Assalamualaikum everybadeeeeeehhh!!! Gimana kabar kalian? seneng banget rasanya bisa disini lagi dan menulis lagi. For your information aja, tadinya gue dengan semangat pergi ke kampus untuk mencari wifi dengan niat mengerjakan tugas mikrobio yang super wow cetar dan mendunia itu, tapi . . . . gue malah terdampar disini dan menulis, muahahaha. Kapan lagi yekan, mumpung ID tetangga sebelah lagi nggak kepake jadi bsia gue manfaatkan.
Oke let's begin.
Kemaren gue habis dari BOGOR! iyaaaaa Bogor, Kota hujan, dan kota pertama yang gue kunjungi selama kuliah di Purwokerto. Rencanya sih kita mau ikut lomba dan menang, tapi hasilnya? Muahahaha, silahkan ditanyakan kepada rumput yang bergoyang. Ia akan cerita banyak soal kita yang dibabat habis - habisan di round pertama. Gue dan Mas Pojan (My teammate) yang tiba tiba speachless karena dapet motion yang kita nggak ngerti harus dibawa kemana, sedangkan Hapis dan Zahra yang melongo karena ngeliat debaters IPB ngomongnya pake WTF and et cetera, dengan pembawaan yang entah mau debate atau stand up comedy. Tapi yaaa gitulah, disini gue sih nggak mau ngomongin soal debate, lets what happens in the round, stays in the round, muahahaha. Yaaa tapi yang pasti, pengalaman banget bisa ngeliat debaters nasional beraksi tanpa harus buffering numpang wifi :"".
Jadi perjalanan ini dimulai di suatu pagi di hari Jum'at, tanggal 19 September 2014, jam setengah 7 gue chaw dengan kereta Serayu, iyaa!!! Serayu! 10 jam gue di kereta bersama geng unyu, menatap jendela, selfie, ketawa ketawi sampe kelaperan karena persediaan makanan udah habis tanpa sisa. Belum lagi kita dihadapkan dengan ganasnya commuter line jeketi di jam jam pulang kerja. Manusia - manusia itu udah kayak seonggok daging di gerbong commuter line, orang orang marah seenaknya, berebut tempat dan jalan dengan keinginan sama sama ingin segera sampai rumah dan istirahat. Seketika gue kangen Purwokerto dengan segala kesunyian dan apalah yang orang bilang ndeso dan nggak mendukung buat kehidupan ABG ABG ibukota, akhir akhir ini gue mulai cinta aja gitu sama kehidupan tenang adem ayem tanpa polusi dan segala kemacetan kota besar, Ha! belum lagi sama marah marahnya abang angkot yang berebut jalan, duh, it's just not me anymore, muahahahaha syongong.
Tapi sebenarnya adalah . . . ketika melihat lampu lampu mobil dari kaca commuter, gue rindu serindu rindunya. Rindu sama kehidupan sebelum ini, sebelum gue pindah, sebelum semuanya ada di tangan gue sendiri, dengan segala tanggung jawab dan kehidupan yang . . . yah gitulah pokoknya. Hiruk pikuk ibukota membuat gue sadar dan flashback akan apa yang telah gue tinggalkan. Ya tapi namanya hidup ya, it will always bout things that come and go. Sedih sih, tapi yaudahlah ya.
Singkatnya (Dimana singkatnya Diiiit Diiiit -___-") kita nyampe di rumah neneknya Mas Pojan. Kita kayak nganterin dia pulang kampung, disana tipe tipe rumah eyang banget, dengan kamar banyak, rumah di atas gunung, dan anak kecil yang gelempangan di atas ubin. Feels like home abis. Kita harus menempuh jalanan naik turun dengan kanan kiri jurang, sampe pemukiman, eeeeh masih naik lagi ke atas, aaannd here it is, rumah neneknya Mas Pojan. Kita disambut dengan hangat, walaupun saat itu dinginnya bikin gue pengen meluk oven nyokap. Kita disediakan kamar, dan segera tidur karena perjalanan yang menguras habis seluruh ATP dalam setiap sel tubuh gue. Kita menghitung jam sebelum besok, ketika akhirnya kita harus menghadapi round demi round yang berakhir pada . . . gagalnya kita masuk breaking. Sakit sih tapi . . . yaudahlah ya.
To be continued after my battery is full to be in Wifi again. Babayyyy ;)
To be continued after my battery is full to be in Wifi again. Babayyyy ;)