malam ini kuhabiskan dengan terlalu cepat berada di tempat tidur. mengistirahatkan tubuh dan hati setelah seharian penuh diperas habis habisan. sejujurnya cerita tadi pagi dan uh, pemandangan yang agak mengganggu itu benar benar mengguncang. mungkin ini hal sepele, hanya melihat axel dan sinta berduaan di kelas mereka, bercengkrama dengan bahagianya, seharusnya bukan sesuatu yang dapat mengjungkir balikkan duniaku, tapi ada sesuatu disana yang menyakitkan hati, karna faktanya, dulu itu adalah janji axel, bukan janji yang serius memang, hanya obrolan santai dan sialnya membekas sampai hari ini. dan sekarang dia melakukan itu dengan gadis lain.
memang bukan salahnya yang berpindah terlalu cepat, aku tau bahwa ini adalah pilihanku. pilihan menjauh darinya untuk beberapa waktu, tapi ternyata kesalah pahaman akan selalu ada. dia terlalu cepat mengambil kesimpulan, dan akhirnya pergi. ya, meninggalkan aku yang menjaga hati seorang diri seperti orang bodoh, mempertahankan sendirian. terlalu polos dan itu wajib masuk daftar-kesalahan-yang-paling-kusesali-di-2012. tak sadar air mata ini mentes setitik demi setitik, ah aku letih tuhan, setelah apa yang terjadi akhir akhir ini.
kumatikan lampu kamar dengan cepat, dan meraba meja tempat handphone ku biasa tergeletak. kusempatkan melihat layar handphone untuk yang terakhir kalinya. aku memang berharap ada sedikit pesan singkat sederhana darinya, yang biasanya memberi sedikit semangat pada hidupku yang mulai kelabu. dan lucunya sekarang ia menjadi bagian dari kelabu itu. handphone itu masih bergeming, harusnya aku sadar, tak kan lagi ada sms sms konyol, ataupun telfon tengah malam. kumatikan dan kukunci handphone tak berdosa itu didalam lemari, ingin rasanya aku menelan kunci lemari itu bulat bulat, tapi sayangnya aku bukan limbad. setengah frustasi kupejamkan mata, masuk ke dunia yang akhir akhir ini menjadi tempatku berlindung. kenyataan memang tak selalu indah, itulah gunanya imajinasi, meyelamatkanmu.
disana hanya padang rumput yang luas membentang sepanjang mata memandang. hijau, tak ada yang lain. walaupun begitu rumputnya bukan tipe yang tak terurus dan menusuk kulit, dia pendek pendek dan halus, lebih seperti menggelitik telapak kakimu yang telanjang di atas permukaan. ia meliuk ketika angin sejuk menerpa daerah ini, seperti ombak yang berwarna hijau, tapi tentu saja tanpa buih, karna ini bukan laut, sekali lagi, ini tak lebih dari sekedar padang rumput yang indah dan sederhana.
disini aku bisa menambahkan apapun sesuka hati, apapun, mulai dari hujan permen, badai gulali kapas, sampai banjir bubur sum sum, terlalu cinta dengan makanan tradisional, pernah sekali aku mencoba mengkhayalkan hal itu terjadi disini, dan tring! dalam sekejap padang rumput ini dipenuhi bubur sum sum dengan kuah gula merahnya yang manis, dan ternyata merasakan tekstur bubur sum sum di kakimu itu bukan suatu hal yang nyaman, lebih kepada menjijikkan. jadi sejak itu aku tak pernah melakukannya lagi. aku lebih sering menambahkan detil detil yang sederhana dan cenderung menenangkan, karna setelah semua yang terjadi akhir akhir ini, yang aku butuhkan hanyalah ketenangan.
disini aku tak perlu payung, karna tak mungkin hujan, aku tak suka hujan. mengingatkanku akan semua hal yang telah berlalu, kenangan, nyata dan menyakitkan, tapi sayangnya takkan pernah bisa diraih kembali, bahkan jika hanya sekedar merasakan bagaimana rasanya berada di dalam situasi itu, sulit. seandainya saja terdapat tombol delete dalam otak manusia, kau bisa memilih untuk membuang hal hal yang tak ingin kau ingat, aku yakin, pasti jumlah orang yang kehilangan akalnya dan bunuh diri akan langsung menurun. karna sejujurnya, kenangan hanya memperburuk luka yang ada, dan efeknya? mendekati frustasi. karena itu, dunia hanya butuh manusia yang realistis untuk bertahan, dan aku takut bukan salah satunya.
ditengah padang rumput itu terdapat satu pohon besar, aku tak tau jelas jenis pohon itu. daunnya rindang, membentuk semacam kanopi yang cukup lebar untuk meneduhkanmu jika ingin merebahkan diri dibawahnya. ia tak berbuah, hanya batang yang besar, dan daun yang hijau. Terkadang kubuat dengan semburat oranye, seperti di negara negara 4 musim. ketika musim semi datang dan daun daun berguguran.
jangan bayangkan aku seperti di kehidupan nyata. disini aku cantik, oke memang di kehidupan nyata pun begitu tapi ini lebih seperti bersinar. rambutku panjang dan bergelombang, hal yang jelas tak kuinginkan di tengah kota tangerang yang suhunya menguras keringat. disini aku hanya memakai gaun satin berwarna putih bersih, kainnya lembut dan melambai ketika angin bertiup, dengan mahkota mungil yang melingkari kepala, terbuat dari besi yang dipilin menjadi rantai bunga bunga cantik yang bermahkotakan berlian. indah. jika kubawa kedunia nyata, itu jelas mahal. tapi siapa yang berfikir tentang uang jika disini kau bisa punya segala yang kau inginkan. dan satu hal lagi yang kusukai disini. aku bisa bebas berlari, kemanapun, hanya kebebasan.
aku selalu berlari, satu tujuan dan tak pernah berganti, ia seorang pria dibawah satu satunya pohon di padang ini. duduk dengan tenang membiarkan rambut coklat gelapnya tertiup angin sepoi sepoi. ia jelas tinggi, terlihat dari kakinya yang menekuk terlalu tinggi ketika duduk dengan tenang, seperti biasa, tepat disampingku. walaupun, setelah sekian masalah terlewati dan tentu saja dia menjadi tempatku bercerita, aku masih tak tau namanya. dan ketika kurebahkan diriku disampingnya, dia hanya menunduk dan tersenyum, menenangkan.
"jadi, kali ini apa yang terjadi?" ia berkata seraya tangannya yang menyingkirkan sedikit rambut didahiku, dengan kelembutan yang selalu sama.
"banyak. salah satunya adalah akhirnya dia telah berpindah, seperti kataku dulu kepadamu, ingatkan?" dengan mata terpejam, berusaha meresapi kata kataku barusan, masih dalam proses penerimaan bahwa itulah fakta yang ada.
"kau sudah tau bahwa itu konsekuensinya kan?" seraya berdiri dan merentangkan tangan menyambut hembusan angin, memasukkan udara sebanyak yang ia bisa. bahkan aku masih sedikit ragu apakah memang ia butuh udara? karna jelas ia hanya makhluk yang hanya tercipta di alam bawah sadarku, bukan manusia.
"tentu saja"
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
assalamualaikuum semuaaaa!!! kembali lagi dengan gueee disini, wowhohoho. ini masih lanjutan ceirta yang sebelumnya. bedanya adalah, kali ini gue sedikit sekali memasukkan adegan percakapan, nggak seperti kemarin yang hampir seluruhnya isi percakapan si tokoh dengan temannya. yap! gue memang sedang belajar membangun kata kata yang dapat menciptakan daya imanjinasi kalian. karna faktanya itu agak susah, terkadang setelah sudah fix dan gue baca ulang, malah jadi terkesan lebay dan sok puitis -,-. tapi teteup sih, masih susahan membangun adegan adegan percakapan. gue pribadi merasa itu bagian tersulit, karna si penulis harus benar benar membuat kata kata dan perilaku yang mengirinya senatural mungkin. jadi pembaca juga enak bacanya, ngalir gitu aja kayak cisadane yang kemaren banjir, meluap, dan menyusahkan mobolitas siswi sma kayak gue yang berangkat subuh pulang isya -.-.
oke btt, terkadang gue pengen belajar dari novel novel indonesia, karna sejujurnya selama ini novel gue kebanyakan dari luar semua. bukannya nggak cinta produk lokal, tapi gue takut kecewa kalo beli novel indonesia. karna kebanyakan novel lokal yang selama ini gue baca mengecewakan. kadang terlalu ketebak gitu ceritanya kayak gimana. pernah tuh, sebut saja novel x, itu novel untungnya gue pinjem dari temen, karna setelah gue baca gue bener bener bete dan gue hentikan ditengah jalan, karna gue udah tau akhirannya bakal kayak gimana. kalo gue beli, langsung harakiri -,-. walaupun gue juga nggak yakin bisa bikin novel lebih bagus dari itu atau nggak. yah namanya juga amatiran, kerjaannya kritik terus, tapi gue akan terus belajaaaaar!!! ganbattte!!!!
kalo bisa kritik dan saran yang membangun yaaa, dadaaaaaaaah :*
memang bukan salahnya yang berpindah terlalu cepat, aku tau bahwa ini adalah pilihanku. pilihan menjauh darinya untuk beberapa waktu, tapi ternyata kesalah pahaman akan selalu ada. dia terlalu cepat mengambil kesimpulan, dan akhirnya pergi. ya, meninggalkan aku yang menjaga hati seorang diri seperti orang bodoh, mempertahankan sendirian. terlalu polos dan itu wajib masuk daftar-kesalahan-yang-paling-kusesali-di-2012. tak sadar air mata ini mentes setitik demi setitik, ah aku letih tuhan, setelah apa yang terjadi akhir akhir ini.
kumatikan lampu kamar dengan cepat, dan meraba meja tempat handphone ku biasa tergeletak. kusempatkan melihat layar handphone untuk yang terakhir kalinya. aku memang berharap ada sedikit pesan singkat sederhana darinya, yang biasanya memberi sedikit semangat pada hidupku yang mulai kelabu. dan lucunya sekarang ia menjadi bagian dari kelabu itu. handphone itu masih bergeming, harusnya aku sadar, tak kan lagi ada sms sms konyol, ataupun telfon tengah malam. kumatikan dan kukunci handphone tak berdosa itu didalam lemari, ingin rasanya aku menelan kunci lemari itu bulat bulat, tapi sayangnya aku bukan limbad. setengah frustasi kupejamkan mata, masuk ke dunia yang akhir akhir ini menjadi tempatku berlindung. kenyataan memang tak selalu indah, itulah gunanya imajinasi, meyelamatkanmu.
disana hanya padang rumput yang luas membentang sepanjang mata memandang. hijau, tak ada yang lain. walaupun begitu rumputnya bukan tipe yang tak terurus dan menusuk kulit, dia pendek pendek dan halus, lebih seperti menggelitik telapak kakimu yang telanjang di atas permukaan. ia meliuk ketika angin sejuk menerpa daerah ini, seperti ombak yang berwarna hijau, tapi tentu saja tanpa buih, karna ini bukan laut, sekali lagi, ini tak lebih dari sekedar padang rumput yang indah dan sederhana.
disini aku bisa menambahkan apapun sesuka hati, apapun, mulai dari hujan permen, badai gulali kapas, sampai banjir bubur sum sum, terlalu cinta dengan makanan tradisional, pernah sekali aku mencoba mengkhayalkan hal itu terjadi disini, dan tring! dalam sekejap padang rumput ini dipenuhi bubur sum sum dengan kuah gula merahnya yang manis, dan ternyata merasakan tekstur bubur sum sum di kakimu itu bukan suatu hal yang nyaman, lebih kepada menjijikkan. jadi sejak itu aku tak pernah melakukannya lagi. aku lebih sering menambahkan detil detil yang sederhana dan cenderung menenangkan, karna setelah semua yang terjadi akhir akhir ini, yang aku butuhkan hanyalah ketenangan.
disini aku tak perlu payung, karna tak mungkin hujan, aku tak suka hujan. mengingatkanku akan semua hal yang telah berlalu, kenangan, nyata dan menyakitkan, tapi sayangnya takkan pernah bisa diraih kembali, bahkan jika hanya sekedar merasakan bagaimana rasanya berada di dalam situasi itu, sulit. seandainya saja terdapat tombol delete dalam otak manusia, kau bisa memilih untuk membuang hal hal yang tak ingin kau ingat, aku yakin, pasti jumlah orang yang kehilangan akalnya dan bunuh diri akan langsung menurun. karna sejujurnya, kenangan hanya memperburuk luka yang ada, dan efeknya? mendekati frustasi. karena itu, dunia hanya butuh manusia yang realistis untuk bertahan, dan aku takut bukan salah satunya.
ditengah padang rumput itu terdapat satu pohon besar, aku tak tau jelas jenis pohon itu. daunnya rindang, membentuk semacam kanopi yang cukup lebar untuk meneduhkanmu jika ingin merebahkan diri dibawahnya. ia tak berbuah, hanya batang yang besar, dan daun yang hijau. Terkadang kubuat dengan semburat oranye, seperti di negara negara 4 musim. ketika musim semi datang dan daun daun berguguran.
jangan bayangkan aku seperti di kehidupan nyata. disini aku cantik, oke memang di kehidupan nyata pun begitu tapi ini lebih seperti bersinar. rambutku panjang dan bergelombang, hal yang jelas tak kuinginkan di tengah kota tangerang yang suhunya menguras keringat. disini aku hanya memakai gaun satin berwarna putih bersih, kainnya lembut dan melambai ketika angin bertiup, dengan mahkota mungil yang melingkari kepala, terbuat dari besi yang dipilin menjadi rantai bunga bunga cantik yang bermahkotakan berlian. indah. jika kubawa kedunia nyata, itu jelas mahal. tapi siapa yang berfikir tentang uang jika disini kau bisa punya segala yang kau inginkan. dan satu hal lagi yang kusukai disini. aku bisa bebas berlari, kemanapun, hanya kebebasan.
aku selalu berlari, satu tujuan dan tak pernah berganti, ia seorang pria dibawah satu satunya pohon di padang ini. duduk dengan tenang membiarkan rambut coklat gelapnya tertiup angin sepoi sepoi. ia jelas tinggi, terlihat dari kakinya yang menekuk terlalu tinggi ketika duduk dengan tenang, seperti biasa, tepat disampingku. walaupun, setelah sekian masalah terlewati dan tentu saja dia menjadi tempatku bercerita, aku masih tak tau namanya. dan ketika kurebahkan diriku disampingnya, dia hanya menunduk dan tersenyum, menenangkan.
"jadi, kali ini apa yang terjadi?" ia berkata seraya tangannya yang menyingkirkan sedikit rambut didahiku, dengan kelembutan yang selalu sama.
"banyak. salah satunya adalah akhirnya dia telah berpindah, seperti kataku dulu kepadamu, ingatkan?" dengan mata terpejam, berusaha meresapi kata kataku barusan, masih dalam proses penerimaan bahwa itulah fakta yang ada.
"kau sudah tau bahwa itu konsekuensinya kan?" seraya berdiri dan merentangkan tangan menyambut hembusan angin, memasukkan udara sebanyak yang ia bisa. bahkan aku masih sedikit ragu apakah memang ia butuh udara? karna jelas ia hanya makhluk yang hanya tercipta di alam bawah sadarku, bukan manusia.
"tentu saja"
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
assalamualaikuum semuaaaa!!! kembali lagi dengan gueee disini, wowhohoho. ini masih lanjutan ceirta yang sebelumnya. bedanya adalah, kali ini gue sedikit sekali memasukkan adegan percakapan, nggak seperti kemarin yang hampir seluruhnya isi percakapan si tokoh dengan temannya. yap! gue memang sedang belajar membangun kata kata yang dapat menciptakan daya imanjinasi kalian. karna faktanya itu agak susah, terkadang setelah sudah fix dan gue baca ulang, malah jadi terkesan lebay dan sok puitis -,-. tapi teteup sih, masih susahan membangun adegan adegan percakapan. gue pribadi merasa itu bagian tersulit, karna si penulis harus benar benar membuat kata kata dan perilaku yang mengirinya senatural mungkin. jadi pembaca juga enak bacanya, ngalir gitu aja kayak cisadane yang kemaren banjir, meluap, dan menyusahkan mobolitas siswi sma kayak gue yang berangkat subuh pulang isya -.-.
oke btt, terkadang gue pengen belajar dari novel novel indonesia, karna sejujurnya selama ini novel gue kebanyakan dari luar semua. bukannya nggak cinta produk lokal, tapi gue takut kecewa kalo beli novel indonesia. karna kebanyakan novel lokal yang selama ini gue baca mengecewakan. kadang terlalu ketebak gitu ceritanya kayak gimana. pernah tuh, sebut saja novel x, itu novel untungnya gue pinjem dari temen, karna setelah gue baca gue bener bener bete dan gue hentikan ditengah jalan, karna gue udah tau akhirannya bakal kayak gimana. kalo gue beli, langsung harakiri -,-. walaupun gue juga nggak yakin bisa bikin novel lebih bagus dari itu atau nggak. yah namanya juga amatiran, kerjaannya kritik terus, tapi gue akan terus belajaaaaar!!! ganbattte!!!!
kalo bisa kritik dan saran yang membangun yaaa, dadaaaaaaaah :*