"kadang, kita tetap harus memilih kata kata yang benar saat bercanda, bahkan ke teman yang sangat dekat sekalipun. karna status sahabat tidak menjadikan orang lain kebal terhadap kata kata menyakitkan. tapi ia, bagaimanapun mengirisnya, akan selalu memaafkan. that's what friends are for, right guys?"
badai itu adalah malam dengan setumpuk buku yang habis dibaca. terdiam dan melihat hujan yang menderas seiring larutnya malam. ketika tak ada kerinduan yang dapat disesap dari secangkir hening. ketika yang ada hambar. tidak menyakitkan dan kesenangan sudah sampai di titik penghabisan, menunggu pagi ketika ia penuh kembali. mungkin sebaiknya aku meringkuk dibawah selimut lebih awal malam ini. masih bersama monyet yang lebih setia dari seorang laki laki, peluknya tak pernah erat, tapi apalah arti pelukan, aku pun belum pernah merasakan satu yang benar benar hangat, jadi momo cukup menjadi obat. selamat malam dear.
taukah kau, tidak ada satu pun karmamu yang dahulu adalah doaku. jadi sekarang jangan terus hadir untuk sekedar minta maaf. mereka tau bahwa maaf yang hadir setelah karma hanya diselimuti oleh selapis penyesalan tebal, tanpa isi, ketulusan. ah tapi itu bukan yang kumaksud kali ini, ada hal yang lebih penting. yang kau inginkan maaf? kau harus tau, maafku takkan merubah kesakitanmu. ia sudah datang dari jauh jauh hari, sebelum karma datang kepadamu, sebelum pelangiku datang kemarin senja. dan lihat sekarang? maafku terbukti tak merubah keadaan.
aku juga tak berkata ini berada di luar andilku. yah, mungkin ada sedikit aksiku disini yang mengakibatkan reaksi semesta. jadi beberapa bulan lalu, jika kau tau, aku selalu menyisipkan namamu yang sederhana kedalam setiap doa, setiap malam, setiap tangis. berharap ia adalah oaseku ketika duka menyapa, ya, oaseku kemarin adalah mendoakanmu. bukan doa yang rumit, hanya doa agar kau bahagia. sangat bahagia. dan see? semesta mengabulkannya. tapi sekarang berbeda. ada suatu ke-malas-an yang membuatku lupa untuk menaruh namamu dalam bait bait doa. ke-malas-an yang rumit dan tanpa sebab, hanya malas. mungkin seperti ke-malasa-anmu untuk mengurusi serpihan hatiku dan segala catatan patah hatinya. seperti ke malasanmu untuk berbalik, dan membalas maafku karna kesalahan kata, padahal hanya pertemanan yang ku tawarkan, aman, tanpa kenangan, tapi kau hanya malas, benarkah?. mungkin seperti itu, aku ragu, karna kau yang ini, bukan dia yang dulu pernah aku ajak jatuh cinta, aku tak mengenalnya.
jadi sekali lagi, karmamu bukan urusanku. maafku sudah hadir pada senja beberapa bulan lalu. silahkan cari sendiri dikotak kenanganmu.
kaca mulai terlihat menarik lagi setelah beberapa bulan ini bayangan didalamnya selalu buram dan kelabu. ku ukir senyum yang memperlihatkan seluruh gigi, menarik pipi setinggi tingginya, membuat semburat merah mudanya muncul secara ajaib. pagi ini kusadari, akhirnya aku, jatuh cinta. kau tau betapa indahnya? ah indah, hanya indah. ini terasa menyenangkan, membahagiakan. bukan lagi bayangan semu yang kucumbu sendirian ditengah keheningan malam. tak lagi dipeluk kerinduan yang menyiksa karna tak kunjung mendapat oasenya. bukan lagi kenangan yang menusuk setiap jaringan hati inci demi inci. mimpiku telah berganti.
jika ku beritau faktanya, bahwa kisahku masih sama, kemungkinan besar aku masih tetap tak bisa memiliki "tokoh" baru ini, kau pasti akan terkejut dan bersimpati sejadi jadinya. tapi apakah kau tau? walaupun begitu aku tetap bahagia. ku panjatkan kata kata syukur secara tulus hati kepadaNya karna perasaan ini. aku tak percaya, serpihan itu hampir sempurna sekarang, ternyata hatiku tak kehilangan kemampuan regenerasinya. kau tau? aku bahagia.
aku tau kita berbeda dan akan berpisah dalam hitungan minggu, tapi karnamu frasa ku tak lagi patah. thanks spider.
aku merasakan kenikmatan menjadi pengagum rahasia, lagi. terimakasih semesta atas perasaannya, kau memang agak lama, tapi tak pernah terlambat :)
ini aku, gadis di beranda dengan genggaman erat di cangkir teh susu, pelengkap senja kita. menunggumu disetiap ujung minggu, pertemuan kita yang tak pernah ku lupa. ketika kau bercerita tentang kehidupan dan kerumitannya. celotehan yang selalu sama menggebunya, cenderung berisik, tapi aku senang. karna denganmu aku tak perlu menjadi terompet kehidupan, meramaikan suasana mereka yang abu abu. denganmu, aku nyaman menjadi si kutu buku yang gemar membaca dan pendengar setia yang sedikit bicara. seolah olah, kamu dapat menjadi tempatku pulang.
ya ampun! aku terlupa bagian terpentingnya kali ini. mundur pada 13 bulan lalu. ketika cerita akan kita yang bersama, lengkap dengan segala kata kata cinta dan dua mangkuk mi ayam yang kosong telah mencapai akhirnya. berubah dari novel roman indah menjadi frasa frasa tak lengkap dan rumpang di selembar kertas lusuh yang bekas lipatannya dimana mana. perjuanganku untuk merubah kertas itu seperti baru, dan kamu yang terdiam dan tak bergeming sekalipun tangisku memecah segala keheningan duniamu. kesunyian paling menyiksa yang pernah ku punya, dan yang tak terduga adalah kamu, manusia yang memberikannya. anak laki laki yang sama yang telah memberi kan keramaian. aku terkejut, betapa kamu bisa sekontras itu.
karna itu, sampailah kita disini. hubungan yang dibangun atas dasar pengetahuan akan masing masing. aku yang tak pernah absen untuk mendengar ceritamu. memberi penawar yang pas ketika kegamangan menyapa, karna seperti katamu, aku adalah kebun di pekarangan tempatmu pulang. kebun yang kau namakan persahabatan. selamanya aku benci kata kata itu. karna itu batasku untuk tak meluapkan perasaan seenak jidat. seperti menghambur di rentangan tanganmu dan diam diantaranya. mengucapkan selamat pagi sampai selamat malam yang tak pernah tertinggal. persis seperti dulu. memastikan bahwa kau selalu baik baik saja dan bahagia, yah setidaknya secara terang terangan. bukan seperti ini, dibelakang punggungmu, mengintip dan menengadahkan tangan ke semesta, membisikkan doa yang bercerita betapa ku ingin kau untuk bahagia, keringanan hati, dan pasangan yang mengerti. tak lupa kutambahkan tentang 3 kata yang selama ini tak kau dengar, aku rindu kita.
untuk yang itu aku tak berharap semesta akan menyampaikannya. cukup ia dan aku yang tau rasanya. dan satu lagi yang tak kau tau, aku masih sering bermain dengan kenangan tentangmu, ya, sendirian. oleh karna itu beberapa hal memang lebih indah jika tak diucapkan. walaupun kau tau, aku tau, dirimu tak lagi dapat menjadi tempatku pulang seperti dulu. itu bukan lagi tempatku, jadi diamlah disana, berikan ia tempat paling nyaman untuk melepas penat dan beban kehidupan, tempat ia pulang. like i used to.
gadis ini tak sekuat itu jika harus terkunci dalam suatu persahabatan. aku tak mau. takkan pernah mau seperti itu. biarkan cerita kita benar benar habis sampai ke akar.
aku selalu menemani bintang, tak perduli rasi apa yang terlihat setiap malamnya berganti. bentuk yang semakin sedikit diperhatikan orang, tapi apakah kau tau? aku selalu mencatatnya setiap waktu. ketika ia berbentuk kuda terbang melayang indah, bebas, dan cemerlang, sampai ke rasi bintang kapal karam, menyuratkan kesedihan yang kau rasa, aku rasa. semua itu biasa, karna tak selamanya setiap hal harus sempurna, bahkan bintang seterang dan sejaib kamu pun pasti pernah tertutup awan mendung. kau tantang kabut abu abu malam, berlomba dengannya agar sinarmu dapat sampai kejendela mungil makhluk kecil yang terbaring manis diatas tempat tidur, mengantarnya terlelap sampai ke alam mimpi. indahnya kamu. jadi tetaplah ada disana, bersinar di langit tenpat kau berada, tempat kita bercerita.
ini surat kecil dariku, pengagum rahasiamu, yang setia dibelakangmu. aku tak menunggu, karna jika kita bersatu kau takkan lagi dapat menjadi nina bobo terindah untuk jutaan makhluk kecil disana. maka aku hanya memperhatikan dan membuatmu menjadi lebih indah, merelakan diriku agar jadi si tritagonis dalam cerita kita, yang namanya sering terlupa dan tak pernah menjadi bagian puisi cinta. tapi sekali lagi, jika itu kamu bintang, maka segenap hati aku ikhlas menjadi yang tak teringat, walaupun selamanya. well, introduce me, darkness.
assalamualaikuuuuuuum!!!
jadi kali ini jangan kira gue akan membahas lagu butiran debu yang sempet ngetren beberapa waktu lalu di indonesia, please ya, bukan itu. walaupun "rasa"nya tetep sama, yaitu galau. hadeeeeh galau lagi galau lagi, kayak nggak ada topik lain aja, ye nggak?. tenang aja, disini nggak akan ada peri yang sok sokan nulis blog, alhamdulillah gue udah nggak segila itu, walaupun gue kangen untuk nulis kayak gitu lagi sekali kali, cari sensasi jadi pujangga dadakan yang kalo galau nyiletnya pake gergaji mesin -,-.
jadi gini ceirtanya, setiap mendekati ujian kelulusan gue punya kebiasaan untuk ngebongkarin buku buku lama di kardus. nah, sore ini berhubung gue lagi senggang dan bisa leyeh leyeh dirumah, jadilah gue laksanakan kegiatan itu seperti 3 tahun yang lalu. nggak lebih dari sekedar nyari buku buku latihan yang isinya problem solving yang bahkan mbah google aja angkat tangan. nah disini letak benih benih galau kembali bermunculan. dan hasilnya, nihil. gue nggak merasa menemukan apa yang gue cari, entah kenapa semua buku buku penting itu ilang, yang muncul malah beberapa lks usang yang tak berguna, cuma bikin bersin sama kotoran yang nyelip di sela sela kuku. dan ada serpihan hati disana yang juga ilang.
entah darimana asalnya, ada sedikit harapan untuk menemukan jejak jejak masa lalu yang ketinggalan dan lupa gue bereskan. karna ya, memang kelas 1 adalah masa masa dimana cerita itu lagi ada di titik klimaks. dan semuanya, lenyap. yang ada cuma tas rajut dengan tulisan warna merah "MALIOBORO". dari semua yang pernah "kita" punya, yang tersisa hanya itu, dan sekarang gue bimbang itu tas mau diapain. mau gue pake kesekolah, mending harakiri kalo sampe ketauan subjeknya, dan kalo gue buang, sumpah gue nggak sejahat itu, nggak peduli apa yang udah terjadi beberapa waktu lalu.
kejadian sore ini terpaksa membuat gue membandingkan keadaan tahun ini, dan 3 tahun lalu. tepat ditengah tegangnya detik detik UN, ditengah hecticnya pengayaan, ditengah kehangatan teman teman yang sebnetar lagi berpisah. lucu kalo inget dulu gue selalu buru buru setiap pulang sekolah buat sampe rumah, hanya untuk berhubungan sama si subjek lewat pesan singkat (anak smp kan nggak boleh bawa hape, nasib -,-). sebenernya sekarang juga sama, gue juga selalu buru buru buat sampe rumah, iya, alasannya masih karna orang yang sama, tapi kali ini yang ada cuma menghindar. miris ya?. dan yang paling radikal ketika malam sebelum un yang harusnya kita isi dengan belajar, malah gue isi dengan smsan -,-. itu campuran antara bodoh dan agak bego, tapi namanya orang lagi jatuh cinta, besok ada tornado, angin puyuh, selama masih bisa smsan tenang aja kayaknya, huaahhaha. dan kali itu, untuk pertama kalinya gue merasa nggak jatuh cinta sendirian.
memanggil semua memori itu sekarang terasa hambar. gue udah lupa rasanya, lupa senangnya ketika ada orang lain kasih perhatian lebih, lupa gimana penasarannya masa masa "wondering", dan lain lain. sama kayak buku buku penting itu yang coba gue cari cari tapi akhirannya nothing, setelah dusnya gue temukan ternyata nggak ada yang bisa gue pungut lagi dari dalam sana. kenangan juga kayak gitu, lu masih inget jelas gimana settingnya, kata katanya, bahkan sampai baju yang lu pakai kala itu, tapi bedanya tanpa "rasa". seperti nonton film hitam putih tanpa suara. ketika lu temukan tempatnya, nggak ada yang bisa diambil lagi dalam kenangan, nggak akan ada rasa yang bisa disesap selain hambar. jadi sore itu gue tutup dengan mengikat dus dus pake tali rafia sekencang kencangnya, sembari berkata dalam hati. "liat kan? disini nggak ada yang bisa lu ambil lagi, jadi nggak usah ada rasa penasaran lagi seperti kemarin, cukup tutup rapat rapat, and clean the mess up". kata kata itu untuk rasa penasaran akan buku buku catetan yang ilang, dan juga kenangan yang tertinggal.
subjeknya gue anggap sudah hilang, manusia yang kini setiap hari gue temui bukan "dia" yang dulu gue kasih perhatian lebih, bukan tempat sharing cerita sehari hari yang nggak penting khas anak sma, bukan manusia yang pada malam sebelum UN bercanda lewat pesan singkat, dan bukan tempat gue berbagi rasa, dia bukan lagi remaja cowok yang berkata dengan tulus hati "lo satu satunya, dan gue akan nunggu itu sampai waktunya tepat, i'll always stand by you". dia. lenyap.
ada satu pertanyaan dari teman gue yang akhirnya sembuh dari masalah serupa dan telah menemukan obatnya. yang pertanyaannya cuma bisa gue jawab pake senyum.
entah darimana asalnya, ada sedikit harapan untuk menemukan jejak jejak masa lalu yang ketinggalan dan lupa gue bereskan. karna ya, memang kelas 1 adalah masa masa dimana cerita itu lagi ada di titik klimaks. dan semuanya, lenyap. yang ada cuma tas rajut dengan tulisan warna merah "MALIOBORO". dari semua yang pernah "kita" punya, yang tersisa hanya itu, dan sekarang gue bimbang itu tas mau diapain. mau gue pake kesekolah, mending harakiri kalo sampe ketauan subjeknya, dan kalo gue buang, sumpah gue nggak sejahat itu, nggak peduli apa yang udah terjadi beberapa waktu lalu.
kejadian sore ini terpaksa membuat gue membandingkan keadaan tahun ini, dan 3 tahun lalu. tepat ditengah tegangnya detik detik UN, ditengah hecticnya pengayaan, ditengah kehangatan teman teman yang sebnetar lagi berpisah. lucu kalo inget dulu gue selalu buru buru setiap pulang sekolah buat sampe rumah, hanya untuk berhubungan sama si subjek lewat pesan singkat (anak smp kan nggak boleh bawa hape, nasib -,-). sebenernya sekarang juga sama, gue juga selalu buru buru buat sampe rumah, iya, alasannya masih karna orang yang sama, tapi kali ini yang ada cuma menghindar. miris ya?. dan yang paling radikal ketika malam sebelum un yang harusnya kita isi dengan belajar, malah gue isi dengan smsan -,-. itu campuran antara bodoh dan agak bego, tapi namanya orang lagi jatuh cinta, besok ada tornado, angin puyuh, selama masih bisa smsan tenang aja kayaknya, huaahhaha. dan kali itu, untuk pertama kalinya gue merasa nggak jatuh cinta sendirian.
memanggil semua memori itu sekarang terasa hambar. gue udah lupa rasanya, lupa senangnya ketika ada orang lain kasih perhatian lebih, lupa gimana penasarannya masa masa "wondering", dan lain lain. sama kayak buku buku penting itu yang coba gue cari cari tapi akhirannya nothing, setelah dusnya gue temukan ternyata nggak ada yang bisa gue pungut lagi dari dalam sana. kenangan juga kayak gitu, lu masih inget jelas gimana settingnya, kata katanya, bahkan sampai baju yang lu pakai kala itu, tapi bedanya tanpa "rasa". seperti nonton film hitam putih tanpa suara. ketika lu temukan tempatnya, nggak ada yang bisa diambil lagi dalam kenangan, nggak akan ada rasa yang bisa disesap selain hambar. jadi sore itu gue tutup dengan mengikat dus dus pake tali rafia sekencang kencangnya, sembari berkata dalam hati. "liat kan? disini nggak ada yang bisa lu ambil lagi, jadi nggak usah ada rasa penasaran lagi seperti kemarin, cukup tutup rapat rapat, and clean the mess up". kata kata itu untuk rasa penasaran akan buku buku catetan yang ilang, dan juga kenangan yang tertinggal.
subjeknya gue anggap sudah hilang, manusia yang kini setiap hari gue temui bukan "dia" yang dulu gue kasih perhatian lebih, bukan tempat sharing cerita sehari hari yang nggak penting khas anak sma, bukan manusia yang pada malam sebelum UN bercanda lewat pesan singkat, dan bukan tempat gue berbagi rasa, dia bukan lagi remaja cowok yang berkata dengan tulus hati "lo satu satunya, dan gue akan nunggu itu sampai waktunya tepat, i'll always stand by you". dia. lenyap.
ada satu pertanyaan dari teman gue yang akhirnya sembuh dari masalah serupa dan telah menemukan obatnya. yang pertanyaannya cuma bisa gue jawab pake senyum.
"lo kapan dit?"
"entahlah"
ABOUT ME
Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.
POPULAR POSTS
Categories
Formulir Kontak
Diberdayakan oleh Blogger.