Kalau kalian udah baca thread di atas, sukur, kalau belum, ya pokoknya baca dulu aja deh -___-" *batakomelayang*
Thread itu tentang seorang tokoh yang menurut gue emejing abis. Dia seorang dokter yang bernama dr. Lie.
taken from health.detik.com
Dokter banyak, pun yang punya cita cita jadi dokter, lebih banyak lagi, tapi dokter yang kayak beliau? coba pikir pikir lagi. Makanya gue bilang juga apaaaa, baca dulu threadnya woy! *ganyante* *adeganpemaksaan* *kdrtdiblog* *piringterbang* *wajanmelayang* *adaw*, oke skip. Jadi beliau seorang dokter yang bahkan diterima di FK universitas negeri pun tidak, padahal pinter, dan kayaknya sih ganteng dulu pas muda #apasih #ditakhilaf. Dia juga nggak kaya kaya amat, katanya. Tapi dia punya mimpi yang setinggi langit, dan akhirnya dia mencoba di universitas swasta dan bersekolah disana. Lancar? eiit jangan sedih, univ tempatnya belajar dibakar massa bray!. Cita - citanya kandas dua kali. Kira kira, kalau kalian ada di posisi itu, kalian udah jadi apa?. Kalo gue, mungkin hanya teronggok di pojok kamar dengan tatapan kosong seraya berkata "mama . . . . minta pulsa" #ehsalah, itu hanya situasi yang dilebay lebaykan.
ETAPI, beliau nggak gitu bray. Dia usaha lagi, dan akhirnya dengan modal nekat berangkat ke Berlin Utara, belajar kedokteran tanpa beasiswa :"). Yaa walaupun katanya biaya kuliah di Jerman emang tergolong murah, tapi tetep aja, it needs a serious guts to study in the so faar away country without any relations and different culture. Gue kuliah cuma jarak 6 jam dari rumah aja bawaannya pengen pulang mulu. Lalu dimulai lah perjalanan beliau menuju dunia kedokteran sampai akhirnya dia menjadi seorang dokter dengan 4 speasialisasi, dan semuanya bukan bedah yang ecek ecek, ahli bedah jantung, bedah pembuluh darah, speasialis bedah torax dan satu lagi gue lupa -___-". Selama kuliah pun nggak gampang gampang aja bray hidupnya, karna tanpa beasiswa beliau harus kerja dengan . . kuliah . . kedokteran. Ini membuat gue berfikir, sudah melakukan apa gue ketika seumur beliau?, cuma ngeblog and bla and bla and bla, gue berasa loser sekali *nangisgulingguling*.
Hidupnya menju impian emang we o we sekali, tapi bukan karna itu beliau diberi kehormatan, malah sampai dapet Kick Andy Heroes 2014, He done something bigger than that. Yep, setelah hidupnya mapan dan 20 tahun mengabdikan diri menjadi seorang humanis di kedokteran, karena suatu peristiwa akhirnya dia mendirikan Rumah Sakit Apung Swasta Dr. Lie Dharmawan.
taken from forum.kompas.com
Beliau mengadopsi sistem jemput bola untuk masyarakat di kepulauan yang minim layanan kesehatan. Harapannya ya agar layanan kesehatan menjadi merata bahkan di wilayah terpencil sekalipun. Biaya pembangunannya pun mencapai 3 milyar! dan hasilnya bukan untuk dikomersilkan atau biar balik modal, tapi tulus ikhlas untu rakyat Indonesia *big applause*. Berkat rumah sakit apung itu mungkin sudah ratusan orang yang bisa hidup lebih panjang. Satu quote yang gue suka ketika beliau berada di acara Kick Andy
"Mereka memang membayar kalian, tapi dirumah mereka menangis karna nggak bisa beli nasi"
Logikanya, dengan usahanya dia yang segitu susahnya untuk jadi dokter, dibela belain kerja jadi pegawai rendahan, jauh dari keluarga dengan adaptasi yang pasti gila gilaan, kebanyakan orang pasti akan mikir untuk ngumpulin duit sampe balik modal, atau bahkan nimbun duit aja gitu dilemari, tapi beliau memilih untuk nggak mengambil jalan seperti itu. Benar benar suatu tamparan untuk beberapa orang yang bercita cita jadi dokter hanya karena uang. Indonesia butuh lebih banyak orang seperti beliau.
Lalu apa hubungannya sama judul post ini?. Well, kisah Dr. Lie membuat gue berfikir. Seandainya saja dulu dia nyerah ketika nggak diterima di FK universitas negeri Indonesia, seandainya saja dia cuma pasrah ketika akhirnya fakultas kedokterannya dibakar massa dan ngebatin "Mungkin dokter terlalu muluk muluk untuk saya, mungkin memang ini bukan takdir saya", dan dia ngebiarin kecerdasannya terbuang sia sia, kalau kejadiannya seperti itu gimana?. Mungkin nggak akan ada rumah sakit terapung yang ngebantu orang di pulau pulau kecil Indonesia. Mungkin beberapa ayah disana cuma bisa nangis ketika menggendong anaknya menuju rumah sakit yang beratus ratus kilo jauhnya. Sedihkan?. Tapi untungnya dokter Lie tetap berada pada jalannya, He keep in faith. His dream show its beauty, to him, to everyone else.
Mungkin memang itu yang seharusnya kita contoh. Kita nggak pernah tau kalau mungkin saja pada suatu hari, hal yang menurut kita nggak mungkin, akhirnya bisa terjadi, bahkan bisa membantu orang lain yang kenal pun enggak. Emang nggak akan ada jaminan bahwa mencapainya akan mudah mudah saja, mungkin aja kita bakal jatuh, nggak sekali, mungkin dua kali, tiga kali, dan seterusnya. Dunia membuat kita berfikir untuk mengikuti arus, menggantung mimpi di jemuran baju, hanya sebatas itu. Padahal ikan pun nggak akan jadi besar kalau hanya ngikutin arus. Menjadi realis mungkin perlu, menerima, yaudahlah, kemampuan kita cuma segini, nggak usah muluk muluk kenapa. Tapi jangan lupa kalau mimpi itu perlu.
Susah emang untuk tetap punya mimpi ketika segala kemungkinan udah nggak ada, tapi bukan berarti kita boleh nyerah gitu aja kan?. Segalanya berawal dari mimpi, kalau awalnya saja kita nggak bisa, gimana caranya bisa jadi besar?. Beberapa survivor kanker, bisa jadi survivor pun karena mereka punya mimpi untuk terus sembuh, harapan yang kalau menurut dokter itu cuma sebatas hitungan minggu. But they keep in faith, they believe. Lalu mereka bisa jadi survivor, walaupun kalau akhirnya mereka terpaksa nyerah pun gue fikir, mereka masih pemenang, karna sampai akhir mereka tau, kalau kenyataan dunia nggak bisa mengalahkan mimpi mereka yang jauh lebih tinggi dari langit.
Dream is such a powerful thing, right? :")
Put a faith when it seems impossible is hard, but in the end we know, it is worth to do.
Karena diatas segala ketidak mungkinan, ada Dia yang membuat segalanya jadi mungkin. Satu quote penutup dari seorang selebtwit @falla_adinda, kalau beriman berarti juga percaya kalau Tuhan itu ajaib.