di dalam hati ada bara api yang bersuhu 1237 kelvin, menaruh tas dengan woles dan elegan. Lalu gue duduk, oh pasti cari tempat duduk didepan mereka dong, biar sinetron tambah seru. Dan saat itu gue bingung mau ngapain lagi setelah duduk -___-“

Gue putuskan untuk belajar (re: pasang headset, bolak balik lks, browsing lirik lagu). Pokoknya apapun gue lakukan, dan terimakasih Tuhan, karena nggak lama setelah kegiatan “belajar” gue berlangsung teman gue pun datang, dan dunia gue penuh canda tawa. Tawa gue kala itu terasa lebih kencang dari sebelumnya, dia berbunyi “MAMAM! GUE MASIH BISA NGAKAK WALAUPUN LU JUNGKIR BALIK, SENAM ATLETIK, JOGET ASEREHE SAMA CEWEK LAIN, NGGAK PEDULI! MUAHAHAAHA”. Itu baru balas dendam, dan gue bahagia :”). dan hari hari selanjutnya, karna gue telah memilih untuk bahagia hari ini, setiap hari ketika gue baru bangun tidur, maka itulah yang terjadi.

Pada beberapa hari, kata kata itu kadang diuji. Terasa berat untuk diamalkan, sampai sampai gue hampir menyerah “apa memang pilihan kebahagiaan bukan hak gue”. Lalu ketika hampir jatuh gue tinggal mengencangkan tekad dan meneriakkan kata kata ajaib di dalam kepala, magicnya, gue dapat kekuatan untuk bisa memilih lagi.

Sebenarnya, kalau gue boleh jujur adalah, bukan keadaan yang mengikuti pilihan hati, tapi pilihan hati gue yang mengikuti keadaan. Sederhananya, gue hanya mengganti “kaca mata”. Mengganti sudut pandang gue dalam melihat segala sesuatu di depan. Membiasakan diri dengan sikon yang sedang berlangsung dan fight back. Mungkin dulu, ngeliat mereka berduaan bisa menjatuhkan gue jadi kepingan kepingan kecil, tapi sekarang, pemandangan mereka yang sedang dekat yang berubah menjadi kepingan kepingan kecil. Gue mengabaikan dan melangkah, gue tau ngeliat kayak gitu Cuma bikin sakit, sedangkan memikirkan dan menjaganya terus ada dalam pikiran bisa bikin luka tambah berdarah darah, sampe tumpeh tumpeh *halah*, intinya kegiatan diatas nggak ada nilai positifnya, karena itu gue memilih untuk nggak melakukannya lagi. Gue berhenti menjadi pecandu perih. Gue menyalurkannya ke hal hal yang lebih penting, kalau duduk bikin sakit, maka gue berdiri. Kalau berdiri tambah sakit, maka gue berjalan. Kalau sampai berjalan sakitnya belum ilang, maka gue berlari. Lari terus sampai sakit itu nggak kerasa dan ketiup angin.
its not my time... its theirs. and i do happy for them.

assalamualaikuuuuum kaliaaaaaaaan. hehe, udah lama gue nggak cuap cuap ngalor ngidul disini. gue kangen banget sih sebenernya, tapi apa dayaaaaaa, gue masih dalam perjuangan menuju kampus impian. dan tepat kemarin adalah hari penentuannya. dari kata kata diatas mungkin kalian tau hasilnya kayak gimana, yep! gue nggak lulus sbmptn, hehe. dan dari temen temen gue, bisa dibilang, cuma gue yang nggak dapet.

its hurts actually, yet happy at the same time. i am happy for them, they get what they want, what they needed. thats what Allah always gave to us. dan masalahnya adalah, gue, agak, sedikit, tidak, menerima. berat emang, bukan masalah universitas atau titelnya, tapi ya ketika lu sudah mengorbankan beberapa hal, dan nggak dapet payback yang diharapkan, pasti kecewa. itu yang gue rasakan kemarin. rasanya tuh ya, segala perjuangan gue, yang ngerjain buku segede gede gaban, pulang malem, konsul setiap hari, sampe dijabanin tes nggak di kota tercintah, itu semua wasted. percuma, kayak nggak ada gunanya, karna pada akhirnya gue bakal di swasta swasta juga, yang nggak perlu usaha yang sebesar itu untuk jadi mahasiswa disana. dan terlebih lagi adalah, ngecewain orang tua. mereka udah keluar duit yang nggak sedikit untuk akomodasi gue wira wiri sana sini, belum segala pembayaran swasta yang ditempatkan di bangku cadangan. rasanya jadi dobel dobel.

nangis? oh jelas. bukan gue kalo nggak sensitif soal pengorbanan, well, mungkin manusia kebanyakan pun seperti itu. sebenernya gue sudah menyiapkan diri, sehari sebelum hari pengumuman doanya udah ganti dong bos, dari minta yang dikasih terbaik jadi, minta diberi kekuatan atas segala keputusan yang esok akan Ia tetapkan. yaaaa minta kekuatan gitu lah intinya, direndahkan hatinya kalo keterima, dan dilapangkan dadanya jika yang terburuk datang. dan ternyata, when it comes the worst, i lose my self control in an instant. hal yang pertama gue katakan sama nyokap adalah "maaf ma, aku nggak lulus, lagi. maaf maaaf banget", and the soap opera start to roll.

sejujurnya semua luapan emosi itu wajar, sangaaaat wajar. istilahnya gini, dalam judi, sakitan mana yang kalah taruhan seribu perak, sama 10 juta?. dan sialnya, ini bukan lagi soal uang. lebih dari itu, ada waktu, harapan, mimpi, dan pada beberapa orang masa depan. get state university they said, you will get success instead. agak kurang setuju sih, tapi untuk poin sekolah dapat merubah masa depan atau garis hidup, gue setuju. yah tinggalkan itu sejenak. intinya,yep! im definitely fallin into pieces. at that time. terlebih lagi nggak selesai sampai situ, beberapa hari setelahnya pun, gue belum mendapat kabar baik. gue gagal tes um undip. faktanya kali ini, gue bukan kalah soal kapasitas otak, tapi keteledoran, a little important piece. gue lupa nulis kode soal, dan itu kesalahan yang nggak bisa ditolerir sama sekali. sebegitu pentingnya untuk kita memperhatikan setiap detail penting. hal yang gue kurang, i just dont put extra attention for every details. dan hal itu bener bener jadi pelajaran di masa depan. setelah itu gue berjanji dalam hidup gue untuk memperhatikan setiap hal terkecil dalam hidup, bahkan ketika orang lain nggak aware soal itu. and then life must go on....

jumlah teman teman yang jadi teman seperjuangan untuk mendapatkan ptn makin sedikit seiring keluarnya beberapa pengumuman ujian mandiri. dan fakta bahwa gue belum dapet ptn manapun, cukup membuat down. rasanya sendirian. dan ternyata pada saat itu, gue tau, mana yang benar benar perhatian, dan mana yang sekedar pemuasan rasa ke"ingin tahu"an. it really is saddening. tapi ya, Tuhan menciptakan berbagai situasi dengan proporsi yang sempurna. tergantung kacamata apa yang kita pakai untuk melihatnya.

tapi akhirnya gue sadar, dulu gue pernah berdoa sama Tuhan. sekarang, gue akan mengusahakan segala apa yang bsa gue usahakan untuk mencapai impian gue, tapi kalau memang Allah emang berkata tidak, maka ya, gue terima. dulu berdoa seperti itu terasa mudah, gue nggak bakal nyangka kalau ketika kita telah berusaha dan tidak mendapatkan apa yg diharapkan itu rasanya bakal sesakit ini. sorry to say, ikhlas is hard enough for me. move on kali ini lebih susah :"". Allah seperti mau menunjukkan ke gue "mana kata kata lu dulu? yg bilang mau menggantungkan sepenuhnya sama gue?" jleb. dan gue tersadar, kali ini, gue benar benar mempertaruhkan semuanya sama Tuhan, jadi ya konsekuensinya adalah, gue harus menerima segaa keputusan yang telah Dia tetapkan. maka gue menerima. kali ini dengan lapang dada dan ikhlas hati.

positifnya adalah, hidup jadi terasa ringan, jerawat gue mulai perlahan mengundurkan diri dari muka. haahaha. terkadang kita emang nggak bisa terima apa yang Tuhan mau, apa yang Ia tetapkan, tapi suatu hari, kita akan mengerti, kenapa. alasannya.


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2025 (4)
    • ▼  Juni (2)
      • hari jumat
      • nekattt
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates