milih sepatu

Sore ini gue bingung milih sepatu. Satu kota yang gak gede-gede amat hampir saja habis gue kelilingi karna gak ada sepatu yang pas.  Me looking for shoes is definitely the worse of all. Picky at the very most. Then I look at my old navy shoes. Buluk udah jelas, but then I moved the big feet inside and feels like every curve is just fit with the fingers. 

'apa gak usah beli aja ya, ini juga masih bisa dipake sih'

Yah, same old game that my mind played. Susah karna terlalu picky untuk cari yang baru, then find my self comeback to the old one, which already not good enough with all the flaws seemed blur for the sake of familiarities. Sepersekian detik kemudian gue ingat bahwa meski masih dapat dipakai, tapi dia sudah sering kena komen netijen karna warna yang gak lagi sebenar2nya biru tua. Berulangkali kena air ujan pun bikin dia pada beberapa hari punya bau gak enak karna it is the only wearable shoes I have. Banyak sekali minus yang sempat gue lupa, because damn, it's harder to give up all the comfort I've already knew. Ini jadi penting, karena mind game macam ini juga terjadi pada banyak hal, bukan hanya sekedar urusan milih sepatu baru. 

'gak, gue gak bisa kayak gini terus, pokoknya malam ini gue harus pulang dengan sepatu'

Then I comeback to the first store with eyes open lil bit wider then before. Berusaha untuk melihat bagian-bagian yang sebelumnya gue skip. Mengamati lebih lama pilihan yang tadinya hanya gue lewati, without any second thought. Trying to find all the good that I might love. Ternyata ada, dengan begitu sederhana. 
Gue pulang dengan sepatu biru tua yang baru, dengan sedikit aksen kuning dibeberapa sisi. 

Oh, malam ini gue semakin mengerti. Pada beberapa hal yang sama rumit urusan memilihnya, mungkin kita harus membuka mata sedikit lebih lebar untuk melihat sedikit lebih luas. Berhenti membandingkan dengan yang pernah memberi nyaman. Bersiap bahwa memang yang terbaik bukan soal mana yang lebih familiar. Toh semua yang baru juga datang dengan ketidaksesuaian, dan ketidaknyamanan, iya gak?

Wah . . . Akhir2 ini dita banyak mikir seriusnya HAHAHA

0 comments