Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


Gue udah lama banget rasanya nggak nulis disini ya hahaha. Oia, Assalamualaikuuum gengs!. How's life? how's love? hahaha. Semoga keduanya baik baik saja di kehidupan kalian. Ya ya ya sabar, gue tau kalian ngebet bingitz untuk tau segala hal yang terjadi pada kehidupan gue. Yaaa bukannya geer atau merasa ngartis, whether gue artis atau nggak, gue rasa memang kita, manusia, harus mengakui bahwa terkadang, atau sering kali, menemukan bahwa mendengar cerita kehidupan orang lain adalah suatu hal yang menyenangkan. Syaratnya cuma satu, kita cukup tau aja, masalah memberikan solusi itu urusan kedua. Iya toh? haha. 

Pun bukannya gue mau menjelekkan kehidupan sendiri, karena menurut gue segala hal yang terjadi nggak ada yang jelek. Semuanya terjadi untuk suatu tujuan. Pasti ada maksud tertentu. Contohnya, duluuu sekali gue pernah galau setengah mampus ketika seorang teman bercerita, bahwa dia bertemu dengan mantan gebetan legendaris gue di stasiun, sedang mengantarkan mantan calon pacar legendarisnya dia. Duh sakit. Sedangkan gue pada saat yang bersamaan pun sedang berada di stasiun yang beratus ratus kilometer jauhnya, sama, kembali ke kota perantauan untuk menimba ilmu. Tanpa diantar oleh, let's say, lelaki spesial. Duh, sakit kuadrat. Tetapi pada akhirnya ditengah kegalauan gue tetap memutuskan untuk beranjak dan berjalan ke arah rel kereta api. Nggak nggak, gue nggak mau bunuh diri kok, apalagi terapi listrik, serius, gue cuma mau naik kereta, secepatnya sampe kamar dan tidur, karena nggak sanggup menerima kenyataan bahwa ternyata gue masih aja baperan (SAAT ITU, iya, keterangan waktu ini memang penting banget, agar ketertiban rakyat dan khalayak ramai tetap terjaga). 

Lalu naiklah gue ke kereta. Dengan wajah linglung akhirnya gue masuk gerbong dan seketika kaget. Sejauh mata memandang adalah kepala kepala plontos dengan rambut minimalis, berbadan tegak, dan memakai seragam kedinasan coklat coklat. Dan saat itu gue seketika tersenyum lugu ala gadis desa ngeliat perjaka kembang kampung sebelah. Puji syukur langsung gue panjatkan, emang Tuhan tau aja gimana caranya mencuci mata dan hati gue. Ciegitu. Dan dalam pencarian kursi, gue berdoa lamat lamat, semoga gue duduk dikelilingi salah satu mas mas macho dan bermasa depan cerah ini MUAHAHAHAHA *evil devil laugh*. Eh ternyata bener lagi!, yah tapi gue ternyata nggak begitu seneng. Duh repot deh harus jaga image, tidur nggak enak, mbok tiba tiba gue keceplosan mangap tanpa sadar kan nggak lucu, image hayati mau ditaro dimana? di saku kegedean, di idung nanti dikira upil. Yaudah gue telen aja, duduk tegak, leher kaku, tapi image aman, jadi mari kita ucapkan Alhamdulillah. 

Lanjut. 

Sampai lamaaa sekali, sekitar 1/4 jalan lagi sebelum kita sampai purwokerto, kedua mas itu memulai percakapan. Sebenernya kita memang beberapa waktu sudah ketawa bersama (mungkin cengengesan absurd tapi tetep jaim bersama) karena tingkah salah satu anak kecil yang penasaran sama kepala plontos mereka, dan dengan semena mena nge-plok plokin (maafkan atas kesalahan diksi, sumpah, gue frustasi untuk memilih mana kata yang paling tepat untuk menggambarkan kejadian plok plokan luchuk di ubun ubun itu) jidat dan ubun ubun dua taruna dibelakang kursinya. Kalo gue nggak jaim, kalo gue nggak sendirian, mungkin gue nggak harus mules karena nahan ketawa, karena adegan itu sebenernya lucu banget, tapi apa daya, hayati lemah kakanda, aszek.

nah, lanjut.

Singkat cerita akhirnya kita basa basi ala orang tua. Dari mana mbak? mau kemana? kuliah? dan pertanyaan semacamnya yang membutuhkan fake smile dengan keanggunan tingkat dewa sepanjang percakapan. Well, mereka nggak boring, tapi jawa abis. Mereka berasal dari Surabaya, lelah, dengan tingkat keteposan sudah tahap akut. Iya, kereta itu ujungnya memang surabaya dan berhenti di Purwokerto, which is sekitar 12 jam harus duduk di atas kursi yang katanya busa dengan senderan punggung hampir 90 derajat. Tapi after all mereka menyenangkan. Gue banyak cerita soal bagaimana mereka bisa masuk Akademi Polisi di purwokerto itu. Sampai tibalah kami di stasiun purwokerto. Ketika gue beranjak turun, wah salah satu yang sedari tadi memang paling aktif ngomong langsung berdiri di belakang gue. Gue merasa aman, selayaknya artis yang kemana mana di temenin body guard. Wah boljug nih kata gue. And you know what?! yep! dia minta nomer gue. Dengan pertimbangan panjang dan penuh perhitungan akhirnya gue kasih aja, wkwkwk. Toh kalo nggak bener nggak usah dibales, kalo udah ekstrem tinggal di block. habis perkara. Tapi yang pasti somehow gue seneng banget. Malamnya dia sms gue, dan mentelfon gue beberapa kali tapi nggak pernah keangkat. Yaudah. 

Menurut lo cerita ini akhirnya bakal apa?

Nggak kok

Kita nggak jadi makin deket

Sahabatan nggak

Apalagi jadian

Komunikasi itu akhirnya berhenti kurang dari seminggu. Iya, cepat datang dan cepat pergi. Tapi saat itu gue nggak sedih, gundah galau gulana. Sama sekali nggak. Cuma somehow, gue merasakan bahwa memang kehadiran lelaki taruna itu ditujukan hanya untuk pengalihan. Untuk obat dari luka gue yang sebenernya nggak ada apa apanya. Karena memang, setelah masuk ke gerbong itu, lalu bertukar nomer, saat itu, bayangan si mantan legendaris nggak muncul lagi. Otak gue melupakannya dengan satu pemahaman yang timbul bahwa mungkin gue yang harus melihat lebih luas. Sadar bahwa masih banyak lelaki yang lebih worth itu, lebih keren dan lebih segalanya daripada si mantan gebetan legendaris itu. Dan gue nggak perlu sedih hanya karena dia lebih memilih orang lain, yang pada saat itu, kualitas dirinya tak henti hentinya membuat gue membandingkan. Isu soal cinta sudah berubah menjadi isu tentang bagaimana kualitas diri gue. Fisik maupun kepribadian. Karena merasa tak dipilih, segala hal berubah menjadi serius, kesedihan berlipat ganda, dan gue tenggelam pada pencarian jawaban soal pertanyaan "Apa sih positifnya gue". Kejadian dengan si mas mas taruna yang entah sekarang nasibnya kayak apa, pun sebenernya nggak ngebantu banyak. Tapi paling nggak, saat itu gue bisa berfikir bahwa, dengan apa adanya gue, toh gue masih worth it. Masih ada lelaki lain diluar sana yang nggak kalah keren, yang masih aware dengan kehadiran gue, dan pada sore itu menjadikan gue sebagai satu satunya pilihan untuk menjadi gadis yang disimpan nomor handphonenya. Gue masih dipilih walaupun pada saat itu gue belum bisa menemukan jawaban dari pertanyaan paling besar. Seenggaknya gue memaafkan dan itu cukup.

Kejadian itu benar benar menunjukkan kepada gue bahwa tak pernah ada kejadian yang tanpa hikmah, pun pertemuan hasil ketidak sengajaan. Semuanya punya maksud, semua orang punya arti, cuma masalah manusia yang kadang kepikiran maksudnya apa nggak hahaaha. 
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ▼  Mei (1)
      • Sore itu di kereta
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates