Hellonjo!

Soal cerita melelahkan juga banyak hal - hal yang menyenangkan.


a beatiful flower always takes time, what we have to do is give them longer than the casual. i hope i can be patience enough.
aku lelah menjadi sesuatu yang tak kau perjuangkan
aku lelah menjadi bintang yang selalu kalah indah dengan bulan
aku lelah dilepaskan terlalu mudah
aku lelah ada di sana dan diam 
aku lelah
aku 
aku pergi
aku pergi sampai kau sadar aku ada
aku pergi sampai kau mengerti segala arti
aku pergi sampai kau tau bahwa bagimu, aku seberharga itu
bahwa walau bintang hanya kaca, ia merefleksikan bulan dengan indah yang berbeda
dengan sesuatu yang kau anggap . .  menyenangkan

lalu kau sendiri dan kehilangan dibawah temaram bulan


in the midst of silence
This is that suck time when i freaking miss my family, home, friends, my old life that seems to be simpler and easier to do. Can i go back? just for take a dinner with my girls or wake up with my mom sounds in the kitchen makes us some breakfast. 


No, i can not. 


Life will always goes on, no matter how hard you beg to death.

Beberapa hari lalu almamater gue berduka, salah satu pejuang pendidikan akhirnya menyerah kepada penyakit yang dideritanya sekitar dua tahun ini. Beliau memang hanya seorang guru sejarah SMA tapi meninggalnya beliau mendapatkan feedback yang massif dari anak anak. Beberapa orang menjudge kita lebay, maksudnya, manusia toh semuanya akan meninggal, cuma beda tempatnya, beda waktunya. Dan seorang guru yang umurnya sudah nggak sedikit, bukannya hal biasa bahwa umur memang dapat mengalahkan segala usaha tarikan nafas?. Dan kenapa meninggalnya beliau jadi sesuatu hal yang besar di life circle gue?. I will tell you from my own perspective.

Gue dua kali diajar beliau, pelajaran sejarah yang kata orang IPS banget, entah kenapa bisa jadi berasa IPA banget. Dua kali diajar, dan dua kali gue menerima sistem pengajaran yang berbeda. Gue masih inget kesan pertama ketika beliau masuk adalah "gue nggak bisa main main". Bukan karena appearancenya, tapi karena pembawaannya dia yang memang beda. Ketika dia masuk, kelas nggak pernah setertib itu, nggak akan ada manusia licik yang berani nyontek ketika ulangan sejarah, padahal soalnya bisa muter - muter keliling Indonesia. Ketika sama beliau, modal hafalan aja akan mengantarkan lu ke lingkaran remedial yang bertubi - tubi :""". Itu yang bikin frustasi, tapi anehnya ditahun kedua, dia lebih welcome dan friendly sama kita tapi tanpa meninggalkan wibawanya dia.

Beliau adalah satu dari sebagian kecil guru yang masih menjunjung tinggi esensi pendidikan. Yang penting adalah apakah materi tersampaikan, bukan soal lulus tidaknya anak dalam suatu tes. Segala yang disampaikan berdasarkan jalur jalur keilmuan. Saat ini sosok guru yang kayak gitu semakin minim. Bukan menjudge beberapa pihak, tapi kebanyakan, kaum guru sudah lupa esensi dari pendidikan karena terdesak sistem. Again, kalau dipikir - pikir memang bukan salah gurunya juga sih, sistem yang membuat mereka harus menghasilkan anak - anak yang entah bagaimana caranya harus lulus tes pemerintah. Menciptakan mainset bahwa kegagalan adalah sesuatu yang salah, padahal, gagal itu bagian dari pembelajaran. Logika ini pun sedikit banyak gue dapat dari sosok beliau. Kalau sampai kiamat anak anak itu belum faham apa yang diajarkan, maka sampai saat itulah beliau akan terus menjalankan sistem yang menurut beliau benar.

Lalu gue berani bertaruh bahwa kebanyakan kalian pasti menganggap bahwa "ngantuk" adalah bagian dari pelajaran sejarah. Coba dipikir aja, berkutat dengan sesuatu yang sudah lampau, seolah - olah kita gagal move on banget gitu ya, terjebak nostalgia, eaaaa. Apalagi kalau penyampaian gurunya kayak nyanyiin Lullaby, duh, udeh, bobo ciang udah pilihan yang paling pas. Tapi hal kayak gini nggak akan terjadi di pelajaran beliau. Gue pribadi baru sekali nemu seorang guru yang minta untuk disediakan pertanyaan. Iya, jadi sebelum kita masuk, kita harus membaca bahan apa yang akan dibahas dan harus menyediakan paling tidak dua pertanyaan. Lumayan nambah poin di nilai gue yang doremi :"". Bukan apa apa, tapi maksudnya adalah kita harus berfikir kritis dalam menerima apapun. Sistem ini juga menstimulasi anak untuk berfikir lebih luas dari apa yang ada di buku paket. Lalu yang gue baru sadar adalah bahwa bertanya itu tanda mengerti. Mengerti dan faham apa materi yang disampaikan. Manusia yang nggak mengerti kebanyakan hanya akan diam dan nelen - nelen aja, bukan karena mereka dewa, tapi karena otak kita nggak mengolah apapun. Gue sering seperti itu -__-". Nggak ngerti? telen aja dulu. Imbasnya ketika akan ada ujian, gue harus berusaha lebih keras untuk mencari jawaban dari pertanyaan gue sendiri :""

Dari beliau pun gue belajar untuk melihat dari dua sisi. Apa yang dikatakan mayoritas belum tentu benar dan valid. Dari beliau pun gue tau kalau konspirasi itu ada dan nyata. Semuanya terjadi karena alasan dan kepentingan masih masing orang. Duh . . sebenarnya, sekolah di Indonesia butuh guru - guru seperti ini, biar anak Indonesia nggak melulu mudah termakan berita nggak benar dan terjebak euforia easy judging masyarakat. Berita sedikit dikomentarin, masyarakat bilang salah, kita langsung rame rame teriak salah. Benar dan salah soal belakangan, yang penting? rame aja dulu.

Beliau menekankan bahwa analisis adalah penting, dan mengenalkan gue pribadi bahwa ada metode belajar yang namanya analisis, bagaimana otak lu berifkir kritis dan mengolah segala informasi bukan hanya sekedar copas dari buku atau internet. Beliau pun mengajarkan bahwa ada beberapa ilmu yang hanya perlu diketahui tapi tidak dipercayai, beliau mengajarkan bahwa jangan kehilangan keimanan dan diri sendiri ditengah pencarian ilmu, karena selalu ada sesuatu yang lebih tinggi dari sekedar teori teori manusia. Pelajaran sejarah yang sedikit banyak punya esensi kehidupan. Gue masih inget ilmu terakhir yang gue dapat dari Beliau. Saat itu sedang di penghujung masa masa SMA, dan kita, somehow, tau kalau setelah ini mungkin kita nggak akan punya kesempatan untuk mendapatkan sedikit ilmunya dia yang paling menarik (menurut gue), lalu di koridor sekolah, saat itu beliau baru pulih dari kritis pertamanya, kita secara agak memaksa, meminta beliau untuk menceritakan tentang Konspirasi WTC, peristiwa 9/11, lalu kita duduk melingkar dan mendengarkan ceritanya dengan hikmat. That was the closing for my one and maybe the only experience learning history without any burden.

and now i realize that, She taught us history, now, she is history for all of us.
I don't know whether i start to like it or not, but what i do know now is, debate teach you how to see both side of something. True or false is just a matter of what perspective we are seeing. True or false maybe . . just something that human made to legitimate their act, to judge the other as free as they want. What's that have a right definition of it just . . Yeah, you know that, if you have One.
True friends wont gossip about you, not because they have to, but they just knew, it wasn't true 
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

Introverts in disguise. Read keeps me sane, write keeps me awake. Both of them entwined makes me alive.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Panjang Umur Wanita
  • replacement
  • susu jahe hangat
  • mei

Categories

  • Reviews
  • Stories
  • Unsend Letters

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2025 (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2023 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2021 (15)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  September (8)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (28)
    • ►  Desember (11)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (9)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (21)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (62)
    • ►  November (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (7)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (15)
    • ►  Januari (13)
  • ►  2016 (55)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (12)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2015 (26)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ▼  2014 (48)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (8)
    • ▼  April (6)
      • a beatiful flower always takes time, what we have...
      • 10.09
      • ruined
      • Our History
      • I don't know whether i start to like it or not, b...
      • True friends wont gossip about you, not because t...
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (6)
  • ►  2013 (52)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2012 (68)
    • ►  Desember (23)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2011 (13)
    • ►  Desember (13)

Pengikut

Oddthemes

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates